Akademisi Dialog Konstruktif dan Diplomatif Efektif Selesaikan Konflik
![Akademisi: Dialog Konstruktif dan Diplomatif Efektif Selesaikan Konflik](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/11/72ab2bf82fdb568357d7555f8760a815.jpg)
PERDAMAIAN merupakan keharusan bagi suatu negara untuk membina peradabannya. Destabilisasi sosial dan ekonomi menjadi konsekuensi logis bagi negara-negara seperti Palestina yang dilanda konflik berkepanjangan. Maka dari itu, sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945, Indonesia harus berperan aktif melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Ketua Program Studi Kajian Terorisme SKSG (Sekolah Kajian Stratejik dan Global) Universitas Indonesia Muhamad Syauqillah menjelaskan bahwa hambatan terbesar dari perwujudan perdamaian adalah tindak kekerasan yang terus berlanjut. Diperlukan berbagai upaya dalam membangun dialog yang konstruktif dan solutif.
"Perdamaian itu sejatinya adalah bahwa kita bisa membangun kepercayaan antara satu dengan yang lain. Kita perlu membangun jembatan komunikasi melalui dialog yang konstruktif, tidak hanya soal Palestina dengan Israel, namun juga pada konteks Papua yang hingga saat ini masih dilanda konflik," ujar Syauqillah dalam keterangannya, Rabu (8/11).
Pendekatan secara diplomatis dalam suatu perselisihan antarwilayah atau negara akan selalu terbuka bagi Indonesia, karena cara ini akan meminimalisasi dampak buruk yang mungkin ditimbulkan dari konflik itu sendiri. Hal ini pula yang ditempuh pemerintah Indonesia dalam mencari titik temu pada persoalan di Papua. Melalui kerangka diplomasi, Indonesia secara aktif meyakinkan berbagai pihak bahwa Papua masih menjadi bagian dari Republik Indonesia.
Syauqillah yang secara aktif mempelajari isu radikalisme dan terorisme berpendapat bahwa permasalahan seperti ini tidak hanya terpaku pada satu dimensi saja. Pencarian solusi bagi permasalahan dalam negeri seperti di Papua dilakukan dengan banyak jalan. Selain diplomasi, pendekatan melalui jalur hukum dan koersif menjadi beberapa opsi yang diambil pemerintah dalam menjamin keselamatan warga setempat dan infrastruktur publik yang ada di sana.
"Begitu juga dengan apa yang hari ini terjadi di Palestina, mau tidak mau kita harus menyatakan bahwa diplomasi adalah pilihannya. Walaupun kita tahu, apa yang terjadi di Palestina sudah sangat mengkhawatirkan. Saya melihatnya, ibarat suatu alat pengukuran, peperangan Palestina - Israel sudah melewati batas garis merah, dimana garis merah itu disepakati untuk tidak bisa dilewati, namun Israel tetap saja melewati batas itu," tegasnya.
Ia menguraikan, tragedi kemanusiaan ini menyebabkan ribuan orang meninggal dunia. Banyak pihak, termasuk Indonesia, menekan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengupayakan perwujudan perdamaian secara konkret, sehingga tidak lagi korban jiwa yang terus berjatuhan.
Baca juga: Hadirkan Keberagaman Budaya, M Festival 2023 Siap Digelar di Bali
Sedemikian parahnya kerusakan yang ditimbulkan invasi Israel terhadap Palestina, ucap Syauqillah, membuat seluruh pihak tidak hanya bicara soal korban manusia, namun juga hancurnya suatu peradaban. Dunia internasional telah menyaksikan bagaimana banyak bangunan bersejarah dan rumah ibadah di Gaza telah rata dengan tanah, begitu juga dengan benda-benda bersejarah lainnya.
Intinya, lanjut diah, perdamaian harus terus diupayakan melalui kerangka hukum yang berlaku agar memiliki kekuatan secara formal. Kalau tidak begitu, maka kita harus akan menimbun banyaknya korban yang terus berjatuhan dari kedua belah pihak. Satu nyawa yang hilang itu tidak bisa hanya dihitung secara statistik. Kita harus terus menghindari jatuhnya korban manusia, baik itu hanya satu, ratusan, ataupun ribuan nyawa.
Menurutnya, statistik semata tidak cukup untuk menakar seberapa berharganya nyawa manusia. Meski hanya satu atau dua orang yang meninggal dunia, tapi harus bisa melihatnya dengan kacamata kemanusiaan, sehingga diplomasi kemanusiaan itu yang perlu didorong.
"Melalui diplomasi itu, masyarakat dunia dapat semakin memahami bahwa rakyat Palestina membutuhkan uluran tangan semua pihak yang ada di dunia ini. Baik itu dunia Arab, dunia Islam, bahkan dunia barat. Ini yang menurut saya hari ini perlu terus didorong. Seharusnya kita tidak boleh lelah mendorong upaya-upaya diplomasi kemanusiaan seperti ini," terang Syauqillah.
Pakar ilmu politik dan isu internasional ini juga menggarisbawahi peran signifikan media dalam suatu konflik dan tragedi kemanusiaan. Media harus bisa menjaga netralitasnya dan tidak bias pada isu utamanya, yakni kemanusiaan dan perdamaian itu sendiri. Media harus punya keberpihakan terhadap penderitaan korban konflik, khususnya bagi kaum perempuan dan anak-anak yang ikut menanggung beratnya dampak peperangan.
"Hal semacam itu juga perlu di-cover oleh media, sehingga media itu dapat dipercaya dan didengar oleh publik. Sebaiknya, dalam konteks memberitakan peristiwa di ruang publik, media tidak kemudian menjadi corong dari propaganda atau kepentingan salah satu pihak yang berkonflik. Media perlu memainkan perannya dalam melakukan diplomasi kemanusiaan dan menyuarakannya ke ruang publik, sehingga masyarakat mengerti bahwa permasalahan utamanya adalah isu kemanusiaan," pungkasnya. (RO/I-1)
Terkini Lainnya
Kukuhkan Pengurus FKUB, Pj Gubernur Jateng: Iklim Kondusif dan Damai Harus Terus Dijaga
Maarif Institute Ingin Teruskan Pemikiran Keislaman yang Progresif dan Mencerahkan
Samsara Gabungkan Unsur Film, Teater dan Seni Tradisi
Gus Miftah Mendorong Dialog Kebangsaan untuk Lawan Radikalisme di Kalangan Pelajar
PKS Mengaku Sedang Atur Jadwal Bertemu Prabowo Subianto
SDG Academy dan UNDP Luncurkan Program Kapasitas Ekonomi Sirkular
Foreign Policy Insight Bagikan Pandangan Diplomat bagi Akademisi
Diplomasi Two State Solutions Cegah Konflik Timur Tengah
Gaza Memburuk, Menlu Retno Tegaskan Prioritas Indonesia Dukung Palestina
Pengakuan Negara Palestina oleh Spanyol, Irlandia, dan Norwegia Memicu Reaksi Keras dari Israel
Indonesia Ajukan Hydro-Diplomacy di World Water Forum ke-10
Donald Trump Bertemu Mantan Perdana Menteri Jepang Taro Aso di New York
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap