visitaaponce.com

Pengentasan Stunting di Kampung Nelayan Kalibaru Jakarta Utara

Pengentasan Stunting di Kampung Nelayan Kalibaru Jakarta Utara
Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) terkait sosialisasi pengentasan stunting(Dok)

SEKOLAH Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) terkait sosialisasi pengentasan stunting. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat hibah dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (DRTPM) tahun 2023.

Selain sosialisasi pengentasan stunting, kegiatan yang berlangsung di kampung nelayan, Kalibaru, Jakarta Utara ini juga melaksanakan peresmian instalasi Sistem Pemanenan Air Hujan (SPAH) dan Edible Garden. Pembangunan instalasi SPAH dilakukan di Masjid Nur Arrahman RW 13 Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Wilayah Jakarta Utara Provinsi DKI Jakarta. 

Diresmikan langsung oleh perwakilan Walikota Jakarta utara Imam Prakoso dan Lurah Kelurahan Kalibaru Willy Hardiana. Turut hadir pula Kepala Program Studi Magister Ilmu Lingkungan UI Hayati Sari Hasibuan serta  pihak-pihak lain mulai dari ketua RW 13 Kelurahan Kalibaru serta perwakilan warga sekitar. 

Baca juga : 

Kegiatan FGD pengentasan stunting dipimpin oleh Ahyahudin Sodri. Kegiatan FGD tersebut mengupas permasalahan yang terdapat di Kelurahan Kalibaru. Setiap peserta yang hadir memberikan fakta keadaan riil kondisi lingkungan pesisir Jakarta tersebut. 

Baca juga : 

Menurut Willy Hardiana wilayahnya merupakan nomor 3 predikat stunting terbanyak. Dimana pada kelurahan ini memang menjadi masalah utama adalah stunting dan gizi buruk.

Willy juga mengatakan bahwa stunting yang terjadi juga disebabkan oleh kelangkaan air serta kualitas air tanah yang tidak layak konsumsi.  Warga kelurahan kalibaru khususnya RW 13 mereka harus mendapatkan air bersih layak konsumsi dengan cara membeli, dimana terdapat 7000 KK di RW 13 ini yang setiap harinya harus bergantian untuk membeli air bersih. 

Ibu Kembar sebagai perwakilan warga juga mengatakan terkait kesulitan warga sekitar untuk mendapatkan air bersih, sehingga warga sekitar juga menjadi terbatas jika ingin melakukan penghijauan mandiri dihalaman rumah masing-masing. 

Menurut Dosen Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, Sri Setiawati Tumuyu, M.A kualitas air yang buruk dan tidak layak konsumsi dapat menyebabkan penurunan gizi pada anak dan hal tersebut dapat menyebabkan anak mengalami stunting.

"Serta keterbatasan air yang dialami warga dan kendala untuk menanam di sekitar rumah akan berdampak pada warga sekitar jarang untuk mengkonsumsi sayuran dimana hal tersebut menyebabkan gizi pada makanan tidak seimbang yang akan berdampak juga pada keadaan stunting serta gizi buruk pada anak," kata Sri.

Acara ini berjalan dengan antusias warga dimana peserta yang hadir melakukan tanya jawab dengan narasumber untuk mengemukakan permasalahan lingkungan yang dialami serta mereka sangat berharap program pengabdian masyarakat ini tidak hanya sampai pada tahap ini saja, namun dapat berkelanjutan serta dapat mendampingi warga sekitar. (Z-8)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat