visitaaponce.com

Menko PMK Sebut Keluarga Kokoh Disiapkan Sejak Sebelum Pernikahan

Menko PMK Sebut Keluarga Kokoh Disiapkan Sejak Sebelum Pernikahan
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy(Dok Kemenko PMK)

PEMERINTAH meyakini bahwa beragam masalah seperti kekerasan hingga stunting perlu diintervensi dari unit terkecil sebuah bangsa yakni keluarga. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy dalam Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional 2024 di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (29/6), mengatakan sebuah keluarga yang kokoh harus dibangun dengan kasih dan sayang.

Hal tersebut bisa dilakukan dengan menghadirkan “surga” di rumah masing-masing. “Di dalam hadis dinyatakan, baiti jannati, rumahku surgaku. Jadi tidak usah membayangkan baru nanti (mendapatkan surga), disambut 70 bidadari. Sekarang pun kita harus membangun surga di rumah-rumah kita,” katanya.

Membangun keluarga yang kokoh, lanjut Muhadjir, juga harus dimulai dari perhatian terhadap calon ibu, yakni para perempuan yang disebut sebagai tiang negara.

Baca juga : Upaya Meningkatkan Kesadaran dan Praktik Gizi Seimbang Mampu Turunkan Prevalensi Stunting

“Kita sudah menemukan polanya di dalam penanganan keluarga ini. Pertama-tama yang kita perhatikan adalah remaja putri. Remaja putri harus disiapkan betul-betul kondisinya sehat karena dialah yang akan menentukan masa depan Indonesia ini,” teranganya.

Muhadjir mencontohkan, perlindungan kondisi kesehatan remaja putri antara lain tidak boleh mengalami anemia kronis atau kekurangan darah yang berkepajangan. Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi.

“Kalau kondisi rahim sudah tidak sehat, peluangnya untuk melahirkan generasi yang tidak sehat sangat besar. Termasuk generasi stunting. Karena itu pemerintah betul-betul intens mengawal ini,” ujarnya.

Baca juga : Epidemiolog: Keluarga Punya Peran Sentral dalam Mengatasi Stunting

Muhadjir pun mengusulkan kepada Menteri Kesehatan agar pil penambah darah bisa dibuat cocok di lidah remaja putri. Tujuannya supaya pil tersebut benar-benar dikonsumsi dan tidak dibuang karena rasanya tidak enak.

Lebih lanjut, intervensi negara untuk menciptakan keluarga yang kokoh juga dilakukan sebelum pernikahan. Misalnya dengan serangkaian pemeriksaan calon pengantin seperti panjang lengan atas, hingga pengecekan kondisi HB atau hemoglobin.

“Itu sekarang menjadi bagian dari upaya kita mencegah stunting. Stunting sekarang tidak hanya intervensi kepada balita yang sudah terlanjur lahir, tapi harus kita dahului ketika masih berada di dalam rahim ibu,” kata Muhadjir.

Baca juga : BKKBN: Pendataan Bayi Stunting sudah Selesai Dilakukan

Menko PMK mengatakan upaya untuk memenuhi persyaratan observasi stunting sudah berjalan dengan baik. Ia mencontohkan, hampir seluruh posyandu sudah memiliki alat antropometri yang sesuai standar.

“Kalau nanti ada posyandu yang belum memiliki alat standar segera lapor ke Kemenkes. Berdasarkan laporan masih ada sekitar 3% yang belum. Standar ini penting agar pengukurannya seragam,” jelasnya.

Berdasarkan data BKKBN, gerakan intervensi serentak penimbangan dan pengukuran tinggi bayi di posyandu seluruh Indonesia yang dikerjakan sepanjang Juni ini sudah mencapai 92,29%. “Sebelum kita bicara pada putaran yang lain termasuk lansia, kita fokus pada generasi prenatal ini ketika mereka masih berada dalam kandungan sampai 2 tahun, syukur-syukur (sampai) 5 tahun,” ujar Muhadjir.

Selain antropometri di posyandu, Menko PMK juga menyebut kemudahan lain yang dihadirkan dalam intervensi stunting yakni alat USG yang sudah tersedia di level puskesmas.

“Saya yakin meskipun target (angka stunting) kita tidak bisa 14% tahun ini, paling tidak mudah-mudahan 2024 kita sudah berada di bawah 20% sesuai dengan ketentuan di SDGs,” pungkasnya.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat