visitaaponce.com

Ini Cara Mencegah Kematian Mendadak Atlet Muda

Ini Cara Mencegah Kematian Mendadak Atlet Muda
Ilustrasi--treadmill, salah satu cara skrining gangguan jantung.(health.harvard.edu)

DOKTER spesialis jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia Utojo Lubiantoro mengatakan kematian mendadak atlet muda bisa dicegah dengan rutin dengan melakukan skrining terutama pada masalah kelainan jantung.

"Karena kematian mendadak sebagian besar, sekitar 70%, karena kelainan dari jantung meskipun tidak selalu, maka screening kesehatan jantung pada setiap atlet menjadi penting rutin dilakukan untuk menghindari kematian mendadak," kata Utojo dalam wawancara yang dilakukan secara daring, Rabu (3/7).

Deteksi kelainan jantung dapat diketahui secara dini melalui pemeriksaan ekokardiografi atau USG jantung dan EKG rekam jantung. 

Baca juga : Cara Mengunyah Makanan dengan Baik Bisa Mencegah Kanker Lambung 

Pada atlet muda, kejadian mati mendadak di lapangan sebagian besar disebabkan karena kelainan jantung bawaan atau genetik berupa Kardiomiopati Hipertrofi atau kondisi otot jantung yang menebal.

Pada seseorang yang memiliki kelainan itu disarankan tidak melakukan olahraga berat karena dapat menyebabkan gangguan irama jantung (aritmia) yang fatal, biasanya berupa Fibrilasi atau Takikardia Ventrikel.

Pertolongan yang bisa dilakukan jika terjadi insiden ini adalah dengan alat kejut jantung atau defibrilator.

Baca juga : Terpapar Polusi Udara Jangka Panjang Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

"Kalau terjadi fibrilasi atau takikardia ventrikel pengobatan cuma satu yaitu kejut listrik atau defibrilator, itu berlaku dalam lima sampai 10 menit awal," katanya.

Utojo mengatakan pada seseorang yang mengalami kelainan jantung genetik level yang ringan tidak perlu diobati. Namun, jika pada level yang sedang hingga berat memiliki potensi komplikasi tidak hanya mati mendadak tapi juga jantung membesar atau gagal jantung.

Deteksi dini dengan tes treadmill akan menentukan pasien tersebut memiliki risiko mati mendadak karena ada gangguan fungsi jantung sehingga tidak diperkenankan menjadi atlet, olahraga terlalu berat, dan harus ada perubahan gaya hidup.

"Olahraga boleh tapi nggak boleh yang berat, ada perubahan gaya hidup. Kalau kategorinya sudah berat kita sarankan jangan jadi atlet," pungkas Utojo. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat