visitaaponce.com

Berdayakan Penyandang Disabilitas, Bappenas Gelar Disability Art Festival

Berdayakan Penyandang Disabilitas, Bappenas Gelar Disability Art Festival
Dalam berkarya, para penyandang disabilitas harus diarahkan menjadi profesional dan menghasilkan karya dengan nilai jual tinggi.(Dokumentasi pribadi.)

KEMENTERIAN PPN/Bappenas melalui Direktorat Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat mewadahi kolaborasi inspiratif para pegiat pemberdayaan disabilitas serta para penyandang disabilitas dengan menyelenggarakan Disability Art Festival 2023. Berlangsung di Menara Bappenas, Rabu (21/6), Disability Art Festival 2023 mengusung tema Ragam Inspirasi Mewujudkan Indonesia Emas 2045. Rangkaian acara dalam Disability Art Festival 2023 terdiri dari peragaan busana, pertunjukan musik, dan bincang inspiratif.

Disability Art Festival dibuka Plt Deputi Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas. Selain itu, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Menteri Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi, serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga menyampaikan pidato kunci dalam acara acara tersebut. Tujuan acara tersebut ialah sebagai wadah unjuk kebolehan para penyandang disabilitas bertalenta. Selain itu, acara tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa para penyandang disabilitas punya hak untuk terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Menampilkan busana rancangan para seniman penyandang disabilitas dalam Creative Business of Diffable Community (CIDCO), peragaan busana Disability Art Festival 2023 mengundang decak kagum penonton. Memukau pula penampilan karya-karya Cahya Budi Saptono, perancang busana penerima manfaat Program Pahlawan Ekonomi yang berasal dari Surabaya. Cahya Budi Saptono melalui Surya Gallery berkolaborasi dengan para siswa SLB Negeri Gedangan untuk memproduksi batik tulis dan batik cap dengan berbagai motif unik dan modern. Hasil karya dua perancang busana tersebut diperagakan oleh para model penyandang disabilitas dari Fira Modeling Disabilitas, Yayasan Biruku Indonesia, dan para finalis Abang-None DKI Jakarta. Terlepas dari kondisi khusus yang beragam, para model penyandang disabilitas sangat lihai berlenggak-lenggok mengelilingi penonton dengan konsep trunk fashion show.

Baca juga: Putri Ariani Diangkat Menjadi Duta Kekayaan Intelektual 2023

Selain para perancang busana dan model penyandang disabilitas, Disability Art Festival 2023 dimeriahkan dengan pertunjukan musik yang menghadirkan Musical Notes Band, band tuna netra binaan Institut Musik Jalanan. Dalam kesempatan tersebut, Musical Notes Band membawakan beberapa lagu yang mengundang penonton bernyanyi bersama. Founder Institut Musik Jalanan, Andi Malewa, menyampaikan bahwa para musisi penyandang disabilitas berhak mendapatkan akses yang baik, penghidupan layak, serta pekerjaan nyaman, dan sesuai passion mereka. Andi menekankan bahwa para penyandang disabilitas tidak boleh dibatasi dengan dianggap hanya bisa menekuni bidang-bidang pekerjaan yang mengandalkan fisik. Dengan menerapkan prinsip pendidikan sepanjang hayat, para penyandang disabilitas dapat mengembangkan keterampilannya untuk menghasilkan karya bernilai tinggi dan dapat mengangkat taraf hidup mereka.

Pada acara bincang inspiratif, Ketua Tim Edukasi 1 Direktorat Pembangunan Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif Kemenparekraf Kemal Akbar Monoarfa menyampaikan bahwa terdapat skema kredit dan permodalan usaha bagi penyandang disabilitas yang termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2022 tentang Ekonomi Kreatif. Ada jaminan hak intelektual memungkinkan untuk dijadikan sebagai agunan kredit. Pelaku ekonomi kreatif dapat mengajukan pinjaman dari lembaga perbankan maupun nonperbankan dengan jaminan Hak Kekayaan Intelektual. Hal tersebut merupakan peluang bagi para penyandang disabilitas untuk terus berkarya dan meningkatkan usaha. Di samping itu, pemerintah terus berupaya mendorong pengembangan ekonomi kreatif melalui kegiatan pelatihan fotografi, perfilman, kuliner, fesyen, kriya, dan musik.

Baca juga: WHO Perkirakan 80 Juta Orang Gunakan Kursi Roda di Seluruh Dunia

Andi turut menyampaikan bahwa Institut Musik Jalanan bercita-cita menaungi para musisi disabilitas agar kemampuan mereka mendapat apresiasi bukan disebabkan oleh rasa belas kasihan, tetapi kualitas bermusik mereka yang luar biasa. Saat ini masih banyak musisi jalanan penyandang disabilitas yang masih menghadapi kendala mendapatkan akses. "Kita sering menemukan kondisi di saat teman-teman disabilitas yang sedang mengamen ditangkap oleh Satpol PP, kemudian dibawa ke panti sosial, dan diajarkan menjahit. Hal tersebut memaksa mereka untuk menjadi orang lain. Semoga hal tersebut tidak ada dalam perencanaan pembangunan ke depan. Arahkan mereka sesuai passion-nya," ujar Andi.

Ikhwan menambahkan bahwa pada kondisi saat ini secara statistik banyak penyandang disabilitas yang rentan menyentuh maupun berada di garis kemiskinan. Kewirausahaan digital yang memanfaatkan teknologi merupakan peluang besar bagi para penyandang disabilitas untuk mendapat kesempatan berwirausaha yang sejajar dengan nondisabilitas. Selain itu, jejaring yang dibangun antara para penyandang disabilitas dan nondisabilitas harus terus diperkuat dalam langkah pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan. "Kalau memulai wirausaha sendiri dirasa cukup sulit, kita harus berkolaborasi. Saya memulai usaha saya dengan sistem dropship dan sekarang Dekardekor sudah menjadi sebesar ini," papar Ikhwan. "Manfaatkan modal yang sudah ada sekarang seperti gadget, aplikasi-aplikasi pendukungnya, dan akses internet. Jangan menunda mengoptimalkan apa-apa yang kita punya."

Founder Art Therapy Center Widyatama Anne Nurfarina berpendapat bahwa dalam berkarya, para penyandang disabilitas harus diarahkan menjadi profesional dan betul-betul bisa menghasilkan karya dengan nilai jual tinggi. Yayasan Widyatama terus berupaya untuk berjejaring dengan berbagai asosiasi profesional seperti Asosiasi Musisi Indonesia dan Asosiasi Desainer Indonesia. Selain itu, jejaring dengan dunia industri juga terus diperkuat. Kabar baiknya, hotel dan museum sudah membuka diri untuk ramah disabilitas. Menurut Anne, hal tersebut perlu disambut dengan baik. "Saya rasa Bappenas cocok menjadi mediator strategis dalam isu ini," ujar Anne.

"Saya memiliki kecemasan bagaimana para penyandang disabilitas melanjutkan hidup ketika orang tua mereka sudah tidak ada? Terutama bagi para penyandang disabilitas intelektual. Oleh sebab itu, saya mendirikan Creative Business of Difable Community (CIDCO). Mudah-mudahan ada waktu di saat anak-anak bisa berkarya dan menghasilkan income," pungkasnya. (RO/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat