visitaaponce.com

Waspada Anak Obesitas Berisiko Terkena Multiple Sclerosis MS

Waspada! Anak Obesitas Berisiko Terkena Multiple Sclerosis (MS)
Ilustrasi(Freepik)

ANAK-ANAK yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) akan menghadapi risiko dua kali lipat terkena multiple sclerosis (MS) saat dewasa.

Obesitas merupakan masalah kesehatan yang saat ini terjadi di masyarakat di seluruh dunia. Itu sebabnya, obesitas pada masa kanak-kanak meningkat dua kali lipat dan empat kali lipat di kalangan remaja selama 30 tahun terakhir. 

Hal ini telah dijelaskan beberapa peneliti yang menunjukkan bahwa obesitas pada masa kanak-kanak dan remaja merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kerentanan MS.

Baca juga : Lingkungan yang Mendukung Kunci Penanggulangan Obesitas Anak

Sebuah studi pada 2016 menemukan perubahan dari kelebihan berat badan (BMI > 25) menjadi obesitas (BMI > 30) meningkatkan risiko terkena MS sebesar 41%. 

Mereka yang mengalami obesitas sedang, mempunyai kemungkinan 1,28 kali lebih besar terkena MS dan orang dengan obesitas ekstrem 2,10 kali lebih mungkin terkena MS.

Ketika dikelompokkan berdasarkan gender atau jenis kelamin, hubungan antara obesitas pada masa kanak-kanak dan MS sangat kuat pada anak perempuan. 

Baca juga : Orangtua Diingatkan Pastikan Anak tidak Alami Obesitas

Hal ini mungkin terkait dengan anak perempuan yang memiliki kelebihan berat badan cenderung mencapai pubertas lebih awal dan memiliki kadar hormon yang lebih tinggi selama periode tersebut. 

Selain itu, keberadaan jaringan lemak berlebih dapat menyebabkan peradangan dan meningkatkan kemungkinan berkembangnya MS.

Hubungan antara obesitas dan perkembangan MS saat ini sedang diteliti. Diperkirakan jaringan lemak dalam tubuh diyakini dapat melepaskan hormon berlebih, yang dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan saraf di tubuh serta mengganggu perbaikan. 

Kelebihan berat badan memberikan tekanan pada otot dan dapat menyebabkan akumulasi kecacatan selain yang disebabkan oleh MS.

Multiple sclerosis (MS) adalah penyakit saraf yang mempengaruhi otak, mata, dan tulang belakang. Pada kondisi ini, sistem imun tubuh menyerang lapisan lemak pelindung serabut saraf (mielin). Akibatnya,  komunikasi antara otak dan seluruh tubuh menjadi terganggu, yang dapat menimbulkan berbagai gejala potensial, termasuk masalah penglihatan, pergerakan lengan dan kaki, sensasi, serta keseimbangan. (Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat