visitaaponce.com

Upaya Meningkatkan Kesadaran dan Praktik Gizi Seimbang Mampu Turunkan Prevalensi Stunting

Upaya Meningkatkan Kesadaran dan Praktik Gizi Seimbang Mampu Turunkan Prevalensi Stunting
Pemerintah Kabupaten Lamongan mengelar kampanye ASI Eksklusif Megilan, di Alun-alun Lamongan, Minggu (7/8/2022)(MI/Ahmad Yakub)

STUNTING merupakan permasalahan serius yang dihadapi oleh Indonesia. Adapun pemerintah mematok hingga 2024 angka stunting ditargetkan turun hingga 14%. Namun demikian, dari 2022 hingga 2023 angka stunting baru turun 0,1% ke angka 21,5%.

Terkait dengan hal tersebut Save the Children Indonesia bersama dengan Nutrition International telah mendukung upaya pemerintah selama lima tahun terakhir untuk menurunkan angka stunting di dua provinsi, yakni Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur melalui program Better Investment for Stunting Alleviation (BISA). Inisiatif ini mencakup berbagai intervensi untuk meningkatkan kesadaran dan praktik gizi seimbang di kalangan masyarakat.

“Upaya kami selama lima tahun terakhir telah menunjukkan hal yang positif. Langkah ini juga menjadi komitmen kami untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dalam upaya penurunan stunting di Indonesia. Kami percaya bahwa dengan dukungan berbagai pihak, kita dapat mencapai masa depan yang lebih sehat dan lebih baik bagi anak-anak Indonesia,” jelas Plt Direktur Kesehatan dan Gizi Save the Children Indonesia Aduma Situmorang.

Baca juga : Kolaborasi Latih Kader Posyandu untuk Pencegahan Stunting

Menurut Aduma, selama lima tahun pihaknya melakukan intervensi di tingkat rumah tangga dan komunitas. BISA melakukan serangkaian kegiatan komunikasi perubahan perilaku dan sosial yang ditargetkan untuk meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku terkait ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, anemia dan makanan kaya zat besi bagi ibu hamil dengan pendekatan emotional demonstration di posyandu.

Hal lainnya yang dilakukan ialah mendorong perilaku cuci tangan pakai sabun di rumah tangga dan sekolah sebagai bagian dari.pendekatan rumah bersih, serta mendorong peningkatan gizi remaja di sekolah, termasuk konsumsi tablet tambah darah remaja putri melalui modul of school dan gizi remaja.

Upaya tersebut kemudian membuahkan hasil yang manis. Terjadi peningkatan pengetahuan akan pentingnya ASI eksklusif pada kelompok ibu dengan anak kurang dari dua tahun dari 61,7% menjadi 81,2%. Selain itu terjadi peningkatan kemampuan remaja putri untuk mendefinisikan sertidaknya dua manfaat tablet tambah darah dari 4,5% menjadi 62,4%.

Baca juga : Perempuan Lebih Rentan Terkena Anemia, ini Dampaknya

“Selain itu, kami juga melakukan intervensi di tingkat sistem layanan kesehatan. BISA berkontribusi terhadap peningkatan status kesehatan dan gizi ibu hamil melalui pelatihan dan dampingan teknis bagi petugas kesehatan di 119 puskesmas yang memiliki lebih dari 6.000 jaringan pelayanan di empat kabupaten pendampingan,” ucap dia.

Hasil survei akhir BISA menunjukkan bahwa para ibu lebih mudah memahami pesan kunci terkait gizi yang disampaikan oleh petugas yang telah mengikuti pelatihan BISA. Selain itu, pelatihan dan dampingan teknis juga diberikan untuk tenaga kesehatan di dinas kesehatan kabupaten, staf puskesmas dan guru UKS terkait suplementasi TTD untuk remaja putri.

Dampaknya, survei akhir BISA menunjukkan peningkatan konsumsi 24 tablet ambah darah dalam 12 bulan dari 2020 hingga 2023 sebesar 12,5% di Bandung Barat, 18,6% di Sumedang, 58,6% di Kupang dan 35,8% di Timor Tengah Utara. Dari hasil survei akhir ditemukan bahwa rumah tangga dengan anak baduta yang menyediakan tempat bermain yang bersih meningkat 17,5%.

Baca juga : Perempuan Indonesia Diajak Peduli ASI Berkualitas 

“BISA juga memberikan pelatihan terkait manajemen rantai pasok yang berdampak pada peningkatan kapasitas staf farmasi di puskesmas untuk memperkirakan stok dan menghindari situasi kehabisan stok komoditas gizi. Sejak 2022, BISA juga berperan penting dalam memastikan ketersediaan pasokan komoditas gizi di Puskesmas untuk semua penerima manfaat,” beber Aduma.

Pada kesempatan itu, Direktur Nutrition International Indonesia Herrio Hattu mengungkapkan, pihaknya percaya pendekatan yang efisien dan efekif untuk memperoleh dampak yang maksimal dengan biaya dan kompleksitas yang minimal, dan memastikan bahwa setiap hasil kerja yang dilakukan tidak merugikan para penerima manfaat.

“Kami berharap seluruh praktik baik yang telah dihasilkan dari kerja sama BISA dengan seluruh pemangku kepentingan dalam lima tahun terakhir dapat terus dilanjutkan atau bahkan direplikasi oleh pemerintah daerah lain untuk mencegah terjadinya stunting baru di Indonesia,” beber dia.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat