visitaaponce.com

Masjid Qiblatain, Masjid dengan Dua Kiblat

Masjid Qiblatain, Masjid dengan Dua Kiblat
Masjid Qiblatain di Madinah.(MI/Adam Dwi)

KOTA Madinah sangat kaya dengan situs bersejarah yang sering dikunjungi baik oleh jemaah umrah dan haji, maupun penduduk Arab Saudi. Kota ini mengingatkan mereka akan sejarah Nabi Muhammad Saw dan penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia.

Salah satu situs bersejarah di Madinah adalah Masjid Qiblatain. Masjid ini terletak sekitar 7 kilometer (km) di sebelah timur laut Masjid Nabawi dan menjadi tempat ziarah penting bagi umat Islam. Awalnya, masjid ini dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah, karena dibangun di bekas rumah Bani Salamah.

Masjid Qiblatain adalah masjid yang memiliki dua kiblat. Qiblatain artinya dua kiblat. Kiblat pertama yang menghadap ke Masjid Al-Aqsa di Baitul Maqdis (Palestina), dan kiblat kedua yang menghadap ke ka'bah di Masjidil Haram, Makkah.

Baca juga : Jelang Bergeser ke Makkah, Petugas Matangkan Penanganan Krisis Jemaah

Masjid ini dibangun oleh Sawad bin Ghanam bin Kaab pada tahun kedua hijriah, tempat ini secara historis menjadi penting bagi umat Islam karena di sanalah turunnya wahyu Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad untuk mengubah arah kiblat.

Menurut Prof Dr H Aswadi MAg, Konsultan Ibadah PPIH Daker Madinah, hal itu terjadi pada bulan Syakban, ketika Nabi Muhammad SAW memimpin para sahabatnya saat salat zuhur, kemudian diturunkan wahyu untuk menghadap ke arah ka'bah. 

Ketika sudah salat dua rakaat, turunlah wahyu yang memerintahkan untuk mengubah arah kiblat. Nabi langsung melakukan,.

Baca juga : 90 Ribu Jemaah Haji Indonesia Telah Tiba di Madinah sejak 20 Mei

"Karena itu merupakan perintah langsung di rakaat kedua atau dua rakaat bagian yang kedua. Dan langsung baginda Rasul itu mengalihkan kiblatnya itu dari Baitul Maqdis ke Ka'bah Baitullah.  Ini kemudian diikuti oleh semua jema'ah," katanya.

Sejarah Perubahan Arah Kiblat

Menurut Aswadi, ada perbedaan pendapat mengenai waktu perpindahan arah kiblat tersebut.

Baca juga : Kloter Terakhir Gelombang Satu Akhirnya Tiba di Madinah

"Itu tahun ke-2 Hijriah. Jadi, sebagian mufassir menyatakan bahwa itu terjadi di bulan Syakban. Ada yang mengatakan di bulan Rajab. Ada yang mengatakan itu adalah hari Senin. Ada yang mengatakan itu hari Selasa. Ada yang mengatakan salat zuhur, ada yang mengatakan salat Asar," ujar guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini.

Dia menambahkan ketika masih di Makkah, Nabi salat menghadap Baitul Maqdis, juga sekaligus menghadap Kakbah. Nabi menghadap ke utara, di mana posisi Ka'bah searah dengan Baitul Maqdis

Perubahan arah kiblat sendiri sudah diinginkan Nabi, karena selama di Makkah beliau salat menghadap ke Baitul Maqdis, bahkan sampai di Madinah pun, beliau masih menghadap ke sana lebih dari setahun.

Baca juga : 8.548 Jemaah Diterbangkan ke Tanah Suci

Namun, beliau terus memohon, mencari kepastian dan berharap agar kiblat dipindahkan ke Kakbah.

Arsitektur Masjid Qiblatain

Masjid Al-Qiblatain sudah mengalami beberapa kali pemugaran hingga renovasi. Awalnya masjid ini dikelola oleh Khalifah Umar ibn al-Khatt?b. Lalu direnovasi dan dibangun kembali ketika Kesultanan Usmani berkuasa.

Pada 1987 Pemerintah Kerajaan Arab Saudi di bawah Raja Fahd pernah memperluas, merenovasi dan membangun dengan konstruksi baru, tetapi tidak menghilangkan ciri khas masjid tersebut.

Di bagian luar, arsitektur masjid terinspirasi dari elemen dan motif tradisional sehingga menampakkan citra otentik sebuah situs bersejarah.

Ruang salat mengadopsi geometri dan simetri ortogonal yang ditonjolkan dengan menara kembar dan kubah kembar. Kubah utama yang menunjukkan arah kiblat yang benar dan kubah kedua hanya dijadikan sebagai pengingat sejarah. Ada garis silang kecil yang menunjukkan transisi perpindahan arah kiblat.

Masjid Qiblatain awalnya memang memiliki dua arah mihrab yang menonjol yang umumnya digunakan oleh imam salat, ke arah Makkah dan Palestina.

Usai renovasi, Masjid Qiblatain dibangun dengan memfokuskan satu mihrab yang menghadap ke Kakbah di Makkah, sedangkan penanda kiblat lama yang ke Baitul Maqdis dipasang di atas pintu masuk ke ruang salat. Desainnya merupakan reproduksi mihrab Sulaimani seperti di ruang bawah kubah sakhrah (kubah batu) di Yerusalem mengingatkan kepada mihrab Islam tertua yang masih ada.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akmal

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat