visitaaponce.com

Maarif Institute Ingin Teruskan Pemikiran Keislaman yang Progresif dan Mencerahkan

Maarif Institute Ingin Teruskan Pemikiran Keislaman yang Progresif dan Mencerahkan
Direktur Eksekutif Maarif Institute Andar Nubowo(MI/Dinda Shabrina)

SUDAH dua dekade lebih Maarif Institute berkiprah untuk isu kemanusiaan dan kebhinekaan. Dalam perjalanannya menuju tiga dekade, Maarif Institute merasa perlu ada langkah untuk menyebarkan kembali pemikiran tokoh bangsa almarhum Ahmad Syafi’i Maarif, yakni soal keislaman progresif dan mencerahkan.

Direktur Eksekutif Maarif Institute Andar Nubowo mengaku prihatin dengan kondisi Indonesia saat ini. Di tengah badai informasi, fenomena post truth serta banyaknya masalah kemanusiaan yang terjadi di Indonesia, Andar merasa perlu ada langkah yang lebih progresif untuk mengurai semua permasalahan tersebut.

“Maarif Institute akan melakukan kelembagaan, kaki operasional dari pemikiran Buya Syafi’i, juga Abdurrahman Wahid dan Cak Nur, itu dengan membuat kaki operasional. Pikiran (mereka) yang mungkin abstrak, itu bisa mendapatkan kaki-kakinya dalam lembaga, melalui inovasi sosial, kebudayaan dan juga keagamaan,” ucap Andar kepada Media Indonesia di kantor Maarif Institute, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (13/6).

Baca juga : Raih Cumlaude di Kampus UMJ, Doktor Suryan Widati: Pemimpin Mesti Berkomitmen Berkelanjutan.

Dia juga menyampaikan Maarif Institute juga akan mengamplifikasi pemikiran keislaman yang progresif itu melalui lembaga-lembaga pendidikan atau ruang diskusi yang selama ini juga telah dilakukan oleh Maarif Institute.

“Ini concern dari Maarif Institute selama ini. Kita berharap pendidikan jadi ruang dialog, tempat atau medium bagi anak didik untuk berkembang, bersahabat, bergaul dengan siapa pun. Bukan lembaga pendidikan yang justru menghasilkan anak didik yang tidak bebas, ketakutan untuk menyampaikan pendapatnya yang baik,” kata Andar.

Dia berharap anak muda di Indonesia, baik itu generasi milenial maupun Gen Z bisa dapat menjadi agen perubahan. Sebab generasi mudalah yang akan menghadapi berbagai tantangan zaman.

“Dalam konteks post truth, noise terjadi di mana-mana, anak muda, terutama anak muda Muhammadiyah harus banyak membaca, berdialog dan membuka hati dan pikiran kepada hal-hal baru,” pungkasnya. (Dis/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat