visitaaponce.com

Peluncuran Aliansi Kolibri Jadi Upaya Nyata Wujudkan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian

Peluncuran Aliansi Kolibri Jadi Upaya Nyata Wujudkan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian
Petani memasang jaring penghalau hama burung pipit pada tanaman padi di persawahan Desa Tanjungrejo, Jekulo, Kudus, Rabu (26/6/2024).(ANTARA/YUSUF NUGROHO)

STAF Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam, Tasdiyanto mengatakan bahwa peluncuran Aliansi Kolibri merupakan bukti pertemuan dari para pihak yang memiliki frekuensi yang sama dalam perjuangan perbaikan lingkungan hidup.

“Kita masih dalam suasan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati setiap 5 Juni. Saya rasa juga Aliansi Kolibri ini dibentuk sangat relevan untuk menyiapkan diri dalam mengadaptasikan diri terhadap iklim yang semkin berdampak pada aktivitas pertanian,” ungkapnya dalam acara Peluncuran Aliansi Kolibri di Jakarta, Kamis (27/6).

Lebih lanjut, menurut Tasdiyanto, peringatan Hari Lingkungan Hidup ini hendaknya tidak hanya sekadar ceremony semata, tapi menjadi milestone lingkungan hidup yang dilakukan oleh Indonesia.

Baca juga : Ribuan Hama Tikus Bikin Repot Petani di Australia

Dia menekankan bahwa perbaikan lingkungan hidup tidak hanya cukup dari ilmu pengetahuan, namun harus menunjukkan aksi bersama. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan kompetensi yang relevan dalam bidang masing-masing untuk memecahkan permasalahan lingkungan hidup yang ada.

“Saya rasa peran Aliansi Kolibri ini sangat penting untuk membuktikan bahwa pembangunan berkelanjutan itu bisa dipraktikan untuk petani,” kata Tasdiyanto.

Dalam waktu dekat, KLHK juga dikatakan akan memperkenalkan konsep ekonomi regeneratif. Hal ini menjadi perkembangan dari pembangunan berkelanjutan di mana konteks pemulihan kualitas lingkungan hidup akan ditekankan di dalamnya.

Baca juga : Peringatan Lingkungan Hidup Sedunia di Kota Tangerang berlangsung Meriah

“Pembangunan berkelanjutan itu masih ada kekurangannya. Itu sebenarnya konsep besar tapi masih kurang di dalam konteks pemulihan kualitas lingkungan. Jadi tidak ada penegasan pemulihan peningkatan value dari nilai alam dan ini yang kita tonjolkan di ekonomi regeneratif. Gambarannya seperti teknologi stem cell. Ini bisa kita gunakan juga dalam praktik ekonomi regeneratif. Nanti akan kita launching di forum tersendiri terkait dengan hal ini,” tuturnya.

Perubahan iklim juga dikatakan menjadi hal yang perlu diperhatikan pada saat ini. Pasalnya, kondisi perubahan iklim telah menjadi semakin parah.

Untuk itu, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 31,89% dari upaya sendiri dan 43,25% dengan dukungan internasional sampai dengan 2030.

Baca juga : WWF Dorong Perbankan Perkuat Pengelolaan Risiko Perubahan Iklim

“Ini sebuah komitmen dan ambisi yang cukup besar serta cukup berat. Namun itu semuanya dengan perhitungan yang detail dari tim kita agar kita bisa menyumbang pengurangan gas rumah kaca dari negara kita. Dalam perkembangannya kita harus menyampaikan progresnya pada Maret 2025 tapi Indonesia berkomitmen untuk menyampaikan lebih awal pada Agustus 2024 atau dua bulan ke depan nanti,” ujar Tasdiyanto.

Sementara itu, Ketua Pengurus Aliansi Kolibri, Bernadinus Steni mengatakan bahwa kehadiran Aliansi Kolibri bertujuan untuk mewujudkan 
pertanian berkelanjutan.

“Sektor pertanian di Indonesia menghadapi berbagai masalah. Degradasi tanah dan perubahan iklim adalah faktor utama terjadinya penurunan produktivitas pertanian. Kurangnya edukasi praktik pertanian berkelanjutan, akses terhadap teknologi modern, dan pembiayaan juga kerap kali menjadi tantangan yang dihadapi oleh petani di Indonesia,” kata Steni.

Baca juga : Empat Perempuan Muda NTT jadi Pelopor Aksi Krisis Iklim

Menurutnya, terdapat perbedaan pendekatan bagaimana mencapai pertanian berkelanjutan di tingkat global dan nasional. Narasi dominan pertanian berkelanjutan di tingkat nasional adalah food estate yaitu membuka lahan pertanian baru yang sangat luas hingga jutaan hektar.

Inisiatif ini segera ditangkap oleh pemerintah daerah yang kemudian berlomba membuka lahan pertanian baru. Petani bersama masyarakat organisasi sipil tingkat lokal berupaya memberikan narasi pertanian berkelanjutan alternatif dan mencoba mewujudkannya di wilayah masing-masing.

“Upaya dari bawah ini tidak banyak mendapat dukungan. Aliansi Kolibri ini menjadi upaya bersama mewujudkan pertanian berkelanjutan dari bawah, bukan didorong dari atas. Harapan upaya mewujudkan lingkungan berkelanjutan," lanjutnya.

Perlu diketahui, Aliansi Kolibri diperkenalkan secara resmi pada hari ini sebagai koalisi yang berkomitmen dalam menanggulangi deforestasi dan meningkatkan keberlanjutan di sektor pertanian Indonesia.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat