visitaaponce.com

Macron Berharap pada Xi Jinping, Cari Solusi Agresi Rusia ke Ukraina

Macron Berharap pada Xi Jinping, Cari Solusi Agresi Rusia ke Ukraina
Presiden Prancis Emmanuel Macron di Beijing, Tiongkok, Rabu (5/4).(AFP)

PRESIDEN Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen melakukan kunjungan kenegaraan selama tiga hari di Tiongkok pada Rabu (5/4), untuk bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping.

Macron ditemani oleh delegasi yang terdiri dari lebih dari 50 CEO dan bertemu dengan komunitas bisnis Perancis. Namun semua mata akan tertuju pada bagaimana dia dan von der Leyen mendiskusikan perang di Ukraina dengan kepemimpinan Tiongkok.

"Isu utama yang mungkin ingin didorong oleh Macron dan von der Leyen adalah untuk membantu mendapatkan dukungan dari Tiongkok dalam menghadapi Rusia dan membantu memajukannya," kata Zsuzsa Anna Ferenczy, seorang rekan peneliti di Institut Keamanan dan Kebijakan Pembangunan Swedia.

Baca juga : Xi dan Macron Sepakat Pererat Kemitraan Tiongkok-Prancis

"Secara realistis, saya rasa kita tidak bisa berharap banyak, tetapi saya rasa semua orang setuju bahwa itu adalah prioritas,” sebutnya.

Tiongkok secara resmi bersikap netral dalam perang ini, tetapi telah mendukung Rusia secara ekonomi dan diplomatik dalam menghadapi sanksi-sanksi Barat.

Xi juga memiliki hubungan baik dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang memiliki hubungan persahabatan yang erat selama lebih dari satu dekade. Pada Maret 2023, keduanya menandatangani kemitraan strategis Tiongkok-Rusia selama kunjungan kenegaraan Xi ke Moskow.

Baca juga : Ukraina Musnahkan 14 Drone Rusia dalam Semalam

Pada KTT G20 di bulan November, Macron menyerukan agar Tiongkok memainkan peran mediasi yang lebih besar dalam perang tersebut, tetapi Beijing belum meningkatkan perannya di luar mengeluarkan rencana perdamaian 12 poin yang mendapat tanggapan hangat di Kyiv dan ibu kota Barat.

Lawatan Macron ini merupakan yang pertama ke Tiongkok sejak pandemi Covid-19 meletus pada awal 2020, ketika Beijing secara efektif menutup perbatasannya untuk perjalanan. Pemimpin Prancis terakhir kali mengunjungi negara tersebut pada 2019.

Lawatannya ini mengikuti kunjungan Kanselir Jerman Olaf Scholz pada bulan November lalu, namun dengan nada yang berbeda.

Lawatan Scholz secara luas dikritik di Eropa karena terlalu bersahabat dengan Beijing, dengan upaya pemimpin Jerman ini untuk menopang kepentingan bisnis negaranya lebih diutamakan daripada mendorong Tiongkok untuk bergabung dengan meja perundingan atas Ukraina. (Aljazeera/Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat