visitaaponce.com

Walk for Autism Perkuat Kesadaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Walk for Autism Perkuat Kesadaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Walk for Autism bakal digelar pada Minggu 14 Mei 2023. (Dokumentasi pribadi.)

MASIH banyak isu sosial di tengah masyarakat yang mengesampingkan kepentingan hak anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) seperti bullying, pelecehan seksual, penolakan, kekerasan pada anak, diskriminasi sosial, limitasi akses pendidikan, dan kesempatan pekerjaan yang sama. Karena itu, Walk for Autism bakal digelar pada Minggu 14 Mei 2023. 

Ajang itu terlaksana berkat dukungan JCI Nusantara, JCI Jakarta, JCI East Java, Yayasan Indriya, LSPR Institute of Communication & Business (LSPR Institute), London School Centre for Autism Awareness (LSCAA), Prana Satya Learning Center, Kouji Genki Project, Perempuan Tangguh Indonesia, dan didukung oleh komunitas disabilitas lain. Rute jalan bermula dari Gedung Kampus LSPR Sudirman Park Area Sudirman dan kembali ke Gedung Kampus LSPR.

Kegiatan itu secara konsisten untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat umum terhadap tumbuh kembang ABK dengan cara memahami, menerima, dan memberikan tempat yang layak, serta kesempatan yang sama.

Baca juga: Ini Faktor Penyebab dan Ciri Autisme

Pada Press Conference, turut mengundang beberapa perwakilan asosiasi dan komunitas, yaitu Ibu Juliana Cen selaku Project lead Walk for Autism Campaign dan Partner Development Team Lead Microsoft Indonesia, Ibu Dina selaku Director of LSCAA & LSBA, dan Dr. Hemasari Dharmabumi selaku Wakil Ketua Perempuan Tangguh Indonesia.

Project lead Walk for Autism Campaign dan Partner Development Team Lead Microsoft Indonesia Juliana Cen menyampaikan acara itu diselenggarakan untuk mendukung presensi para penyandang autisme dan disabilitas lain. Pihaknya percaya ketika diberikan kesempatan yang sama, penyandang autisme dan disabilitas akan mampu menyalurkan kelebihan masing-masing untuk mendorong semakin banyak inovasi. Suatu inovasi yang betul-betul menghargai perbedaan, merangkul keberagaman, dan menciptakan dampak positif bagi masyarakat luas secara inklusif. 

Baca juga: Autisme tidak Berhubungan dengan Konsumsi Air Galon Guna Ulang

"Itu sebagaimana acara ini berhasil terwujud berkat kolaborasi begitu banyak pihak, mulai dari institusi pendidikan, perusahaan, komunitas, hingga individu. Kami mengajak semakin banyak elemen masyarakat untuk bersatu karya, membangun masyarakat yang semakin peduli dan inklusif. Ini bukan tentang kita, dia, atau mereka sebagai individu, tetapi tentang kita sebagai satu kesatuan masyarakat. When there is no door for us, let's build our own doors," ujarnya yang juga merupakan seorang asperger dan ibu dengan anak kembar autis, Jakarta, Jumat (12/5).

Senada, Direktur London School Centre for Autism Awareness dan London School Beyond Academy Chrisdina menerangkan terkait kesadaran autisme dapat terbentuk jika seluruh lini masyarakat bekerja sama. "Perlu kerja sama dari semua bidang untuk dapat memberikan peluang individu autistik untuk menjadi bagian dari lingkungan sosial. Bertambahnya tahun menunjukkan semakin banyak gerakan dengan tujuan yang sama yaitu membangun masyarakat inklusif."

Di sisi lain, Ketua Umum Yayasan Perempuan Tangguh Indonesia Myra Winarko menyoroti elalui Walk for Autism, Perempuan Tangguh Indonesia bersama berbagai lapisan masyarakat yang peduli mendukung upaya pemerintah menyediakan fasilitas bagi penyandang disabilitas agar dapat berpartisipasi penuh secara ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya. Dengan demikian, mereka dapat menikmati semua hak yang telah dijamin oleh UU.

Selain itu, orangtua remaja autistik & Founder PSLC & Kids Yoga Jakarta, Tina Maladi, menekankan pentingnya penerimaan orangtua dalam memiliki anak berkebutuhan khusus. Orangtua merupakan fondasi utama. Sebelum berharap dan menyuarakan kesadaran autisme untuk masyarakat, perlu dipastikan orangtua menerima dan mendukung kehadiran buah hati.

"Sebagai orangtua dari anak autistik, saya mau share tips buat orangtua yang anaknya baru terdiagnosa autism spectrum disorder. Biasanya ada rasa marah, sedih, denial. Itu boleh-boleh saja karena kita kan manusia biasa. Yang penting jangan terlalu lama karena kita akan kehilangan waktu untuk early intervention. Timbulkan rasa ingin tahu terhadap perilaku dan kondisi anak sehingga kita belajar mengerti tentang kondisi autism spectrum disorder," tutur Tina. (RO/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat