visitaaponce.com

Eks Presiden Honduras Hadapi Hukuman AS

Eks Presiden Honduras Hadapi Hukuman AS
Mantan Presiden Honduras Juan Orlando Hernandez (jaket biru)(AFP)

AMERIKA Serikat (AS) telah menetapkan mantan Presiden Honduras Juan Orlando Hernandez sebagai terdakwa dalam kasus penyalahgunaan narkoba dan senjata. Departemen Kehakiman AS menuduh pria berusia 53 tahun itu menggunakan kekuasaannya untuk melancarkan kedua kasus tersebut.

Tuduhan itu diumumkan pada Kamis tak lama setelah Hernandez diborgol dan dibawa dengan pesawat Badan Pengawas Obat-obatan AS (DEA) di ibu kota Honduras, Tegucigalpa, untuk diekstradisi ke AS. Diajukan oleh jaksa di New York, dakwaan tersebut menjerat Hernandez dengan tiga tuduhan sekaligus.

"Hernandez menyalahgunakan posisinya sebagai Presiden Honduras untuk mengoperasikan negara sebagai negara narkotika," kata Jaksa Agung AS Merrick Garland.

Keputusan Mahkamah Agung Honduras pada akhir Maret membuka jalan bagi Hernandez, yang menjabat sebagai presiden dari 2014 hingga Januari 2022, untuk diekstradisi guna menghadapi dakwaan di pengadilan New York. Departemen Kehakiman AS mengatakan dalam sebuah pernyataan Hernandez yang pernah dipandang sebagai sekutu utama AS dalam perang melawan narkoba berpartisipasi dalam konspirasi perdagangan narkoba yang korup dan kejam untuk memfasilitasi impor ratusan ribu kilogram kokain ke AS.

"Hernandez diduga menerima jutaan dolar yang juga digunakan untuk menyuap pejabat publik, penegak hukum, dan militernya supaya mendukung organisasi perdagangan narkoba di Honduras, Meksiko, dan di tempat lain," ucap Garland.

Baca juga: Polisi Menahan Mantan Presiden Honduras Terkait Permintaan Ekstradisi dari AS

Itu termasuk sekitar USD1 juta dari gembong narkoba Meksiko Joaquin El Chapo Guzman. Namun Hernandez membantah seluruh dakwaan tersebut dan menyebutnya sebagai sebuah konspirasi para musuhnya.

Hernandez digantikan Xiomara Castro yang menjadi presiden wanita pertama negara itu, pada akhir Januari. Dakwaan AS diajukan pada 27 Januari. Damian Williams, pengacara AS untuk distrik selatan New York, mengatakan, Hernandez terlibat dalam korupsi yang merajalela dan perdagangan kokain besar-besaran yang memicu kekerasan di Honduras.

“Honduras menjadi salah satu negara paling kejam di dunia selama masa kepresidenan Hernandez yang sibuk mengumpulkan uang dan pengaruh politik. Pada saat yang sama rakyat Honduras mengalami kondisi kemiskinan dan kekerasan,” tutur Williams.

“Dakwaan ini mencerminkan kerja bertahun-tahun oleh kantor saya dan DEA, menyelidiki dan menuntut anggota konspirasi ini,” imbuhnya.

Mantan sekutu AS Teresa Bo mengatakan Hernandez sempat menjadi sekutu yang sangat dekat dengan AS.

“Bahkan, dia dekat dengan Wakil Presiden Biden di era Presiden Obama. Dia juga dekat dengan mantan Presiden Donald Trump," kata Bo.

"Dia dianggap melakukan hal yang benar pada saat itu karena dia berjuang melawan imigran ilegal untuk membantu AS".

Beberapa warga Honduras merayakannya di jalan-jalan Tegucigalpa ketika Hernandez ditangkap pada Februari. Ratusan petugas polisi telah mengepung rumahnya setelah pengadilan mengeluarkan surat perintah penangkapannya menyusul permintaan ekstradisi AS.

“Pihak berwenang akhirnya melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan sejak lama: menghukum dan memenjarakan orang-orang yang telah merampok negara ini,” Aaron Hernandez, seorang sopir truk Honduras berusia 31 tahun.

Sementara pendukung Hernandez mengatakan bahwa tuduhan AS berlebihan dan terkesan dibuat-buat.

“Jika seorang warga diadili, mereka harus diadili di negaranya,” kata istri Hernandez, Ana Garcia.

Sebagian besar tuduhan terhadap Hernandez muncul dalam dua persidangan di New York dengan terdakwa Juan Antonio Tony Hernandez, saudara laki-laki Hernandez dan mantan anggota kongres Honduras Geovanny Fuentes Ramirez.

Keduanya terlilit kasus perdagangan narkoba pada 2015 dan telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Jaksa mencap mantan presiden itu sebagai otak dari kedua pelaku.

Namun Hernandez menyatakan tidak bersalah dan meyakini sebagai korban balas dendam juga konspirasi. Keluarganya juga mengatakan, "siap dan yakin bahwa kami akan dapat menunjukkan kepada sistem peradilan AS bahwa tuduhan ini adalah plot balas dendam dari narkoba Honduras yang kerajaan kejahatan dan kekerasannya Juan Orlando hancurkan".(Aljazeera/OL-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat