visitaaponce.com

Perubahan Iklim Ancam Lebih dari 100 Juta Orang Afrika

Perubahan Iklim Ancam Lebih dari 100 Juta Orang Afrika
Seorang wanita membawa sekantong jagung di sebuah pertanian di Northbank, Negara Bagian Benue, Nigeria.(AFP/Kola Sulaimon.)

LEBIH dari 100 juta orang yang sangat miskin di Afrika terancam oleh percepatan perubahan iklim yang juga dapat mencairkan beberapa gletser di benua itu dalam dua dekade. Laporan PBB memperingatkan hal itu pada Selasa (19/10).

Dalam laporan menjelang KTT iklim COP 26 di Glasgow, PBB menyoroti kerentanan tidak proporsional Afrika tahun lalu dari kerawanan pangan, kemiskinan, dan perpindahan penduduk. "Pada 2030, diperkirakan hingga 118 juta orang yang sangat miskin akan terkena kekeringan, banjir, dan panas yang ekstrem di Afrika, jika tindakan respons yang memadai tidak dilakukan," kata Josefa Leonel Correia Sacko, komisaris untuk ekonomi pedesaan dan pertanian di Komisi Uni Afrika.

Yang sangat miskin yaitu mereka yang hidup dengan kurang dari US$1,90 per hari, menurut laporan yang dikoordinasikan oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). "Di Afrika sub-Sahara, perubahan iklim selanjutnya dapat menurunkan produk domestik bruto hingga 3% pada 2050," kata Sacko. "Tidak hanya kondisi fisik yang semakin buruk, tetapi juga jumlah orang yang terkena dampak semakin meningkat," katanya dalam kata pengantar.

Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas mengatakan bahwa tahun lalu Afrika mengalami suhu terus meningkat, percepatan kenaikan permukaan laut, serta peristiwa cuaca ekstrem seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Itu semua indikator perubahan iklim.

"Penyusutan cepat dari gletser terakhir yang tersisa di Afrika timur, yang diperkirakan akan mencair seluruhnya dalam waktu dekat, menandakan ancaman yang akan segera terjadi dan tidak dapat diubah," kata Taalas. Tahun lalu daratan dan perairan Afrika menghangat lebih cepat daripada rata-rata dunia.

Tren pemanasan 30 tahun dari 1991-2020 berada di atas periode 1961-1990 di semua wilayah Afrika. Tingkat kenaikan permukaan laut di sepanjang pantai tropis dan Atlantik selatan serta di sepanjang Samudra Hindia lebih tinggi dari rata-rata dunia.

Meskipun terlalu kecil untuk dijadikan sebagai cadangan air yang signifikan, gletser Afrika memiliki nilai pariwisata dan ilmiah yang tinggi, tetapi mengalami penurunan pada tingkat yang lebih tinggi daripada rata-rata global. "Jika ini terus berlanjut, itu akan menyebabkan deglaciasi total pada 2040-an," kata laporan itu.

"Gunung Kenya diperkirakan akan mengalami deglaciasi satu dekade lebih cepat, yang akan menjadikannya salah satu dari seluruh pegunungan pertama yang kehilangan gletser karena perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia." Gletser lain di Afrika yaitu Pegunungan Rwenzori di Uganda dan Gunung Kilimanjaro di Tanzania.

Untuk menghindari biaya yang lebih tinggi dari bantuan bencana, WMO mendesak negara-negara Afrika untuk berinvestasi dalam infrastruktur hidrometeorologis dan sistem peringatan dini untuk mempersiapkan peningkatan peristiwa berbahaya berdampak tinggi. Ini mendukung perluasan akses ke sistem peringatan dini dan informasi tentang harga pangan dan cuaca, termasuk dengan pesan teks atau suara sederhana yang memberi tahu petani tentang watu harus menanam, mengairi, atau memupuk.

Baca juga: Peneliti Ingatkan Air Laut akan Naik Ancam Asia Termasuk Indonesia

"Penerapan cepat strategi adaptasi Afrika akan memacu pembangunan ekonomi dan menghasilkan lebih banyak pekerjaan untuk mendukung pemulihan ekonomi dari pandemi covid-19," kata laporan itu. Laporan tersebut melibatkan WMO, Komisi Uni Afrika, Komisi Ekonomi untuk Afrika (ECA) melalui Pusat Kebijakan Iklim Afrika (ACPC), organisasi ilmiah internasional dan regional, serta badan-badan PBB. (AFP/OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat