Penggemar Harus Punya Batasan Agar tidak Jadi Fanatik
![Penggemar Harus Punya Batasan Agar tidak Jadi Fanatik](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/02/e98d8b91e1b7389f5bb6a146284e357e.jpg)
PSIKOLOG klinis dewasa, yang tergabung dalam Ikatan Psikolog Klinis wilayah Banten, Mega Tala Harimukthi menyarankan para penggemar artis mempunyai batasan sejauh mana menyukai idola mereka itu agar tidak menjadi fanatik.
Penggemar fanatik merujuk pada seseorang yang memiliki pemahaman berlebihan, kegemaran, kesukaan berlebihan terhadap sesuatu. Bukan hanya remaja, melainkan juga orang dewasa bisa menjadi penggemar fanatik dan pakar menilai fanatisme adalah berbahaya.
"Ketika dia menyukai sesuatu, kemudian itu sangat terinternalisasi ke dalam dirinya. Jadi, enggak sekedar suka, tetapi, merasa bahwa idolanya perlu diikuti bahkan sadar tidak sadar dia meniru semua tentang idolanya," kata Mega, dikutip Senin (27/2).
Baca juga: Cerita Penggemar Fanatik Messi: Tetap Bertahan Walau tanpa Tiket
Oleh karena itu, mempunyai batasan menjadi penting karena dapat menjadi semacam tembok agar individu tetap melakukan aktivitas seperti seharusnya tanpa terganggu kegiatan yang berhubungan dengan idola mereka itu.
"'Oh dia idola yang memang semua orang menggemarinya juga, aku suka filmnya, suka musiknya', sudah. Enggak perlu mengikuti semua gayanya. Kita seorang individu biasa yang juga punya aktivitas secara realita, mungkin sekolah, kuliah, bekerja atau bahkan menjadi seorang ibu. Jangan sampai lagi mengasuh anak kita enggak ngeliatin anak, sibuk kepoin idola kita lagi ngapain atau nonton terus. Itu kan enggak bagus," kata Mega.
Menurut dia, mengidolakan artis tertentu masih dikatakan wajar apabila masih bisa membedakan mana yang kenyataan dan sekadar kesenangan.
Misalnya tahu lagu-lagu atau menonton film yang dibintangi sang idola, tanpa harus mengganggu aktivitas harian.
"Tetapi menjadi tidak wajar, kalau misal idolanya potong rambut, dia ikutan potong rambut. Idolanya beli barang tertentu dia ikutan beli. Jadi dia berusaha menyamai si idolanya, itu sudah tidak wajar," kata Mega.
Melakukan kegiatan yang produktif dan berolahraga dapat menjadi cara menghindari diri menjadi fanatik terhadap idola.
Olahraga, sambung Mega, bisa membantu mengeluarkan hormon bahagia sekaligus membuat pikiran menjadi lebih positif.
"Jadi, kita enggak melulu memikirkan idola kita. Kita jadi lebih tahu batasan realitas kapan, sih, waktunya kita menunjukkan ini batasan saya, bukan kehidupan dia," tutur Mega.
Mega menambahkan, sikap fanatik berlebihan bisa merugikan individu karena waktu yang bisa digunakan untuk hal-hal yang produktif menjadi akhirnya waktu terbuang begitu saja akibat terus menerus mengikuti kegiatan sang idola. (Ant/OL-1)
Terkini Lainnya
John Cena Ucapkan Terima Kasih dan Tidak Akan Kembali ke WWE
Justin Timberlake Ucapkan Terima Kasih kepada Penggemar Usai Penangkapan DWI
Penggemar Cristiano Ronaldo Ganggu Kemenangan Portugal di Euro 2024
Ribuan Tiket Gratis Ludes Dipesan untuk Melihat Kylian Mbape Latihan Jelang Euro 2024
Game Honkai:Star Rail (HSR) Rayakan Anniversary 1 Tahun
Kerusuhan Terjadi Setelah Pertandingan Trabzonspor vs Fenerbahce di Liga Turki
Setelah Menang Presiden, Pezeshkian Kini Menghadapi Jalan Terjal
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap