Ini Cara Mencegah Kematian Mendadak Atlet Muda
![Ini Cara Mencegah Kematian Mendadak Atlet Muda](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/07/d45465086ab64d5ba0cd168ff1f40634.jpg)
DOKTER spesialis jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia Utojo Lubiantoro mengatakan kematian mendadak atlet muda bisa dicegah dengan rutin dengan melakukan skrining terutama pada masalah kelainan jantung.
"Karena kematian mendadak sebagian besar, sekitar 70%, karena kelainan dari jantung meskipun tidak selalu, maka screening kesehatan jantung pada setiap atlet menjadi penting rutin dilakukan untuk menghindari kematian mendadak," kata Utojo dalam wawancara yang dilakukan secara daring, Rabu (3/7).
Deteksi kelainan jantung dapat diketahui secara dini melalui pemeriksaan ekokardiografi atau USG jantung dan EKG rekam jantung.
Baca juga : Cara Mengunyah Makanan dengan Baik Bisa Mencegah Kanker Lambung
Pada atlet muda, kejadian mati mendadak di lapangan sebagian besar disebabkan karena kelainan jantung bawaan atau genetik berupa Kardiomiopati Hipertrofi atau kondisi otot jantung yang menebal.
Pada seseorang yang memiliki kelainan itu disarankan tidak melakukan olahraga berat karena dapat menyebabkan gangguan irama jantung (aritmia) yang fatal, biasanya berupa Fibrilasi atau Takikardia Ventrikel.
Pertolongan yang bisa dilakukan jika terjadi insiden ini adalah dengan alat kejut jantung atau defibrilator.
Baca juga : Terpapar Polusi Udara Jangka Panjang Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung
"Kalau terjadi fibrilasi atau takikardia ventrikel pengobatan cuma satu yaitu kejut listrik atau defibrilator, itu berlaku dalam lima sampai 10 menit awal," katanya.
Utojo mengatakan pada seseorang yang mengalami kelainan jantung genetik level yang ringan tidak perlu diobati. Namun, jika pada level yang sedang hingga berat memiliki potensi komplikasi tidak hanya mati mendadak tapi juga jantung membesar atau gagal jantung.
Deteksi dini dengan tes treadmill akan menentukan pasien tersebut memiliki risiko mati mendadak karena ada gangguan fungsi jantung sehingga tidak diperkenankan menjadi atlet, olahraga terlalu berat, dan harus ada perubahan gaya hidup.
"Olahraga boleh tapi nggak boleh yang berat, ada perubahan gaya hidup. Kalau kategorinya sudah berat kita sarankan jangan jadi atlet," pungkas Utojo. (Ant/Z-1)
Terkini Lainnya
Atlet Profesional Tetap Harus Lakukan Skrining Jantung
Atlet Kormi Klaten Bertanding di Forda Banyumas Dapat Perlindungan BPJS Ketenagakerjaan
Ini Daftar Lengkap 29 Atlet Indonesia yang Lolos Olimpiade Paris 2024
Berkaca dari Zhang Zhi Jie, Atlet Juga Perlu Cek Kesehatan Jantung
GWIS Open 2024: Jaring Atlet Sepatu Roda Bersaing di Arena Internasional
Cara Mengunyah Makanan dengan Baik Bisa Mencegah Kanker Lambung
Dok, Mata Anak Saya kok Juling?
Usia 9-10 Tahun, Waktu Tepat Vaksinasi HPV
Jangan Ragu Rutin Medical Check Up
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Manajemen Sekolah Penghalau Ekstremisme Kekerasan
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap