visitaaponce.com

Remaja Perempuan Rentan Alami Gangguan Dismorfik Tubuh

Remaja Perempuan Rentan Alami Gangguan Dismorfik Tubuh
Ilustrasi(Freepik)

SEBUAH studi mengungkapkan perempuan, terutama yang berusia remaja, enam kali lebih sering mengalami gangguan dismorfik tubuh atau Body Dysmorphic Disorder (BDD), yang dapat memberi dampak negatif pada kualitas hidup.

Dilansir dari Medical Daily, Senin (1/4), gangguan dismorfik tubuh merupakan suatu kondisi kesehatan mental ketika penderitanya merasa terdapat kekurangan pada fisiknya dan dipikirkan secara berlebihan.

Dalam studi tersebut, penyakit mental itu mampu membuat penderitanya merasakan emosi negatif yang berdampak signifikan pada kualitas hidup. Kondisi tersebut sering kali tidak terdeteksi dan penderitanya sulit mendapatkan pengobatan di usia mudanya.

Baca juga : Edukasi Kesehatan Mental Remaja, K-eauty Gandeng Blackpink The Game

Profesor Psikolog dari Universitas College London Georgina Krebs menyebut biasanya penderita mengalami gejala seperti berpikir berlebihan tentang kekurangan atau kecacatan tubuh yang mungkin dirasa tidak penting oleh orang lain.

Gejala lainnya, yaitu penderita berulang kali memeriksa penampilannya di depan cermin atau mengambil foto dirinya (selfie) sambil mengalami serangan panik saat melihat kekurangan pada dirinya, merasa malu atau jijik pada tubuhnya, merasa takut karena berpikir orang lain akan menatap, menghakimi, atau mengolok tubuhnya.

Krebs, yang juga menjabat sebagai pemimpin Peneliti Georgina Krebs, mengatakan gejala selanjutnya adalah timbul rasa memerlukan prosedur medis berulang, seperti bedah kosmetik, untuk memperbaiki kekurangannya hingga pikiran untuk menyakiti diri sendiri.

Baca juga : Anak Korban Perundungan Alami Peningkatan Risiko Masalah Kesehatan Mental 

Penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti. Tapi para ahli percaya bahwa faktor-faktor seperti genetika, struktur otak, pengaruh budaya, dan riwayat pengalaman masa kecil yang buruk termasuk pelecehan, penelantaran, atau intimidasi dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi tersebut.

"Karena orang-orang muda dengan BDD cenderung tidak secara spontan mengungkapkan gejala-gejala mereka kecuali jika ditanya secara langsung, maka sangat penting bagi dokter untuk menggunakan alat skrining BDD dan bertanya langsung kepada orang-orang muda tentang masalah penampilan mereka," kata Krebs.

Lebih lanjut melalui studi terbarunya, ia menganalisis data lebih dari 7.600 anak-anak dan remaja yang menjadi bagian dari survei kesehatan di Inggris.

Baca juga : Melakukan Sleep Hygiene Saat Menstruasi Bantu Tidur Lebih Nyaman

Survei tersebut mencakup pertanyaan mengenai apakah anak tersebut pernah mengalami kekhawatiran tentang penampilannya. Responden yang menjawab sedikit atau banyak menjalani pemeriksaan tambahan untuk gangguan dismorfik tubuh.

Hasil yang diterbitkan dalam Journal of American Academy of Child and Adolescent Psychiatry menunjukkan gangguan dismorfik tubuh mempengaruhi 1,8% anak perempuan dibandingkan 0,3% anak laki-laki.

Para peneliti mencatat bahwa sekitar 70% anak-anak yang didiagnosis dengan BDD juga mengalami setidaknya satu gangguan psikologis lain seperti kecemasan dan depresi. Karenanya, pasien muda dinilai memerlukan skrining gangguan kecemasan dan depresi hingga penyakit penyerta.

Kemudian sekitar setengah atau 42% orang-orang dengan BDD melaporkan tindakan menyakiti diri sendiri atau upaya bunuh diri. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat