visitaaponce.com

Gua Hira, Gua Batu Nan Istimewa

Gua Hira, Gua Batu Nan Istimewa
Seorang wisatawan berdoa saat berziarah ke Gua Hira, di Jabal Nur, Mekah, Arab Saudi.(Dok. Antara)

GUNUNG batu itu tingginya sekitar 642 meter. Jika dilihat tidak ada perbedaan dengan bukit-bukit batu di sekitarnya. Hanya agak lebih tinggi. Namun bukit ini memiliki keistimewaan. Di punggung bukit ini terdapat Gua Hira, tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu untuk pertama kalinya.

Karena keistimewaannya tersebut, gunung bernama Jabal Nur atau Gunung Bercahaya ini menjadi salah satu tempat yang paling sering dikunjungi oleh jemaah haji, maupun jemaah umrah di kota Makkah, Arab Saudi.

Jalan menuju gunung ini aslinya sangat curam. Namun kini telah dibuat anak tangga permanen. Pun demikian, untuk menuju ke puncak Jabal Nur butuh perjuangan ekstra dan fisik yang prima. Jalan berkelok-kelok yang terus menanjak sangat menguras fisik.

Baca juga : 4.743 Jemaah Haji ke Makkah Hari Ini

Gua Hira yang berada di punggung bukit, sejatinya bukan lah gua. Bentuknya tidak seperti gua-gua yang ada di Indonesia. Gua Hira hanya berupa tumpukan batu hitam sedemikian rupa sehingga membentuk celah yang hanya cukup dimasuki satu manusia dewasa. Begitu masuk kurang lebih lima meter, batu hitam lainnya melintang membentuk dua pintu. Pintu kecil berada di lantai yang lantai hanya cukup dilewati manusia dewasa berbadan kurus.

Pintu lainnya yang lebih besar harus menaiki batu sekitar satu meter. Cukup untuk orang berbadan gemuk. Pintu besar ini lebih sering dilewati terlihat dari permukaan batu yang licin dan mengkilap.

Ceruk itu menjadi semacam mihrab yang tepat menghadap ke Masjidil Haram. Itulah Gua Hira tempat Nabi Muhammad SAW berkhalwat dan menerima wahyu untuk pertama kalinya.

Baca juga : Jemaah Haji Kloter 2 Aceh Diterbangkan ke Jeddah

Di ceruk itu ada sajadah yang membentang cukup untuk salat satu orang. Di samping sajadah itu ada batu rata yang bisa digunakan juga untuk shalat sambil duduk. Pagi itu, 7/6, sekitar 10 orang antre untuk salat di Gua Hira. "Cepat, cepat. Dua rakaat. Dua rakaat!" teriak Abdurrahman, penjaga pintu gua, sambil memukul-mukulkan botol plastik air kemasan ke batu. Karena yang mengantre bukan hanya orang Indonesia saja, tentunya mereka tidak paham yang dikatakan Abdurrahman.

Penjaga gua Hira itu meminta jemaah bergantian shalat. Usai shalat jemaah nampak menciumi baru hitam prismatik yang menjadi dinding ceruk. Batu hitam itu pun nampak mengkilat. Batu-batu hitam berbilah ramping berbentuk berlian pada penampang melintang itu memang saksi bisu ketika Nabi SAW menerima wahyu.

"Bacalah!" dan cahaya firman pun berpendar ke seluruh semesta. Hira berarti berlian. Dia bertengger di puncak Jabal Nur (Gunung Cahaya). "Permata yang memancarkan cahaya wahyu Alquran terhadap semesta alam sepanjang zaman," kata Aswadi Syuhada, guru besar Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya.

Baca juga : Arab Saudi Perketat Pengawasan dan Razia Visa Haji Jemaah

Disarankan Datang Malam Hari

Wisatawan berziarah ke Gua Hira, di Jabal Nur, Mekah, Arab Saudi,(1)

Foto: Wisatawan berziarah ke Gua Hira, di Jabal Nur, Mekah, Arab Saudi. (Dok. Antara)

Gua Hira memang tidak terlalu penting sebelum Islam. Namanya berasal dari hira (permata). Dibutuhkan 2,5 kilometer berjalan kaki untuk mencapainya, panjangnya sekitar 3,7 m (12 kaki) dan lebar 1,60 m (5 kaki 3 inci). Letaknya di ketinggian 640 meter, di puncak Jabal Nur. Untuk mencapainya kita harus berjalan kaki dari Kompleks Taman Gua Hira yang terdiri dari banyak toko-toko souvenir, cafe dan restoran, yang salah satunya menjual Bakso Onta.

Baca juga : Jemaah Haji Wajib Tahu, Begini Adab Berziarah ke Makam Nabi Muhammad SAW

Perjalanan 2,5 kilometer ditempuh 1 hingga 3 jam. Kurang lebih 1200 anak tangga harus kita naiki. Ada juga yang mengatakan 1750 anak tangga. Untuk mengunjunginya di siang hari tidak disarankan, karena cuaca akan sangat panas. Malam hari dan pagi hari bisa dipertimbangkan sebagai opsi untuk mengunjunginya. Untuk itu harus membawa bekal air yang cukup. Bila perlu membawa sampai 2 liter air.

Setelah mendaki di puncak jabal Nur, kita harus turun sekitar dua puluh meter untuk sampai di depan pintu celah menuju gua Hira. Tempat ini memang sangat terpencil dan tepat untuk muraqabah (merenung) dan tahannuth (menyendiri). Di sinilah, di puncak Jabal Nur, Nabi Muhammad bertahan selama sebulan setiap tahun.

Jabal Nur sendiri tingginya hanya 640 meter. Namun, diperlukan waktu satu hingga dua jam untuk melakukan pendakian berat ke gua Hira. Individu yang sehat sekalipun, memakan waktu antara setengah jam hingga satu setengah jam untuk mencapainya. "Tidak terbayang perjuangan Nabi SAW ke Gua Hira. Saya sampai bersimbah peluh. Harus beristirahat beberapa kali," kata Heri, seorang jemaah haji asal Riau.

Heri merasa lega setelah berhasil menapakkan kakinya ke gua Hira. Karena di Gua Hira, Nabi Muhammad SAW mendapat wahyu pertamanya dan menerima lima ayat Alquran surat Al Alaq. "Bacalah!" dan cahaya firman pun berpendar ke seluruh semesta. Malam tanggal turunnya wahyu pertama disebut sebagai Lailatul Qadar (Malam Kemuliaan). Kejadian itu bertepatan dengan bulan Agustus 610 M.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat