visitaaponce.com

Sejarah Nahdlatul Ulama dan Peranan NU di Indonesia

Sejarah Nahdlatul Ulama dan Peranan NU di Indonesia
Logo dan bendera Nahdlatul Ulama (NU).(Dok. NU Online)

NAHDLATUL Ulama (NU) adalah salah satu organisasi agama Islam terbesar di Indonesia. Nama Nahdlatul Ulama berasal dari bahasa Arab, yaitu "nahdlatul" yang berarti berdiri atau bergerak, dan "Ulama" merujuk pada para ulama kuno. NU merupakan organisasi kemasyarakatan dan keagamaan yang memiliki simbol-simbol yang menjelaskan tujuan dasar serta cita-cita keberadaannya.

Lambang Nahdlatul Ulama, diciptakan oleh KH. Ridwan Abdullah setelah proses kontemplasi dan doa istikharah sebagai pemimpin yang tunduk pada Allah SWT, menjadi manifestasi dari identitas dan arah organisasi ini. NU lahir pada 31 Januari 1926 sebagai representasi ulama tradisionalis yang mendapat bimbingan ideologis dari Ahlus Sunnah wal Jama'ah, seperti K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Wahab Hasbullah, ketika upaya reformasi mulai meluas.

Meskipun terorganisir, NU tetap menjaga hubungan yang kuat, tercermin dalam perayaan seperti haul dan peringatan wafat kyai. Tradisi ini, yang melibatkan masyarakat sekitar, kyai, dan mantan santri, masih dilaksanakan secara rutin di beberapa wilayah di Indonesia, menggarisbawahi kesatuan dan kekuatan komunitas NU dalam menjaga nilai-nilai tradisional dan keberlanjutan kulturalnya.

Baca juga: Nabi Ijazahkan Sholawat Busyro lewat Mimpi, Ini Nasab Habib Segaf bin Hasan Baharun

Tujuan Pembentukan Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama (NU) memiliki dampak besar di kalangan Kyai dan Ulama di Jawa bagian timur dan tengah serta masyarakat umum, sebagaimana tercermin dalam statuta NU. Pada tahun 1927, organisasi ini bertujuan memperkuat kesetiaan Islam pada salah satu dari empat Madzhab dan melaksanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai dengan ajaran Islam. Kegiatan utama NU mencakup:

1. Memperkuat persatuan di antara sesama ulama yang tetap setia pada ajaran mazhab.

2. Memberikan bimbingan mengenai jenis buku yang diajarkan di lembaga pendidikan Islam.

3. Menyebarluaskan ajaran Islam sesuai dengan empat Madzhab.

4. Meningkatkan jumlah Madrasah dan Organisasi.

5. Mendukung pembangunan Masjid, Langgar, dan Pesantren.

6. Memberikan bantuan kepada anak yatim dan fakir miskin.

Dalam perkembangannya di Indonesia, NU sebagai organisasi Islam terbesar telah meneguhkan dirinya sebagai penjaga tradisi dengan mempertahankan ajaran empat mazhab Syafi’i yang diterima oleh sebagian besar umat Islam di seluruh tanah air. Fokus NU juga mencakup aspek ekonomi, terutama dalam kehidupan pemilik tanah dan para pedagang.

NU, sebagai salah satu organisasi masyarakat terbesar di Indonesia, selalu menekankan pentingnya menjaga dan menghormati kekayaan budaya Nusantara. Inspirasi dari pendekatan Wali Songo yang berhasil menghubungkan agama (Islam) dengan wilayah budaya menciptakan wajah familiar dan modern bagi NU, diakui oleh seluruh masyarakat.

Untuk menghindari pendekatan negatif, NU membutuhkan dukungan dari identitas nasional yang melekat, mengikuti jalur budaya dengan karakter pluralistik. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip Islam dan menjaga keberagaman, NU mendukung upaya untuk memantapkan identitas nasional bersama tanpa memaksakan kepentingan masyarakat dan tanpa menindas atau menolak kelompok lain. Pendekatan ini dapat membantu membangun harmoni antar kelompok dalam masyarakat Indonesia.

Baca juga: 5 Contoh Takdir Mubram dan Perbedaannya dengan Takdir Muallaq 

Substansi Nahdlatul Ulama

Dalam sejarah Nahdlatul Ulama (NU), pembentukan organisasi ini tidak dapat dipisahkan dari dukungan terhadap ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja), yang bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma (keputusan ulama terdahulu). Menurut K.H. Mustofa Bisri, Qiyas atau contoh kisah Al-Qur’an dan hadits memiliki tiga substansi, yaitu:

1. Dalam aspek syariat Islam, sesuai dengan salah satu ajaran dari empat Madzhab (Hanafi, Maliki, Syafiy, Hanbali), dengan Kyai NU secara khusus mematuhi prinsip Syafi’i.

2. Dari perspektif tauhid (ketuhanan), mengikuti ajaran Imam Abu Hasan Almaty Ali dan Imam Abu Mansur Al Maturidi.

3. Dasar-dasar Imam Abu Qosim Al Junaidi di bidang tasawuf, yang melibatkan proses integrasi ide-ide Sunni. Pendekatan berpikir Sunni di bidang ketuhanan bersifat eklektik, memilih pandangan yang dianggap benar. Contohnya, tokoh Sunni Hasan al-Bashri, yang pada awalnya terlibat dalam perdebatan Qadariyah dan Qadariyah, memilih pandangan Qadariyah. Namun, ide yang dikembangkan oleh Hasan AL Basri kemudian direduksi menjadi gagasan Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Sejarah Nahdlatul Ulama

Sejarah perkembangan Nahdlatul Ulama (NU) mencakup berbagai fase yang signifikan dalam pembentukan identitasnya, serta keterkaitannya dengan dinamika Indonesia dari abad ke-19 hingga sekarang.

Sebelum kemerdekaan, NU menjadi organisasi yang dihormati di bawah penjajahan, memungkinkan para ulama dan anggota NU untuk mengakomodasi kepentingan Islam dan kontribusi mereka terhadap pendirian negara kesatuan Republik Indonesia.

Pada masa kemerdekaan, khususnya selama periode Orde Lama, NU memilih untuk menjadi partai politik, konfrontasi dengan kelompok komunis. Selama masa Orde Baru, NU kembali sebagai kelompok sosiologis dan keagamaan, membentuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Masa Reformasi membawa perubahan pola politik NU, kembali ke khittah sebagai organisasi murni sosiologis dan religius, menjauhi keterlibatan langsung dalam politik partai.

NU diidentifikasi sebagai reaksi eksternal dan gerakan pemurnian dalam sejarahnya, dengan Kyai dan Pesantren memainkan peran kunci. Organisasi ini terhubung dengan salah satu Imam Mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali) dan melayani sebagai organisasi keagamaan yang mendukung negara, negara bagian, dan umat Muslim.

Dalam konteks ini, NU menjelma sebagai bentuk identitas unik dalam panorama organisasi Islam di Indonesia, mempertahankan ajaran empat mazhab Syafi'i dan menonjolkan peran sosiologis dan keagamaan. Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU menunjukkan kepedulian khusus pada bidang ekonomi, terutama kehidupan pemilik tanah dan para pedagang.

Dalam praktiknya, NU mempertahankan wajah familiar dan modern, menekankan penghormatan terhadap kekayaan budaya Nusantara, dan membuktikan bahwa Islam dapat menyatu dengan nilai-nilai kemanusiaan dan pluralisme. Melalui langkah-langkah ini, NU terus mendukung identitas nasional bersama, menjauhkan diri dari pendekatan negatif, dan mempromosikan toleransi sebagai bukti kesatuan pemahaman agama yang dapat memberikan manfaat bagi semua.

Peran NU di Indonesia sangat signifikan sejak didirikan pada 31 Januari 1926 di Surabaya sebagai respons terhadap kekhawatiran terhadap modernisme Islam. Organisasi ini bertujuan memperkuat ajaran Islam tradisional, memperjuangkan kepentingan umat Muslim, dan membangun solidaritas dengan konsep "ahlussunnah wal jamaah".

Baca juga: Kumpulan Doa Nabi Sulaiman dari Meminta Kekayaan Hingga Meluluhkan Hati Seseorang

1. Pendirian NU (31 Januari 1926)

- Respons terhadap kekhawatiran terhadap modernisme Islam.

- Bertujuan memperkuat ajaran Islam tradisional.

- Memperjuangkan kepentingan umat Muslim.

- Membangun solidaritas dengan konsep "ahlussunnah wal jamaah".

2. Toleransi dan Dialog Antar Agama

- Menekankan toleransi dan dialog antaragama.

- Menjaga kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

3. Pendidikan dan Pemberdayaan Umat

- Fokus pada pendidikan dan pemberdayaan umat.

- Ribuan pesantren sebagai pusat pendidikan agama, karakter, dan keterampilan.

4. Peran Selama Perjuangan Kemerdekaan

- Aktif memberikan dukungan moral dan pemikiran.

- Setelah kemerdekaan, tetap berperan dalam kehidupan politik, sosial, dan kebijakan nasional.

5. memelihara Kerukunan Antar Agama

- Memainkan peran penting dalam memelihara kerukunan antaragama.

- Aktif dalam dialog antaragama.

- Menjunjung tinggi prinsip toleransi.

6. Transformasi di Era Modern

- Berkomitmen pada nilai-nilai Islam moderat dan inklusif.

7. Diterima oleh Masyarakat

- Peran dalam membangun kesatuan umat Muslim.

- Memperkuat identitas keagamaan.

- Menjaga kerukunan antar umat beragama.

8. Masa Depan NU

- Menjaga persatuan dan memperjuangkan keadilan sosial.

- Menjadi pilar dalam pembangunan masyarakat inklusif berdasarkan nilai-nilai Islam.

Itulah hal-hal seputar salah satu organisasi keagamaan di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Semoga bermanfaat!

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat