visitaaponce.com

Kebiasaan tidak Sarapan Bisa Pengaruhi Psikologis Anak

Kebiasaan tidak Sarapan Bisa Pengaruhi Psikologis Anak
Ilustrasi(Quotesgram)

KEBIASAAN melewatkan sarapan dapat mempengaruhi psikologis anak, salah satunya kehilangan fokus sehingga kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah. Hal itu dikatakan psikolog Intan Erlita

"Kalau anak kita belum sarapan, jam 9 sampai 10 itu kadar gula darahnya turun kalau dari segi medisnya, lalu yang muncul biasanya yang pertama adalah anak cenderung cranky dan enggak fokus. Karena, bagaimana mau fokus kalau perutnya keroncongan, akhirnya dia enggak konsentrasi sama pelajaran," kata psikolog lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu, dikutip Minggu (12/3).

Intan melanjutkan, jika anak terus-terusan tidak fokus pada pelajaran di sekolah karena tidak sarapan, yang dapat terjadi selanjutnya adalah penurunan prestasi.

Baca juga : Orangtua Diingatkan Pantau Tumbuh Kembang Anak untuk Deteksi Dini Diabetes

"Karena enggak cuma sekali kelewat sarapannya, kan. Bahkan ada beberapa keluarga yang merasa bahwa sarapan itu enggak penting lalu makannya digabung ke makan siang," ujar Intan.

Jika kebiasaan melewatkan sarapan terus berlanjut hingga anak duduk di bangku SMP dan SMA, anak bisa jadi melakukan kecerdikan-kecerdikan yang negatif, seperti melewatkan pelajaran dan memilih pergi ke kantin untuk mengisi perut.

"Karena kan jam 9 atau jam 10 dia udah lapar. Akhirnya pura-pura izin ke toilet, padahal ke kantin. Manusia kan secara natural itu instingnya berburu. Jadi ketika perut lapar, instingnya bergerak dan akhirnya punya ide untuk ke kantin, cari makanan," tutur Intan.

Baca juga : Perbaikan Jadwal Makan Bisa Atasi Anak Susah Makan

Untuk itu, menurut Intan, penting bagi orangtua membiasakan anak sarapan setiap pagi, tentunya dengan menu yang bernutrisi. Cara efektif yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan contoh.

"Harus dimulai dari orangtua, karena anak itu kan meniru apa yang orangtua lakukan. Jika orangtua ingin anaknya terbiasa dengan sarapan bernutrisi, mereka harus memberikan contoh dan membiasakan sarapan sebagai bagian dari kegiatan harian," ujar Intan.

Ia menambahkan, kegiatan sarapan juga harus dilakukan dengan senyaman mungkin. Orang tua perlu memperhatikan makanan apa yang disukai anak dan melibatkan anak untuk merencanakan sarapan atau bekal yang diinginkannya.

Baca juga : Ini Beda Demam Biasa dengan Demam Tifoid

"Sehingga, terciptalah semacam placebo effect di mana otak sudah membayangkan sesuatu yang diinginkan sehingga anak menanti-nantikan momen sarapan dengan menu favoritnya," kata Intan.

Ia juga mengatakan, saat mengajak anak sarapan, orangtua sebaiknya tidak menggunakan nada yang keras atau kalimat-kalimat yang membuat anak tidak nyaman. 

Pasalnya, menurut dia, saat makan atau sarapan merupakan waktu yang tepat untuk semakin mempererat hubungan orangtua dan anak. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat