Idul Adha, Waspadai 3 Penyakit Ini Sebelum Membeli Hewan Kurban
![Idul Adha, Waspadai 3 Penyakit Ini Sebelum Membeli Hewan Kurban](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/06/84a6bb49fa4854484e0a6442d20c91fa.jpg)
MENJELANG Idul Adha 2023, masyarakat diimbau agar lebih berhati-hati memilih hewan kurban. Ada tiga penyakit hewan yang perlu diwaspadai, meskipun itu bukan tergolong penyakit zoonosis atau menular ke manusia.
Tiga penyakit hewan kurban itu meliputi Penyakit mulut dan kuku (PMK), Lumpy skin disease (LSD), dan Peste des petits ruminants (PPR). Berikut penjelasannya.
1. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
PMK adalah virus yang menular pada hewan ternak. PMK juga merupakan penyakit pertama yang diakui status resminya World Organisation for Animal Health (WOAH). Penyakit ini menyerang sapi, babi, domba, kambing, dan hewan memamah biak berkuku belah lainnya.
Baca juga : Presiden Jokowi Kurban Sapi di 38 Provinsi, Beratnya 900 Kg Hingga 1,2 Ton
Gejala klinis ditandai dengan demam dan luka seperti lepuh di lidah dan bibir, di mulut, di puting susu dan di antara kuku. Lepuh yang pecah dapat menyebabkan kepincangan yang ekstrem dan susah untuk bergerak atau makan. Biasanya, lepuh akan sembuh dalam waktu 7 hari tetapi kadang-kadang lebih lama.
"Hewan yang kena PMK tidak nafsu makan pengaruhnya juga ke bobot pakan, selain itu serangan PMK yang parah dapat menyebabkan lepasnya kuku pada hewan yang mengakibatkan kesakitan yang parah," kata drh. Ahmad Syifa Sidik dilansir dari NU pada Jumat (23/6).
Baca juga : DLH Larang Buang Limbah Hewan Kurban ke Badan Air
Menurutnya, PMK ditemukan di semua hewan yang terinfeksi. Hewan-hewan ini menghembuskan sejumlah besar virus melalui angin, yang dapat menginfeksi hewan lain melalui saluran pernapasan atau mulut. Virus ini dapat ditemukan dalam susu, bisa 4 hari sebelum hewan menunjukkan tanda-tanda penyakit.
2. Penyakit LSD atau Lato-Lato
Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau cacar sapi dan kerbau adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini dicirikan dengan adanya benjolan pada kulit sapi.
Timbulnya benjolan atau bintik-bintik pada kulit hewan yang tertular. Diawali dengan bintik-bintik tersebut kecil dan keras, tetapi secara bertahap tumbuh ukurannya dan menjadi lembut serta berisi cairan.
Virus yang menyebabkan LSD ini masuk ke dalam genus Capripoxvirus yang ditularkan melalui antropoda, terutama serangga pengisap darah seperti lalat, nyamuk, atau caplak.
"Penyakit LSD itu yang dikontrol bukan hanya pada hewan yang terjangkit tapi vektornya juga yaitu nyamuk dan lalat," tutur Pengurus GP Ansor Kabupaten Subang, Jawa Barat itu.
Gejala yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai berat. Menurut dia, gejala umum diawali dengan demam dan kadang diikuti dengan keluarnya ingus maupun leleran dari konjungtiva mata.
Adapun gejala yang bisa paling terlihat adalah munculnya nodul-nodul pada kulit. Nodul atau bintil-bintil ini tampak menonjol dengan diameter 2-5 sentimeter, berbatas jelas, tersebar di daerah leher, punggung, perineum, ekor, tungkai, dan organ genital.
Apakah hewan berpenyakit LSD layak dikonsumsi?
Apakah daging hasil sembelih dari hewan yang terkena LSD dapat dikonsumsi? Dokter Hewan Syifa menuturkan karena luka/lesio yang diakibatkan oeh LSD menembus hingga ke otot menyebabkan otot tersebut tidak layak dikonsumsi dan harus di triming/disisihkan untuk dibuang.
3. Penyakit Peste des petits ruminants (PPR)
Dilansir dari website DitjenPKH Pertanian, Peste des petits ruminants (PPR) merupakan salah satu penyakit virus pada kambing dan domba yang ditandai dengan peradangan pada saluran pencernaan dan pernafasan. Penyakit ini masuk dalam “daftar penyakit” yang dibuat oleh OIE.
PPR tidak memiliki vektor atau tidak ditularkan secara mekanis. Penularan utama terjadi melalui aerosol dan kontak langsung terhadap ternak terinfeksi. Penularan juga dapat terjadi secara tidak langsung melalui peralatan kendang, pakan, wadah air minum, dan peralatan lainnya.
Gejala awal yang muncul adalah demam dengan suhu mencapai 41 derajat celsius yang diikuti dengan depresi atau ternak menunjukkan tanda-tanda gelisah dan anoreksia. Demam ini dapat terjadi selama 3 sampai 5 hari.
Selain itu, ditemukan leleran hidung dengan bentuk feses yang cair hingga berdarah, batuk, dispneu, dan stomatitis disertai halitosis. Setelah 5 hari, ternak akan mengalami dehidrasi berat, hipotermia, kesulitan bernapas yang berat dan berujung pada kematian. Pada kasus perakut (umumnya pada kambing), sering terjadi kematian mendadak yang ditandai dengan demam tinggi dan depresi. (Z-4)
Terkini Lainnya
1. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
2. Penyakit LSD atau Lato-Lato
3. Penyakit Peste des petits ruminants (PPR)
Pengungsi Palestina di Yordania Terima Sumbangan 532 Ekor Domba
Berkurban
Avrist Assurance Berbagi Kebahagiaan di Idul Adha: Bersama Membangun Kebaikan melalui Kurban
Idul Adha Momentum Mendorong Masyarakat Jadi Generasi Amanah
Daging Dam Haji Dikelola untuk Penanganan Stunting
Ayep Zaki Bersama Boby Maulana Berkurban di Tipar Sukabumi
Kurban Serempak Empat Ton Daging di Idul Adha 1445 H
Berkontribusi Nyata, Rayakan Idul Adha dengan Pembagian Hewan Kurban
Rayakan Momen Idul Adha, 373 Hewan Kurban Disalurkan ke 13 Pesantren dan Lima Panti Asuhan
Yayasan Muslim Sinar Mas Land Berikan 481 Hewan Kurban
Ribuan Ton Sampah Jeroan Hewan Kurban Cemari Saluran Air dan Situ di Depok
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap