visitaaponce.com

Nahdlatul Ulama makin Paham Persoalan Muslim Ukraina

Nahdlatul Ulama makin Paham Persoalan Muslim Ukraina
Ketua Tanfidziyah PBNU Alissa Wahid kala menerima delegasi Ukraina yang dipimpin oleh Tamila Tasheva.(DOK Kedubes Ukraina di RI.)

NAHDLATUL Ulama mengaku semakin paham persoalan yang dialami oleh Muslim Ukraina sehingga menjadi dasar dalam meningkatkan peran dan kontribusi ormas Islam terbesar di Indonesia itu pada tingkat internasional, khususnya kepada komunitas umat Muslim global. Hal ini diungkapkan Alissa Wahid, Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2022-2027, kala menerima delegasi Ukraina, yang dipimpin oleh Tamila Tasheva, Perwakilan Tetap Presiden Ukraina untuk Republik Otonomi Krimea.

Bersama Tasheva, delegasi tersebut terdiri Mariia Tomak, Kepala Departemen Platform Krimea di Perutusan Presiden Ukraina untuk  Republik Otonomi Krimea, dan dua perwakilan parlemen Ukraina (Rada) yakni Vadym Halaichuk dan Mariia Mezentseva. Rombongan ini didampingi Dubes Ukraina, Vasyl Hamianin.

"Kami menyadari bahwa kami tidak terlalu banyak mengetahui tentang situasi Krimea termasuk aneksasi terhadap para umat Muslim Krimea Tartar. Pertemuan ini sangat membantu kami untuk memahami dan mengetahui nasib umat Muslim," tuturnya saat pertemuan itu, Senin (27/2). Putri Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu menegaskan pertemuan tersebut tentu akan menentukan sikap dan posisi Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki agenda meningkatkan peran dan kontribusi NU di tingkat internasional.

Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf dalam pesan yang dititipkan melalui Alissa Wahid menyampaikan bahwa bahwa satu hal yang tidak boleh terjadi ialah menjadikan agama sebagai sumber konflik (weaponizing religion). Sebaliknya agama harus menjadi bagian dari solusi penyelesaian konflik.

Kedatangan delegasi dari Ukraina akan digunakan NU sebagai bagian dalam strategi internasional yang memiliki konsep trilogi ukhuwah yakni menyatukan antara ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia). "Oleh sebab itu kalau kita bicara tentang nasib umat muslim di Ukraina itu adalah bagian dari tanggung jawab kami menjalankan ukhuwah Basyariah yang jadi bagian dari trilogi ukhuwah dari Nahdlatul Ulama," tuturnya.

Mendengar hal tersebut, Tamila Tasheva mencatat ada lebih dari 500.000 Muslim Krimea yang mengungsi sejak aneksasi pada 2014. Salah satu negara tujuan mereka ialah Turki. "Saat ini Muslim Krimea Tartar turut berjuang bersama dengan Ukraina untuk memperjuangkan kemerdekaan karena pascaaneksasi oleh Rusia pada 2014 persekusi terus terjadi berikut penangkapan tokoh-tokoh Muslim serta pembubaran Majelis Krimea," ujarnya. 

Tekanan sedemikian keras karena mereka mengalami penangkapan ilegal maupun penculikan oleh otoritas Rusia terhadap tokoh-tokoh aktivis kemanusiaan. Saat ini tercatat lebih dari 180 tahanan politik yang lebih dari 90% ialah Muslim Krimea Tartar. 

Senada dengan hal tersebut, Mariia Tomak, Kepala Departemen Platform Krimea di Perutusan Presiden Ukraina untuk Republik Otonomi Krimea, berharap dari pertemuan ini terjadi hubungan yang lebih kuat antara wilayah otonom Krimea Tartar dengan Indonesia. "Melihat kenyataannya umat Muslim di Krimea menjadi korban dari serangan Rusia yang selalu ironisnya mencoba selalu mendorong narasi ke dunia global bahwa mereka ialah negara yang  bersahabat dengan umat Muslim. Pada kenyataannya itu adalah bohong belaka!" tegasnya.

Anggota Parlemen Ukraina, Mariia Mezentseva, menggarisbawahi pentingnya secara bersama-sama mendorong penegakan HAM bagi masyarakat Ukraina yang secara sengaja dijadikan sasaran kejahatan terhadap kemanusiaan. (OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat