Pameran Manuskrip Minangkabau, Tampilkan Puluhan Koleksi Berharga
![Pameran Manuskrip Minangkabau, Tampilkan Puluhan Koleksi Berharga](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/10/3013ae9f2d787522c1e68821824710a0.jpg)
Pameran Manuskrip/Naskah Kuno Minangkabau di Payakumbuh resmi dibuka pada Jumat (13/10). Pameran yang menampilkan puluhan koleksi berharga ini, digelar di GOR M Yamin, hingga 17 Oktober mendatang.
Baca juga : Pelestarian Naskah Kuno Nusantara untuk Pahami Rekam Jejak Bangsa
Koleksi manuskrip yang dipamerkan berasal dari berbagai wilayah di Minangkabau, umumnya dari Surau-surau tua. Seperti Surau Latiah, Solok; Surau Paseban di Padang; Surau Said Bonjol di Pasaman; Surau Tuo Taram; hingga Surau Simaung, Sijunjung.
Sebagiannya lagi merupakan koleksi yang selama ini tersimpan di rumah-rumah warga, di situs sejarah Rumah Mande Rabiah, atau di Museum Adityawarman.
Ditulis pada abad 18-19, manuskrip-manuskrip tersebut disajikan dan dalam bahasa arab melayu, oleh para ulama atau Syekh, baik yang berasal dari Minangkabau maupun ulama dari Madinah yang datang ke Minangkabau untuk menyebarkan Islam.
Sebut saja misalnya Syekh Husain bin Muhammad atau Syekh Sialahan di Solok, Syekh Paseban di Padang. Ulama-ulama asal Aceh seperti Syekh Samsuddin dan Syekh Abdurrauf. Serta Syekh Ibrahim Mufti, ulama asal Madinah, yang mengambangkan Surau Tuo Taram.
Pramono, dari Surau Intelectual for Conservastion (Suri) mengatakan pameran ini antara lain bertujuan untuk mengenalkan kekayaan intelektual Minangkabau di masa lalu yang terekam dalam manuskrip-manuskrip tersebut. “Khazanah kekayaan intelektual kita di masa lalu, terekam dal ribuan manuskrip. Ini baru sebagain yang dipamerkan. Setiap surau di masa lalu, punya kepustakaan sesuai kecendrungan keilmuan masing-masing surau,” tuturnya di arena pameran.
Filolog yang juga akademisi di FIB UNAND itu menjelaskan lebih jauh bahwa pameran ini juga bertujuan untuk mengangkat pengetahuan lokal yang terekam dalam berbagai manuskrip tersebut.
“Pengetahuan-pengetahuan lokal tersebut masih relevan dengan kondisi hari ini. Misalnya pengetahuan tentang mitigasi gempa, obat-obatan, atau kuliner,” imbuhnya. “Kita ingin masyarakat dan semua pihak terkati, menyadari arti penting manuskrip-manuskrip tersebut”.
Pameran Manuskrip Kuno ini sendiri merupakan bagian dari Intangible Cultural Heritage Festival (ICHF) 2023, 12-17 Oktober 2023. Untuk pameran naskah kuno ini, Dinas Kebudayaan Sumbar berkolaborasi banyak pihak mulai dari BPK Wilayah III Sumbar, hingga Surau Intelectual for Conservation (Suri) yang banyak melakukan penyelamatan dan digitalisasi manusrkip Minangkabau.
Secara isi, manuskrip-manuskrip tersebut sangat beragam. Mulai dari kitab fiqih, tasawuf, nahi, saraf, mantik, dan maani. Ada pula yang berisi ilmu tajwid, seperti idgham, iqlabm dll. Yang berisi salawat kepada Muhammad serta zikir, tawasuf falsafi, hingga yang berisi kuliner.
Manuskrip-manuskrip tersebut juga beragam secara bentuk dan penyajian. Sebagian manuskrip berupa kitab, sebagian lagi berupa azimat, ijazah, serta nazam atau syair. Ada pula yang berupa surat
Iluminisasi atau ragam hias yang ada di beberapa manuskrip juga ikut dipamerkan. Iluminasi ini merupakan karya seni tersendiri yang mengandung arti tertentu. Tiap wilayah punya ciri iluminasi masing-masing.
Tak hanya memajang dan memamerkan manuskrip-manunskrip kuno, pameran tersebut juga diisi oleh diskusi bertajuk “Apa kabar Naskah Tuanku Imam-Restropeksi Pengusulan Memori Kolektif Dunia”.
Memang salah satu manuskrip yang dipamerkan adalan Naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol atau Naskah TIB. Naskah yang ditulis pada abad ke-19 itu kini telah ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Nasional oleh Perpustakaan Nasioan Indonesia, dan tengah diajukan menjadi Memory of the World ke Unesco.
Diskusi tersebut membahas persoalan di atas. Juga akan dibahas kemungkinan untuk mengajukan kumpulan koleksi manuskrip Minangkabau sebagai Ingatan Kolektif Nasional dan kemudian diajukan sebagai Memory of the World. Diskusi tersebut akan berlangsung pada Minggu, 15 Oktober 2023, jam 10 pagi di GOR M Yamin.
Naskah TIB sendiri mencerimkan pandangan Tuanku Imam Bonjol mengenai perdamaian dan kesetaraan yang lebih utama dibanding peperangan. Naskah TIB pernah hilang selama 20 tahun, setelah ditranslasikan oleh Safnir Abu Naim dan diterbitkan pada 2004. Baru ditemukan lagi pada 2014. (B-4)
Terkini Lainnya
Pemerintah Diminta Dukung Upaya Pengembalian Aset dan Manuskrip HB II
Trah Sultan HB II akan Gugat Pemerintah Inggris Terkait Geger Sepehi 1812
Meneguhkan Moderasi Beragama Lewat Pendalaman Manuskrip Nusantara
Trah HB II Tagih Aset Keraton Yogya yang Dirampas Inggris saat Geger Sepehi
Anak Muda Jogja Tertarik dengan Naskah Kuno
Harga Bahan Pokok di Payakumbuh Stabil Menghadapi Idul Fitri
Pemkot Payakumbuh masih Dihantui Persoalan Tempat Pembuangan Sampah
Kota Payakumbuh Berkomitmen Lawan Korupsi
Pemkot Payakumbuh Terus Upayakan Atasi Persoalan Sampah
Kota Digital, Pembelajaran Digital, dan Pariwisata Budaya, Tiga Sepilin untuk Masa Depan Payakumbuh
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Manajemen Haji dan Penguatan Kelembagaan
Integrative & Functional Medicine: Pendekatan Holistik dalam Pengobatan Kanker
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap