visitaaponce.com

Orangtua Diingatkan Terapkan Asah, Asih, Asuh di 1.000 HPK

Orangtua Diingatkan Terapkan Asah, Asih, Asuh di 1.000 HPK
Ilustrasi(Freepik)

ANGGOTA Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Keumala Pringgardini mengingatkan para orangtua untuk menerapkan prinsip asah, asih, asuh dalam merawat anak mereka, khususnya di 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).

Periode 1.000 HPK dinilai sebagai masa emas bagi buah hati untuk bertumbuh dan berkembang secara optimal.

"Di masa emas ini, kita harus betul-betul memperhatikan tumbuh dan kembang anak lewat asah, asih, asuh. Tidak cuma nutrisi, tetapi semuanya harus diperhatikan, jangan sampai terlewat," ujar Keumala dalam acara bincang-bincang The Best Care For the First 1000 Days, Selasa (28/3).

Baca juga: Cegah Anak Konsumsi Junk Food dengan Asupan Protein Hewani dan Serat

Asah, kata dia, terkait dengan stimulasi yang diberikan orangtua kepada bayi, baik lewat kegiatan fisik maupun interaksi sosial.

Lewat stimulasi kegiatan dan interaksi sosial yang tepat, maka pertumbuhan motorik dan kemampuan sosial anak dapat berjalan sesuai usianya, katanya.

Dengan asih, orangtua memberikan kasih sayang dan mengajak anak mengekspresikan perasaan dengan tepat sehingga pertumbuhan emosinya berjalan optimal.

Baca juga: Orangtua Diingatkan Beri Apresiasi pada Anak yang Mulai Belajar Berpuasa

"Tunjukkan kasih sayang lewat kontak langsung. Bisa dilakukan dengan mencium dan memeluk anak. Orangtua bisa ajak anak untuk bersama-sama mengungkapkan rasa sayang kepada sesama," kata dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Siloam ASRI itu.

Sedangkan dengan asuh, kata Keumala, orangtua diajak mengasuh anak dengan memberikan perawatan yang tepat sehingga kesehatan fisik dan mentalnya bisa terjaga.

Dalam pemberian nutrisi, misalnya, orangtua harus belajar memberikan nutrisi terbaik lewat air susu ibu (ASI) eksklusif dan menyempurnakannya dengan makanan pendamping ASI (MPASI).

Dari segi kesehatan, anak-anak sedari dini dilengkapi imunisasinya dan diajarkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS), yang diharapkan mampu menjadi gaya hidup yang tak terpisahkan hingga mereka dewasa.

"Ini semua harus terus dipantau. Anak harus diperhatikan, sesuai tidak tumbuh-kembangnya dengan indikator usianya. Jangan sampai kita melewatkan masa emas ini karena tentu tidak akan kembali lagi," ujar Keumala.

Seribu HPK juga penting untuk diawasi oleh orangtua, sejalan dengan program Kementerian Kesehatan, sebagai upaya pencegahan stunting.

Stunting diakibatkan oleh kekurangan asupan gizi kronis atau berlangsung cukup lama.

Kasus stunting menjadi perhatian serius pemerintah karena menyebabkan gangguan pada penderitanya di masa depan, yakni perkembangan fisik dan kognitif yang tidak optimal.

Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kemenkes pada 2022 mencatat prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6%.

Selain mengajak orangtua untuk fokus pada 1.000 HPK, pemerintah juga melakukan intervensi lewat program edukasi dan promosi, mulai dari siswi SMP hingga ibu hamil.

Diharapkan pada 2024, prevalensi kasus stunting di Indonesia bisa turun menjadi 14%. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat