visitaaponce.com

Teliti Pemanfaatan Medsos di Budaya Lokal, Rocky Prasetyo Raih Gelar Doktor

Teliti Pemanfaatan Medsos di Budaya Lokal, Rocky Prasetyo  Raih Gelar Doktor
Rocky Prasetyo Jati berfoto bersama seusuai sidang promosi doktor di Auditorium Juwono Sudarsono FISIP, Universitas Indonesia, Depok.(Ist)

UNTUK bertahan di era digital, komunitas budaya perlu memiliki  strategi kreatif dan adaptif dalam mengembangkan media komunitasnya.

Langkah tersebut juga disertai  dengan pengelolaan teknologi berbasis internet serta didukung beragam media sosial.  Seperti dilakukan komunitas  budaya lokal Bali Buja di Klaten Jawa Tengah. Bali Buja adalah singkatan dari Paguyuban Peduli Budaya Jawa.

Keberadaan komunitas budaya merupakan bentuk pergerakan masyarakat yang secara kooperatif mempertahankan identitas suatu bangsa.

Dalam perjalanannya komunitas budaya Bali Buja berupaya mempertahankan kebudayaan lokal melalui penggunaan media komunitas berbasis teknologi media, khususnya melalui praktik kesenian.

Hal tersebut dikemukakan Rocky Prasetyo Jati dalam  Sidang Promosi Doktor di Auditorium Juwono Sudarsono Fakultas  Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Indonesia, Depok pada pada Rabu (21/12).

Dalam sidang  tersebut Rocky berhasil mempertahankan disertasinya dan mendapatkan gelar doktor di bidang Ilmu Komunikasi.

Sebagai Promotor pada sidang tersebut adalah  Dr. Donna Asteria, S.Sos, M.Hum dan ko-promotor Endah Triastuti, Ph.D serta dewan penguji, Prof. Dr. Fredy Buhama Lumban Tobing, M.Si, Prof. Dr. Billy K Sarwono, Dr. Hendriyani, Dr. Linda Darmajanti, Inaya Rakhmani Ph.D, Mario Anton Birowo, Ph.D, Dr. Iwan Gunawan.

“Penelitian dalam disertasi ini menggunakan model konsep media hiperlokal. Sebuah model media yang berdasarkan penelitian terdahulu lebih banyak digunakan atau diterapkan dalam media-media komunitas atau media lokal berbasis konten jurnalistik," jelas Rocky yang merupakan pengajar Fakultas Komunikasi & Desain Kreatif (FKDK) Universitas Budi Luhur Jakarta dalam keterangan pers, Jumat (30/12).

"Media hiperlokal inilah yang kemudian menjadi pertimbangan model pengembangan media baru bagi komunitas budaya,” jelas Rocky.

Rocky mengaku tertarik dengan evolusi platform digital untuk media komunitas. Untuk mewujudkan tujuannya, komunitas budaya berupaya memanfaatkan saluran media berupa media komunitas.

Termasuk bagaimana teknologi media kemudian mampu memenuhi kebutuhan orang dalam memproduksi makna. Penelitian tersebut  juga mengeksplorasi aksi komunitas budaya di Jawa Tengah yang secara rutin melakukan produksi konten berupa seni dan budaya tradisional.

Ketertarikan Rocky terhadap komunitas Bali Buja diawali dari pengamatan terhadap karakteristik unik yang dibangun oleh Bali Buja.

Sepanjang pengamatan penelitian sejak tahun 2018, penggunaan teknologi media berbasis internet yang dilakukan oleh seniman di sekitar Jawa Tengah-ataupun Daerah Istimewa Yogyakarta (daerah yang memiliki kedekatan secara geografis dengan Klaten), masih belum begitu banyak dimanfaatkan oleh komunitas seniman

“Penelitian ini menyajikan gambaran eksistensi yang dilakukan komunitas budaya dalam mengelola pertunjukan seni dan budaya sebagai implementasi pelestarian nilai kearifan lokal di era digital. Bagaimana mereka, melalui upaya kerja sama, mereka terus berkesenian untuk berbagi nilai-nilai kearifan lokal, berbagi makna berkehidupan yang telah menjadi tradisi,” papar Rocky.

Rocky menambahkan, ia juga mengeksplorasi bagaimana media komunitas menghadapi media arus utama yang menolak kemasan lokal guna melakukan usaha-usaha komodifikasi budaya.

Penolakan media arus utama terhadap kemasan lokal dapat diindikasikan melalui bagaimana media arus utama tidak memberikan ruang lebih luas bagi komunitas budaya untuk menampilkan pertunjukan budaya tradisional dengan kekhasan lokalitas.

Disertasi tersebut, lanjutnya memberikan gambaran umum mengenai studi tentang media komunitas pada komunitas budaya di era digital. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berpotensi mendorong industri kesenian tradisional.

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi inovasi pelestarian budaya lokal oleh komunitas budaya. Secara umum, TIK diyakini dapat memperluas akses publik serta peluang bagi komunitas budaya dalam berbagi ekspresi kesenian.

“Penelitian ini menemukan bahwa ruang publik yang dibentuk melalui media baru adalah jalur inovasi media komunitas. Ruang publik yang hadir melalui teknologi digital adalah potensi bagi komunitas untuk lebih mudah berekspresi,” ungkap Rocky.

Kontribusi penelitian ini telah mengkonfirmasi bahwa misi ketahanan budaya akan mampu diupayakan ketika terjadi partisipasi masyarakat yang memiliki kepedulian yang sama, motivasi untuk melahirkan inovasi, komitmen serta konsistensi antar-anggota komunitas termasuk di dalamnya aktor sosial. Seperti bagian dari studi, penelitian ini juga menyoroti pentingnya interaksi antara media komunitas dengan budaya lokal.

Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa media komunitas mendapatkan dukungan masyarakat yang besar. Ini dibuktikan dengan keterlibatan aktor sosial, relawan, dan anggota masyarakat yang peduli untuk memproduksi konten-konten seni dan budaya. (RO/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat