visitaaponce.com

Rusia Akhiri Penutupan Meski Ada Gelombang Covid-19

Rusia Akhiri Penutupan Meski Ada Gelombang Covid-19
Ilustrasi(Medcom.id)

SEBAGIAN besar Rusia, pada Senin, mengakhiri liburan berbayar selama seminggu yang bertujuan untuk membatasi penyebaran virus korona, meskipun negara itu melihat ribuan kasus baru dan lebih dari 1.000 kematian per hari.

Presiden Vladimir Putin memerintahkan periode liburan berbayar dari 30 Oktober hingga 7 November dalam upaya untuk membendung melonjaknya infeksi dan kematian yang diperburuk oleh upaya vaksinasi yang lambat.

Baca juga: Iran Tuntut AS tidak Mangkir lagi dari Kesepakatan Nuklir

Masing-masing wilayah memiliki wewenang untuk memperpanjang periode tersebut tetapi pada hari Senin hanya lima yang melakukannya, termasuk wilayah Bryansk dan wilayah Tomsk.

Namun, sejumlah daerah memang memperkenalkan atau memperluas persyaratan bukti vaksinasi untuk mengunjungi restoran, kafe, dan pusat perbelanjaan.

Moskow, pusat pandemi di Rusia, masih tidak memerlukan bukti vaksinasi untuk sebagian besar kegiatan publik.

Dengan lebih dari 8,8 juta kasus tercatat sejak awal pandemi, Rusia adalah salah satu negara yang paling terpukul di dunia dan gelombang dahsyat musim gugur ini telah melihat infeksi dan kematian mencapai rekor baru.

Pada Senin, pihak berwenang melaporkan 39.400 kasus baru dan 1.190 kematian selama 24 jam sebelumnya.

Jumlah tertinggi untuk infeksi baru - 41.335 - tercatat pada Sabtu, sedangkan jumlah kematian baru tertinggi - 1.195 - dilaporkan Kamis lalu.

Rusia telah meluncurkan beberapa vaksin buatan sendiri, termasuk Sputnik V, tetapi hanya sekitar sepertiga dari populasi yang sepenuhnya diinokulasi.

Pihak berwenang telah dituduh mengecilkan pandemi dan angka-angka dari badan statistik Rosstat pada Oktober menunjukkan hampir dua kali lebih banyak kematian akibat covid dibandingkan dengan penghitungan pemerintah.

Rosstat mengatakan 44.265 orang meninggal karena virus korona pada September - hampir dua kali lipat angka resmi pemerintah - menjadikan total korban virus dari badan itu menjadi hampir 450.000, tertinggi di Eropa. (AFP/Nur/OL-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat