visitaaponce.com

IDI Apresiasi Danone SN Indonesia Bantu Atasi Stunting

IDI Apresiasi Danone SN Indonesia Bantu Atasi Stunting
PB IDI mendorong kolaborasi lintas sektor dan mengapresiasi komitmen Danone SN Indonesia mendukung penguatan sistem kesehatan.(Dokumentasi pribadi.)

BERDASARKAN hasil survei Status Gizi Indonesia pada 2022, prevalensi stunting sekitar 21,6% dengan target turun menjadi 14% di 2024. Karenanya, PB IDI mendorong kolaborasi lintas sektor dan mengapresiasi komitmen Danone SN Indonesia mendukung penguatan sistem kesehatan dalam menanggulangi stunting sejalan dengan Perpres Nomor 72 Tahun 2021.

"Permasalahan stunting ialah salah satu permasalahan kesehatan yang belum selesai. Permasalahan stunting bukanlah permasalahan pemerintah saja. Keterlibatan lintas sektor perlu dilakukan untuk penanggulangan secara kolaboratif. Hal tersebut menjadi kunci dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan. Perlu peran dari organisasi profesi, LSM, NGO, termasuk pihak swasta, seperti Danone, sangat dibutuhkan dalam satu upaya kolaborasi, untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan di Indonesia," jelas Dr. dr. Moh Adib Khumaidi, Sp. OT, Ketua Umum PB IDI pada diskusi bertajuk Apa yang perlu diketahui dokter umum tentang stunting? pada 18 Mei 2023 di  Banjarbaru, Kalimantan Selatan. 

Diskusi yang bertepatan dengan Hari Bakti Dokter Indonesia digelar Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia bersama Pengurus Besar Dokter Indonesia (PB IDI). Tujuannya meningkatkan pemahaman dan kapasitas dokter dalam menanggulangi anak stunting, menyosialisasikan program-program yang akan dikolaborasikan, meningkatkan kolaborasi pentaheliks dalam mendukung program percepatan penurunan stunting, serta menginspirasi pihak-pihak lain untuk turut berkontribusi dalam upaya percepatan penurunan stunting. Selain mengadakan sesi diskusi, Danone SN Indonesia dan PB IDI juga melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama untuk penanganan stunting. 

Baca juga: Penanganan Stunting Terkendala Komorbid

Danone SN Indonesia menjalankan sejumlah program yang secara bersamaan turut berkontribusi dalam pencegahan isu stunting dengan payung program bernama Bersama Cegah Stunting untuk menjangkau lebih dari 4,5 juta penerima manfaat. Beberapa program di bawahnya seperti WASH (Water Access, Sanitation and Hygiene) sebagai program dan strategi pengelolaan sumber air terpadu di daerah yang memiliki akses air dan sanitasi rendah. Danone SN Indonesia juga menjalankan program edukasi kesehatan berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan menyasar guru-guru PAUD hingga guru SD lewat program Isi Piringku untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya edukasi kesehatan, gizi, dan pola asuh yang baik selama periode tumbuh kembang anak. 

Selain itu, edukasi diarahkan kepada remaja putra dan putri sebagai calon orangtua. Menggandeng tenaga kesehatan, para ahli di bidangnya dalam program Aksi Cegah Stunting, bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan studi untuk melihat pola asuh dan pola pola intervensi yang perlu dilakukan dalam kondisi-kondisi khusus. Dengan demikian, program Aksi Cegah Stunting bisa menurunkan angka stunting dalam periode studi yang ditentukan.

Baca juga: Bunda Merah Putih Edukasi Masyarakat Terkait Stunting

"Berbicara tentang stunting, kita tidak hanya berbicara tentang nutrisi, tetapi juga akses air bersih dan sanitasi sangat berpengaruh. Dengan visi One Planet, One Health, kami percaya bahwa manusia akan sehat jika nutrisi dan asupannya baik, juga manusia akan sehat jika lingkungannya sehat. Program inilah yang kami coba majukan bersama dengan mitra, tentu dengan IDI, untuk bisa menyasar permasalahan nutrisi juga hidrasi yang sehat, akses air, sanitasi, pengelolaan lingkungan juga sampah. Mudah-mudahan dengan yang kami lakukan dan terus tingkatkan dapat mendukung program pemerintah, prioritas nasional untuk akselerasi penurunan angka stunting hingga 14% di 2024," papar Vera Galuh, VP General Secretary Danone Indonesia.

PB IDI dan Danone SN Indonesia memiliki komitmen dan tujuan sama dalam mengatasi permasalahan stunting di Indonesia, sehingga dalam kesempatan ini pula dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) sebagai awal dari kolaborasi antara Danone SN Indonesia bersama PB IDI dalam menurunkan prevalensi stunting di Indonesia. "Penanganan stunting tidak bisa dilakukan oleh satu pihak, seperti kita mengatasi penyakit lain, tetapi dibutuhkan pendekatan multisektoral. Kami berharap kerja sama ini bisa berjalan dalam jangka panjang. Stunting erat sekali kaitannya dengan kehamilan hingga 1.000 hari pertama kehidupan, bahkan lebih hulu lagi, bagaimana persiapan kehamilan. Kolaborasi ini menjadi kolaborasi yang penting, karena hasil penanganan stunting tidak hanya bisa dinilai dalam satu sampai dua tahun, tetapi dalam pola yang panjang. Karenanya, kami berharap program ini terus dilakukan dalam jangka panjang," ujar Dr. Ulul Albab, Sp.OG, Sekretaris Jenderal PB IDI.

Dalam mencegah dan menurunkan angka stunting di Indonesia, selain kolaborasi antarsektor, dibutuhkan juga kerja sama antarprofesi. Prinsip pencegahan stunting dibagi menjadi tiga, yakni pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer dapat dilakukan oleh orang terdekat seperti keluarga dan kader posyandu dengan menjaga gizi seimbang serta melakukan deteksi dini malnutrisi. Pencegahan sekunder dilakukan dokter umum (puskesmas) dengan deteksi dini penyakit dan tata laksana segera serta diberikan terapi nutrisi PDK. Kemudian, pencegahan tersier dilakukan oleh dokter spesialis anak (RSUD) lalu ditata laksana sesuai indikasi. Angka stunting ini bisa diturunkan atas usaha dimulai dari dokter keluarga, kader posyandu, puskesmas, hingga dokter spesialis anak. 

"Kami Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam program Aksi Cegah Stunting melakukan kerja sama dengan Danone sejak 2021 dengan melakukan studi di 13 kabupaten di seluruh Indonesia dengan hasil yang bagus melalui penerapan sistem rujukan untuk penanganan stunting. Di sisi lain, kami menyadari di Indonesia, kita tidak perlu muluk-muluk dalam mencukupi kebutuhan protein hewani untuk anak. Kita bisa dengan mudah menemukan sumber protein seperti ikan patin dan telur. Lalu intervensi pemberian PKGK atau pangan olahan berbasis untuk anak berkebutuhan khusus juga perlu diberikan sesuai dengan Permenkes Nomor 29 Tahun 2019 yang menjadi dasar kami," tutup Dr. Arief Budiarto, Sp.A, Dokter Spesialis Anak. (RO/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat