visitaaponce.com

Vaksinasi Polio Lindungi Anak dan Lingkungannya

Vaksinasi Polio Lindungi Anak dan Lingkungannya
Balita mendapat imunisasi vaksin polio tetes yang diberikan petugas kesehatan Puskesmas Ulee Kareng di Banda Aceh, Aceh, Senin (21/11/2022)(ANTARA/IRWANSYAH PUTRA)

PENYAKIT polio sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kelumpuhan permanen hingga kematian pada penderitanya. Oleh karenanya, pemberian vaksinasi polio menjadi imunisasi wajib karena sangat efektif dalam mencegahnya, lantaran hingga kini belum ada obat yang mengobati polio. 

Dokter Nita Ratna Dewanti Spesialis Anak dari RS Premier Bintaro mengatakan, sebAgian besar yang tekena penyakit polio adalah anak-anak usia di bwah 5 tahun. Namun, masih ada kemungkinan anak-anak di atas 15 tahun juga dapat terkena penyakit itu.

“Biasanya anak-anak yang terkena polio ini adalah anak-anak yang tidak mendapatkan vaksinasi. Jadi bisa dikatakan sebenarnya vaksinasi polio itu sangat penting, dan sebenarnya sangat sangat efektif dalam mencegah terjadinya penyakit polio ini,” kata Dokter Nita pada Media Indonesia, beberapa waktu lalu.

Baca juga: 14.490 Rumah Rusak Akibat Gempa di Cianjur akan Direhabilitasi

Terdapat dua jenis vaksin untuk mencegah polio, yaitu Oral Polio Vaccine (OPV) dan Inactivated Polio Vaccine (IPV). OPV merupakan vaksin yang mengandung virus polio yang telah dilemahkan, sehingga tidak akan menyebabkan penyakit polio. Virus dalam vaksin itu nantinya akan membuat tubuh membentuk antibodi untuk melawan virus polio. Sedangkan IPV mengandun virus yang sudah mati.

“Dua-duanya sama, tidak menyebabkan penyakit polio. Tetapi menyebabkan tubuh mengenali virus polio itu dan membentuk antibodi. Sehingga bila suatu saat dia diserang oleh virus polio yang asli, tubuh itu sudah punya antibodi untuk melawannya. Jadi penting sekali anak itu mendapatkan vaksinasi polio,” ungkap Dokter Nita.

Pemberian vaksin polio sudah bisa diberikan pasca anak lahir, yaitu pada usia 2, 4, dan 6 bulan. Namun vaksin juga bisa diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan yang diulang lagi pada usia 18 bulan. Dokter Nita menyarankan, pemberian vaksin polio kepada anak dapat berupa kombinasi dari OPV dan IPV.

“Apakah cukup vaksinasi oral saja? Sebenrnya sebaiknya ada kombinasi dengan IPV, kenapa? Karena yang oral itu lebih pada virus polio 1 dan 3. Sementara yang IPV, dia bisa mencegah terhadap virus polio 1, 2, dan 3. Jadi lebih lengkap. Jadi sebaiknya tetap dikombinasi,” jelasnya.

Menurut Dokter Nita, munculnya kembali kasus polio di Indonesia lantaran adanya celah pada anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin polio. “Jadi ada kantong-kantong daerah yang anak-anaknya tidak mendapatkan vaksinasi polio. Kenapa? Karena vaksinasi polio ini bersifat herd immunity, artinya kalau ini anak mendapat vaksinasi polio, artinya dia tidak hanya melindungi dirinya sendiri, tetapi dia jug amelindungi orang-orang atau anak-anak di sekelilingnya dia,” tuturnya.

Seperti virus kebanyakan, virus polio membutuhkan tempat atau tubuh seseorang untuk hidup dan berkembang biak. Ketika virus itu menemukan seseorang yang rentan terhadap virus polio, virus itu akan masuk ke dalam tubuh dan dengan mudah berkembang biak di dalam usus.

“Dan virus polio ini kalau dia keluar melalui feses atau tinja, ini lah yang biasanya menjadi penyebab penularan dari virus polio itu. Jadi makanya selain imunisasi, kebersihan, perilaku hidup sehat itu sangat pentin dalam mencegah penyakit polio,” jelas Dokter Nita.

Jika sudah masuk ke dalam tubuh seseorang, virus polio memiliki masa inkubasi selama 2 hingga 6 hari. setelah masa inkubasi itu, biasanya akan muncul gejala-gejala awal yang umum, seperti demam dan rasa pegal. Gejala itu kemudian dilanjutkan dengan adanya kelemahan pada tungkai atau otot-otot kaki, hingga otot-otot mulai mengecil yang nantinya bisa terjadi kelumpuhan.

“Biasanya anak itu tidak mau jalan karena sakit, kemudian kalau berjalan seperti diseret atau terjadi kelemahan pada otot-ototnya dan selanjutnya anak tersebut menjadi lumpuh. Kalau dia sudah menjadi lumpuh, ini lah biasanya bisa menyebabkan kelumpuhan yang permanen,” kata Dokter Nita.

Sayangnya menurut Dokter Nita, pengobatan penyakit polio hingga kini masih bersifat simtomatis, di mana hanya untuk meredakan gejala-gejala umum yang dirasakan saja. “Tetapi kalau sudah terjadi kelumpuhan, ini amat sangat sulit sekali kita untuk menyembuhkannya. Pengobatan yang definitif atau yang langsung mengeradikasi virus polio sendir belum ada.” (H-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat