visitaaponce.com

Anies Baswedan Kisahkan Perjuangan Nenek Ikut Kongres Perempuan 1928

Anies Baswedan Kisahkan Perjuangan Nenek Ikut Kongres Perempuan 1928
Anies Baswedan bersama sang nenek.(DOK Instagram.)

SETIAP Hari Ibu diperingati, Anies Baswedan selalu kembali teringat kepada sang nenek. Ini karena Barkah, nama nenek dari calon presiden NasDem itu, termasuk seorang penggiat pergerakan perempuan sejak prakemerdekaan. 

"Beliau salah satu peserta Kongres Perempuan di Yogyakarta, 1928. Menjelang Kongres, beliau berangkat sebagai utusan dari Tegal bersama para pegiat perempuan lain. Mereka sudah siap dengan tiket kereta ke Yogyakarta," ungkap Anies dalam akun resminya di Instagram. Sekadar informasi, Hari Ibu ditetapkan setiap 22 Desember sesuai tanggal pelaksanaan kongres tersebut.

Saat tiba di Stasiun Tegal, mereka dihalau dan dilarang naik kereta. Petugas-petugas Belanda saat itu mencegah para perempuan utusan untuk berangkat ke Kongres Perempuan itu.

Anies bercerita lebih lanjut bahwa perempuan-perempuan itu tidak menyerah dan tidak pulang ke rumah. Mereka melawan. Mereka menantang. "Setelah berdebat dan tak juga tembus. Tahukah apa yg mereka lakukan?" tanya Anies.

Para perempuan itu menuju ke depan lokomotif kereta yang sudah siap jalan. Mereka semua berbaring di atas rel kereta, berjejer para perempuan itu memaparkan badan. Di bawah terik matahari, depan moncong lokomotif mereka pasang badan, mereka tawarkan nyawa. Prinsip mereka yaitu berangkatkan kami atau matikan kami. Itulah harga mati yang senyatanya.

Stasiun gempar. Belanda gentar. Akhirnya mereka diizinkan naik kereta. Berangkatlah mereka ke Yogyakarta mengikuti kongres dan ikut membangun fondasi perjuangan perempuan dan perjuangan kemerdekaan.

"Semua itu dituturkan Nenek saat itu dengan penuh semangat. Tiap Hari Ibu diperingati, beliau selalu teringat masa-masa perjuangan itu," tutur Anies.

Barkah dikarunia umur panjang. Meski di masa tuanya harus duduk di kursi roda, Barkah tetap membaca koran setiap hari, mengikuti perkembangan, dan tetap mengajak diskusi siapapun yang berkunjung hingga menjelang wafat di usia 93 tahun. Badannya memang telah menua, imbuh Anies, tetapi pikiran dan semangatnya selalu muda.

Anies mengaku bersyukur menjadi cucu yang tinggal serumah sejak bayi. Sehari-hari mereka bersama di Yogyakarta hingga saya harus berangkat melanjutkan kuliah ke Amerika. Sejak masa kecil, sang nenek sering mengajak Anies ikut hadir berbagai pertemuan organisasi perempuan. Selama bersama di Yogyakarta itu pula, berderet kisah perjuangan dan hikmah hidup yang diceritakannya, termasuk kisahnya tentang keberangkatan ke Kongres Perempuan itu.

"#HariIbu di Indonesia, bukan hanya utk mengingat ibu yang melahirkan dan membesarkan kita tetapi juga mengingat pergerakan kaum perempuan menuju kemerdekaan dan kemajuan bangsa," tandas Anies. (OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat