visitaaponce.com

Dokter Sebut Orang dengan Telinga Kecil Masih Bisa Berkomunikasi

Dokter Sebut Orang dengan Telinga Kecil Masih Bisa Berkomunikasi
Ilustrasi(Freepik)

PAKAR Telinga, Hidung, Tenggorok lulusan Universitas Indonesia Prof  Mirta H Reksodiputra mengatakan orang dengan telinga kecil hanya di satu sisi masih bisa berkomunikasi.

"Paling banyak kasusnya mikrotia satu sisi. Kalau telinga satunya normal, jadi enggak usah khawatir karena proses komunikasi bisa berjalan," kata Mirta, dikutip Kamis (30/11).

Telinga kecil atau mikrotia merupakan salah satu kelainan bawaan atau dikenal sebagai kelainan kongenital yakni adanya gangguan perkembangan ketika di dalam janin. 

Baca juga: Ini Cara Mencegah dan Menangani Telinga Kecil

Daun telinga memiliki ukuran batas normal dan saat ditemukan ukuran telinga lebih kecil daripada seharusnya berdasarkan usia, maka itu disebut mikrotia atau telinga kecil.

"Selain ukuran telinga yang kecil, ada juga bagian-bagian yang merupakan karakteristik dari telinga misalnya lengkungan yang tidak terbentuk sempurna sehingga disebut telinga kecil," ujar dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia (Perhati-KL) itu.

Mirta lalu mengatakan orang dengan mikrotia bisa saja masih terbentuk liang telinganya sehingga masih bisa mendengar. 

Baca juga: Anak dengan Mikrotia harus Diberi Penjelasan sebelum Jalani Operasi

Liang telinga atau saluran telinga yang berbentuk seperti huruf S berfungsi menentukan arah lokasi suara, mengumpulkan dan menyalurkan gelombang suara ke gendang telinga.

"Tidak selalu orang dengan mikrotia itu tidak terbentuk liang telinganya. Namun, kalau sampai liang telinga tidak terbentuk, besar
kemungkinan akan ada gangguan pendengaran. Kalau tidak terbentuk liang telinga, sudah pasti ada tuli konduktif tetapi belum tentu ada tuli saraf (gangguan telinga lebih dalam). Cek pendengarannya dengan modalitas-modalitas yang ada," kata Mirta.

Oleh karena itu, sambung Mirta, saat seseorang diketahui memiliki telinga kecil, tenaga kesehatan harus mengevaluasi bagaimana liang telinga pasien. 

Umumnya, pasien dengan mikrotia dengan kondisi tidak terbentuknya liang telinga, akan diminta melakukan skrining untuk pendengaran, biasanya saat dia berusia enam bulan.

Pemeriksaan ini termasuk CT-scan untuk mengetahui rencana yang akan dilakukan ke pasien.

Kemudian, mereka yang tidak terbentuk liang telinga ini akan dievaluasi apa dia kandidat yang baik untuk dibuat liang telinganya demi meningkatkan ambang dengarnya.

"Karena tidak semua kandidat yang bisa dibuat liang telinga. Kalau ternyata tulang-tulang di dalam telinga tengah tidak terbentuk dengan sempurna, kemungkinan kalau dibuat lubang, tidak akan meningkatkan ambang dengarnya. Tatalaksana yang bisa dilakukan yakni membuat rangka telinga untuk mikrotia-nya," jelas Mirta. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat