visitaaponce.com

Dokter Sebut tidak Ada Obat untuk Infeksi HPV

Dokter Sebut tidak Ada Obat untuk Infeksi HPV
Ilustrasi(Freepik)

INFEKSI human pappilomavirus (HPV) bisa sembuh sendiri namun kemungkinan menjadi infeksi menetap lebih besar pada perempuan berusia 30 tahun ke atas. Hal itu diungkapkan dokter obstetri dan ginekologi dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Andry.

"Infeksi virus HPV tidak memiliki pengobatan antivirus yang spesifik. Infeksi ini bisa sembuh sendiri dengan bantuan imunitas tubuh," ungkap Andry dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (12/4).

Andry menambahkan sebagian besar infeksi HPV tidak bergejala namun ada beberapa yang menimbulkan gejala berupa kutip pada alat kelamin atau bagian tubuh lain.

Baca juga: Vaksin HPV untuk Anak Efektif Cegah Kanker Serviks

Karena infeksi awal HPV tidak bergejala, Andry menyebut pencegahan sangat penting dilakukan, salah satunya dengan melakukan vaksinasi HPV.

Vaksinasi dapat mencegah infeksi HPV, yang menyebabkan terjadinya kanker serviks invasif.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) merekomendasikan dosis vaksinasi HPV pada anak perempuan berusia sembilan hingga 14 tahun sebanyak dua dosis, sementara pada perempuan berusia di atas 18 tahun diberikan tiga dosis.

Baca juga: Single Partner Juga Berisiko Terinfeksi Virus HPV

Vaksin HPV pada umumnya dapat diterima dengan baik oleh para penerimanya dan reaksi paling sering terjadi setelah vaksinasi berhubungan dengan tempat penyuntikkan seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan yang hanya bersifat sementara.

"Antibodi atau kekebalan yang ditimbulkan dari vaksinasi HPV memberikan perlindungan jangka panjang dan berlangsung lama," tegas Andry.

Vaksinasi HPV akan bermanfaat maksimal pada seseorang yang belum pernah melakukan hubungan seksual. Namun, hal itu tidak berarti vaksin tidak bermanfaat bagi perempuan yang sudah menikah atau pernah berhubungan seksual.

"Vaksin ini juga bermanfaat karena belum tentu seseorang tersebut pernah terpapar oleh virus HPV dengan strain (jenis) yang dapat dicegah oleh vaksin," kata Andry.

Dia menyarankan perempuan yang sudah aktif secara seksual, sebelum mendapatkan vaksin HPV untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis obstetri dan kebidanan serta melakukan pemeriksaan organ kewanitaan terlebih dahulu.

Bagi mereka yang aktif secara seksual dan telah menerima vaksin, Andry menyarankan agar melakukan skrining atau deteksi dini rutin karena 30% kasus kanker serviks disebabkan oleh jenis HPV yang tidak dapat dicegah oleh vaksin.

Skrining termasuk sebagai pencegahan sekunder kanker serviks untuk mendeteksi keberadaan sel-sel abnormal, lesi prakanker, dan kanker serviks, namun, tidak dapat mencegah terjadinya infeksi HPV.

Andry menilai skrining penting dilakukan karena kanker serviks stadium awal tidak bergejala. 

Apabila ada gejala yang timbul, imbuh dia, maka biasanya menandakan kanker serviks sudah mencapai tahap lanjut.

Jika kanker serviks telah terdeteksi dini (tahap lesi prakanker atau stadium awal), kemungkinan bisa ditangani dengan tuntas dan tingkat kesembuhannya akan sangat tinggi.

"Skrining kanker serviks tetap diharuskan walaupun sudah mendapat vaksinasi HPV," pungkas Andry. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat