visitaaponce.com

Bergejala Mirip, Multiple Sclerosis Sering Dikira Stroke

Bergejala Mirip, Multiple Sclerosis Sering Dikira Stroke
Salah satu gejala multiple sclerosis ialah kelumpuhan.(Dok. Freepik)

KETIKA satu atau lebih anggota badan mengalami kelumpuhan, mungkin sebagian orang mengiranya sebagai gejala stroke. Ya, penyakit momok masyarakat itu memang identik dengan gejala tersebut. Tapi sejatinya, ada jenis penyakit lain yang punya gejala mirip, salah satunya yaitu multiple sclerosis (MS). Stroke dan MS sama-sama penyakit saraf, tapi penyebabnya berbeda. Stroke dipicu oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak, sementara MS merupakan penyakit autoimun, yaitu kelainan yang membuat sistem daya tahan tubuh justru merusak selubung saraf.

Lebih jelasnya, mari simak penjelasan dokter spesialis neurologi, dr. Rocksy Fransisca V Situmeang, Sp.N, pada acara edukasi memperingati Hari MS Sedunia yang digelar Merck dan Siloam Hospitals Lippo Village di Jakarta, baru-baru ini.

MS Sulit Didiagnosis

MS adalah penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf pusat. Penyakit ini disebabkan oleh rusaknya myelin atau selubung pelindung saraf, oleh sistem kekebalan tubuh. Kerusakan pada myelin menyebabkan hubungan antara otak dan bagian tubuh lainnya terganggu.

Baca juga : Vertigo Mendadak Bisa Jadi Gejala Stroker

“MS sering kali sulit didiagnosis karena gejalanya mirip dengan kondisi medis lain seperti stroke dan gangguan penglihatan pada mata, dan dapat berbeda-beda antara satu individu dengan lainnya. Oleh karenanya diagnosis MS bisa jadi cukup menantang karena tidak dapat ditegakkan hanya dengan satu tes khusus. Hal ini untuk mengantisipasi kesalahan diagnosis yang dapat memperburuk kondisi dan mengakibatkan hilangnya fungsi pada salah satu anggota tubuh secara permanen,” ujar dr. Rocksy.

Relapsing-Remitting MS

Salah satu jenis MS yang paling sering ditemukan adalah Relapsing-Remitting MS (RRMS), yaitu MS dengan gejala-gejala tertentu yang muncul, lalu hilang, dan setelah itu muncul kembali. “Kemunculan, hilang, dan kemunculan kembali suatu gejala bisa menjadi sebuah gejala MS yang cukup khas dan patut diwaspadai. Penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis saraf jika mengalami tanda tersebut. Dengan diagnosis dan penanganan yang tepat, individu dengan MS dapat menjalani hidup yang produktif dan berkualitas,” kata dr. Rocksy.

160 Orang Terdiagnosis

MS masih kurang dipahami baik oleh masyarakat umum maupun tenaga kesehatan di Indonesia. Data Atlas of MS menunjukkan di Asia Tenggara terdapat 9 dari 100.000 orang terdiagnosis MS. Namun, di Indonesia ‘baru’ tercatat 160 orang yang terdiagnosis MS. Hal ini mengindikasikan adanya potensi kasus MS yang belum terdiagnosis di Indonesia.

Baca juga : Mengenal Tanti Damayanti, Sosok Inspiratif Penyintas Autoimun

“Oleh karenanya, peningkatan kesadaran dan pemahaman tentang MS menjadi krusial untuk meminimalkan risiko diagnosis yang terlewatkan dan keterlambatan penanganan, yang dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup individu penyandang MS,” imbuh dr. Rocksy.

Tidak Mudah, Tidak Singkat, dan Melelahkan

Salah satu penyandang MS, Jessy, mengisahkan pengalamannya. Ia menuturkan, memiliki MS telah mengajarkannya banyak hal tentang ketabahan, ketekunan, dan menghargai setiap momen dalam hidup. “Perjalanan saya hingga mendapatkan diagnosis MS bisa dirangkum dalam tiga kata: tidak mudah, tidak singkat, dan melelahkan. Saya menyadari bahwa MS merupakan kondisi permanen dan menyadari hidup dengan MS akan ada keterbatasan fisik dan bahkan kemunduran. Maka yang saya lakukan adalah embrace it dan terus produktif menjalani kegiatan sehari-hari. Dengan MS saya jadi lebih menyadari nilai-nilai hidup 4Gs (Grit, Gift, Grace dan Gratitude). Dengan mengombinasikan nilai tersebut dan penanganan medis serta obat membantu saya tetap bisa produktif menjalani kegiatan sehari-hari,” paparnya.

Jessy rajin berbagi konten tentang MS di akun media sosialnya. Ia mengemasnya menjadi konten yang informatif namun tetap ringan dan menarik. Ia juga sudah menulis buku berjudul Jessy and the $G’s yang memuat pengalamannya menghadapi MS. “Saya berharap, konten di media sosial saya dan juga buku yang saya buat dapat menginspirasi dan memberikan semangat bagi orang lain yang juga menyandang MS,” ucapnya.

Baca juga : Viral! Diserbu Ribuan Orang, Ibu Ida Dayak Batalkan Pengobatan Alternatif

Gencarkan Edukasi

Untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang MS di Indonesia sekaligus memperluas akses terhadap penanganan MS yang inovatif dan berkualitas agar individu penyandang MS dapat menjalani hidup yang lebih baik, PT Merck Tbk dan Siloam Hospitals menjalin kolaborasi. Kolaborasi ini meliputi berbagai kegiatan seperti peningkatan kompetensi klinisi, di antaranya melalui workshop dan webinar bagi para praktisi kesehatan secara berkala. Selain itu, juga dilakukan edukasi MS bagi masyarakat awam.

“Hidup dengan MS tidaklah mudah, untuk itu penting bagi kita di momentum World MS Day, yang tahun ini jatuh pada 30 Mei, untuk saling mendukung agar dapat bersama-sama menghadapi tantangan MS dan terus berbagi informasi untuk meningkatkan kesadaran akan MS secara lebih luas lagi,” kata Presiden Direktur PT Merck Tbk, Evie Yulin.

Hospital Director Siloam Hospitals Lippo Village, dr. Jeffry Oeswadi, MARS,  mengungkapkan hal senada. “Kolaborasi ini mencerminkan visi bersama kami untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi individu dengan MS, di mana mereka bisa melakukan deteksi, hingga mendapat diagnosis dini dan penanganan yang efektif guna meningkatkan kualitas hidup mereka.” (X-8)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eni Kartinah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat