visitaaponce.com

Peta Jalan Pengurangan Sampah, Ini Strategi Yakult dan Unilever

Peta Jalan Pengurangan Sampah, Ini Strategi Yakult dan Unilever
Ilustrasi(Pexels)

PRODUSEN memiliki peran penting dalam pengurangan sampah di Indonesia. Berdasarkan PP 75 tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen, setiap produsen di Indonesia diwajibkan untuk membuat aturan mengenai pengurangan sampah hingga 2029.

Namun demikian, hingga kini baru ada 42 produsen yang menyerahkan roadmap tersebut kepada pemerintah dan 16 produsen yang mengimplementasikan pengurangan sampah sesuai aturan PP 75 tahun 2019. Salah satu perusahaan tersebut adalah PT Indonesia Yakult Persada.

Dessy Rahmawati, perwakilan dari PT Indonesia Yakult Persada, pihaknya melakukan upaya pengurangan sampah dari langkah kecil, sejak 2021 lalu. Setelah beberapa tahun diterapkan, Yakult memperluas pengumpulan bekas kemasan di wilayah Jawa, Sumatra dan NTB dengan melibatkan sebanyak 1.000 direct sales dan 8.000 Yakult lady.

Baca juga : Kelola Sampah Plastik, Garudafood Jalin Kolaborasi Sediakan Dropbox Sampah

"Pada 2021 kita melakukan pilot project, hanya di tiga cabang di wilayah Sukabumi. Saat itu kami hanya melibatkan sebanyak 30 orang direct sales dan 39 orang Yakult lady," kata Dessy dalam acara talkshow bertajuk Sirkular Ekonomi dan Kewajiban Produsen dalam Pengurangan Sampah, Rabu (14/6).

Ia mengungkapkan, hingga kini timnya masih terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan kembali bekas kemasan Yakult untuk didaur ulang. Pada tahun itu, dari target pengurangan sampah sebesar 0,07%, Yakult berhasil melampauinya, yakni dengan pengurangan sebesar 0,15%.

Baca juga : Sampah adalah Masalah Mental

Selain mengumpulkan plastik bekas kemasan, Yakult juga mengembangkan mesin pencacah botol yang targetnya bisa disiapkan di kantor-kantor cabang Yakult. Agar sampah yang terkumpul bisa dengan mudah diangkut untuk proses daur ulang.

"Selain penarikan, sesuai dengan PP 75 tahun 2019 produsen juga harus melaukan komunikasi, informasi dan edukasi. Kami memiliki departemen sendiri untuk memberikan sosialisasi pada masyarakat umum, termasuk sekolah-sekolah apa upaya yang bisa dilakukan untuk pengurangan sampah," ucap dia.

Dessy menyatakan, tahun ini pihaknya menargetkan pengurangan sampah sebesar 4,2% dan pada 2030 sebesar 30,48%.

 

Gandeng bank sampah

 

Pada kesempatan itu, Head of Sustainable Environment Unilever Indonesia Maya Tamimi mengakui, untuk melakukan pengurangan sampah tentu perusahaan menemui sejumlah tantangan. Misalnya saja, Unilever yang kini memilih bahan baku daur ulang untuk beberapa produknya harus melakukan edukasi ekstra kepada konsumen.

"Karena inovasi yang dilakukan gak mulus-mulus banget, karena plastik dari produk daur ulang itu berpengaruh pada penampakan produk. Misalnya pada produk Rinso, itu kemasannya jadi bergerinjil. Jadi kami beri tahu di kemasan kami, bahwa kemasan ini bertekstur ini karena menggunakan bahan daur ulang, agar konsumen paham," ucap dia.

Namun, Maya mengungkapkan pihaknya berkomitmen untuk berkontribusi dalam pengurangan sampah di Indonesia. Selain mengurangi virgin plastik pada produk, pihaknya juga meningkatkan penggunaan PCR dalam kemasan serta mengumpullkan kembali plastik bekas kemasan.

"Pengumpulan limbah plastik ini kami tidak bekerja sendirian, tapi bekerja sama dengan bank sampah di 50 kabupaten/kota dan 11 provinsi. Pada 2022 kami berhasil mengumpulkan sebanyak 62.360 ton sampah plastik. Tentu bukan hanya kemasan kami saja, tapi juga yang lainnya untuk kami olah," pungkas dia. (Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat