visitaaponce.com

Nandak Ganjen Pesona Tarian Tradisional Betawi

Nandak Ganjen: Pesona Tarian Tradisional Betawi
Tarian Nandak Ganjen, sebuah karya seni tradisional Betawi, menggambarkan fase pertumbuhan anak remaja menuju dewasa(MI/HO)

LENGGAK lengkok yang genit, menarik perhatian penonton yang menyaksikan. Fase pertumbuhan anak remaja dari anak menuju dewasa yang menginginkan kebebasan digambarkan dalam tarian Nandak Ganjen.

Secara harfiah tarian ini merupakan menari genit. Nandak berarti menari dan ganjen memiliki arti genit. Dalam keindahannya, pertunjukan tari Nandak Ganjen menyiratkan makna tentang kebanggaan terhadap akar budaya serta penghormatan terhadap warisan leluhur. Melalui alunan musik yang khas, dan harmoni gerakan yang memikat mata, generasi muda didorong untuk merayakan dan menjaga keberlanjutan kekayaan budaya Betawi.

Tarian ini menjadi salah satu tarian yang kerap ditampilkan Sanggar Ratna Sari. Bicara sendratari ini, tidak lepas dari Sagung Rai Niagarani, yang akrab disapa Bunda Ami. Penari Betawi kelahiran Tabanan, Bali, 14 April 1936 ini memulai karirnya di Anjungan DKI Jakarta di TMII awal tahun 2000. 

Baca juga : Lestarikan Kebudayaan Betawi Lewat Tarian

Sanggar Ratna Sari terbentuk tahun 1978 Alm H Kisam Dji’un yang merupakan mertua Bunda Ami. Saat itu, setiap anjungan di TMII diharuskan memiliki tarian dan Kisam diminta mengajar di anjungan DKI Jakarta. Kisam pun mengajak teman-temannya dan anaknya Alm H Entong Sukirman, membuat karya seni budaya Betawi yang membuat sanggarnya terkenal hingga kini. 

Bunda Ami sendiri awalnya penari Bali. Namun setelah pindah ke Jakarta dan menikah dengan Entong, ia pun turut membantu melahirkan sejumlah tarian. Sejumlah tarian terkenal yang dilahirkan Ayah Entong dan Bunda Ami ialah Nandak Ganjen, Gejrug Jidat, dan Kembang Tarub.

Pada 1998, popularitas Tari Nandak Ganjen mencapai puncaknya. Dalam sehari, Bunda Ami harus mempertunjukan tarian ini hingga tiga kali. Tidak hanya di Jakarta, Ayah Entong berhasil memperkenalkan Nandak ke luar pulau Jawa hingga ke mancanegara. 

Baca juga : Kaukus Muda Betawi Dorong Pras, Dailami Firdaus, hingga Lutfi Hakim Maju DKI 1

Gerakan tarian yang energik, kostum dengan warna yang memikat mata, serta gambang kromong sebagai pengiring turut meriahkan setiap pementasan tari Nandak Ganjen. Tarian Nandak Ganjen menjadi awal dari kesuksesan bagi Ayah Entong dan keluarganya.

Kini, Sanggar Ratna Sari masih menjadi salah satu kekuatan utama dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya Betawi. Mereka terus aktif dalam berbagai acara pementasan tari, lomba tarian tradisional, dan pesta kesenian daerah. 

Tidak hanya itu, Sanggar Ratna Sari juga sering dipercaya untuk menjadi pembuka acara dalam berbagai kegiatan penting di wilayah DKI Jakarta. Keberhasilan dan keberlanjutan Sanggar Ratna Sari dalam dunia seni tidak terlepas dari dukungan  Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. 

Baca juga : Panggung Maestro III Upaya Lestarikan Kesenian Nusantara

Salah satu dukungan nyata ialah partisipasi Sanggar Ratna Sari dalam festival kesenian tahunan di Bali, Pesta Kesenian Bali (PKB). Melalui festival yang diinisiasi Gubernur Bali Ida Bagus Mantra tahun 1979 itu, berbagai kesenian dan budaya Bali dipertunjukan. 

Kehadiran Sanggar Ratna Sari dalam PKB menjadi bukti nyata bahwa seni dan budaya Betawi tidak hanya memiliki tempat di wilayahnya sendiri, tetapi juga diakui dan dihargai di tingkat nasional bahkan internasional.

Semangat Bunda Ami mempertahankan budaya tidak lekang waktu. Melalui Sanggar Ratna Sari, banyak generasi muda yang turut mempertahankan dan melestarikan tarian tradisional. 

Baca juga : Pecahkan Rekor MURI, 5.000 Peserta Tarian Sehat Bersama Isi Piringku

Satu hal yang menarik dari Bunda Ami, ia tidak pernah membatasi tarian yang dipelajari para penarinya. 

"Esplorasi dalam berbagai jenis tarian tidak hanya memperluas wawasan seni, tetapi juga dapat meningkatkan kecakapan tubuh, menjadikannya lebih lentur dan terlatih," ujar Bunda Ami. 

Oleh karena itu, Bunda Ami tidak melarang anggota Sanggar Ratna Sari untuk mengeksplorasi tarian modern. Namun, dalam pesan yang disampaikannya, Bunda Ami menekankan pentingnya untuk tetap menjaga dan melestarikan warisan budaya Betawi, khususnya melalui tarian tradisional. 

"Melalui latihan yang konsisten dan komitmen untuk mewariskan seni ini pada generasi selanjutnya, keindahan budaya Betawi akan terus hidup dan berkembang, tidak hanya untuk masa kini, tetapi juga untuk masa depan yang lebih baik." (Z-3)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat