Ini Alasan Makan Satai Dibatasi Maksimal Tiga Kali dalam Sepekan
DOKTER spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi medik Faizal Drissa Hasibun tidak melarang orang-orang mengonsumsi satai namun sebaiknya tidak lebih dari dua atau tiga kali dalam sepekan karena tergolong sudah berlebihan.
"Kalau memakai arang dan sering (makan satai yang dibakar dengan arang), tidak disertai konsumsi serat yang cukup, dia akan membuat deposit di permukaan usus, membuat radang karena yang dibakar itu akan menimbulkan oksidasi, yang disebut nitrile amine," kata Faizal, dikuip Kamis (16/3).
Menurut Faizal, risiko radang pada usus akan lebih kecil pada mereka yang menyantap satai (dibakar dengan arang) misalnya hanya sekali dalam sebulan, lebih banyak menyantap sayuran dan buah, serta rutin berolahraga.
Baca juga: Masyarakat Diingatkan untuk Cermati Label Gizi Makanan Olahan
"Memang ada risiko kalau yang memakai arang. Kalau yang tidak pakai arang lebih aman," kata dia.
Selain satai, Faizal juga membahas mengenai penggunaan Teflon. Dia mengingatkan orang-orang agar berhati-hati menggunakan Teflon karena sejumlah literatur menyebut merek untuk bahan kimia sintetik yang disebut polytetrafluoroethylene (PTFE) itu berisiko menimbulkan kanker.
"Bahan dasar panci, terutama penggorengan itu mesti hati-hati. Ada beberapa literatur yang menyebutkan Teflon juga berisiko untuk menimbulkan kanker, terutama teflon yang sering dipakai itu kan terkelupas ya gabung dengan makanan, kalau berulang-ulang, memang berisiko," jelas dia.
Baca juga: Ini Tips Menambah Serat pada Nasi Putih
Sementara itu, seperti disiarkan Healthline, adanya kekhawatiran pada penggunaan peralatan masak Teflon dan risiko kanker bukanlah tentang Teflon itu sendiri, tetapi ada hubungannya dengan asam perfluorooctanoic (PFOA) yakni bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan Teflon.
PFOA pernah digunakan dalam pembuatan Teflon. Sejak 2013, semua produk bermerek Teflon bebas PFOA. Meskipun ada beberapa penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara PFOA dan kanker, tidak ada hubungan yang terbukti antara Teflon dan kanker.
Studi umumnya melibatkan paparan PFOA yang sangat tinggi memunculkan hasil beragam.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat polifluoroalkil (PFAS) tingkat tinggi tertentu dapat menyebabkan peningkatan risiko sejumlah kanker seperti kandung kemih, ovarium, prostat dan testis. (Ant/Z-1)
Terkini Lainnya
Pangansari Utama Raih Penghargaan Platinum dari 7 Sky Media Award
Rasakan Keistimewaan Dining in Style di Swiss-Belresidences Kalibata
Henry's Steakhouse Luncurkan From Grill to Greatness
Produsen Kacang-Kacangan Bersiap Melepas 20 Persen Saham di Bursa Efek Indonesia
Panduan Penting tentang Keamanan Makanan untuk Anak
Konsumsi Pepaya Bisa Turunkan Kadar Kolesterol
Omakase Satai Jepang dengan Saus 60 Tahun
Jelang Idul Adha, Perajin Tusuk Satai Kebanjiran Pesanan
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Manajemen Haji dan Penguatan Kelembagaan
Integrative & Functional Medicine: Pendekatan Holistik dalam Pengobatan Kanker
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap