visitaaponce.com

Sudan Bersiap Bangun Perdamaian

Sudan Bersiap Bangun Perdamaian
Perang saudara di Sudan diharapkan berakhir dengan negoasisi antara tentara dan RSF.(AFP)

WAKIL Kepala Dewan Kedaulatan Sudan, Malik Agar mengatakan Perang Sudan akan berakhir dengan negosiasi antara tentara dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF). Pemerintah sementara harus dibentuk untuk menghentikan pertempuran antara kedua belah pihak yang memasuki bulan kelima.

“Pada akhirnya, perang ini akan berakhir di meja perundingan,” kata Agar.

Agar mengatakan fokus pemerintah saat ini adalah mengakhiri perang, dan era pascaperang akan fokus pada rekonstruksi dan pembangunan kembali institusi negara. Dia menyerukan dialog komprehensif oleh semua tokoh sipil dan politik di negara itu tanpa kecuali.

Baca juga: WHO: 40% Penduduk Sudan Alami Kelaparan

Dia juga mengatakan kekerasan harus diakhiri dengan satu kesatuan tentara di negara tersebut. Hiba Morgan dari Al Jazeera, melaporkan dari Khartoum, mencatat saat ini tidak ada pembicaraan lanjutan antara pihak yang bertikai. “Banyak gencatan senjata antara tentara dan RSF telah dilanggar,” katanya.

Ia menambahkan kedua belah pihak saling menuduh melakukan pelanggaran, yang memicu rasa saling tidak percaya. "Belum jelas apakah kedua belah pihak akan kembali ke meja perundingan dalam waktu dekat," kata Morgan.

Baca juga: AS Menuduh Sudan Mengancam Misi PBB di Tengah Konflik

Pertempuran sengit yang terus berlanjut antara tentara Sudan dan RSF telah menghancurkan ibu kota Khartoum dan memicu serangan yang didorong etnis di Darfur. Itu mengancam akan menjerumuskan Sudan ke dalam perang saudara yang berkepanjangan dan membuat wilayah tersebut tidak stabil.

Upaya yang dipimpin Arab Saudi dan Amerika Serikat untuk menegosiasikan gencatan senjata telah terhenti. Lembaga kemanusiaan telah berjuang untuk memberikan bantuan karena ketidakamanan, penjarahan, dan hambatan birokrasi.

PBB memperingatkan, Selasa, bahwa lebih dari satu juta orang telah melarikan diri dari Sudan ke negara-negara tetangga. Orang-orang di dalam negara itu kehabisan makanan dan sekarat, karena kurangnya perawatan kesehatan yang layak setelah empat bulan perang.

“Waktu hampir habis bagi petani untuk menanam tanaman yang akan memberi makan mereka dan tetangga mereka. Persediaan medis langka. Situasinya semakin tidak terkendali,” kata beberapa badan PBB dalam pernyataan bersama.

Perang telah menyebabkan 1.017.449 orang menyeberang dari Sudan ke negara-negara tetangga, banyak yang sudah berjuang dengan dampak konflik atau krisis ekonomi, sementara mereka yang mengungsi di Sudan diperkirakan berjumlah 3.433.025, menurut angka mingguan terbaru yang diterbitkan IOM.

Pertempuran meletus pada 15 April karena ketegangan yang terkait dengan transisi yang direncanakan ke pemerintahan sipil, membuat warga sipil di ibu kota dan sekitarnya terlibat pertempuran dan serangan setiap hari.

Kejahatan dan pemadaman listrik

Jutaan orang yang tetap tinggal di Khartoum dan kota-kota di wilayah Darfur dan Kordofan menghadapi penjarahan yang merajalela dan pemadaman listrik, komunikasi, dan air yang berkepanjangan.

“Jenazah banyak dari mereka yang terbunuh belum dikumpulkan, diidentifikasi atau dikubur,” tetapi PBB memperkirakan bahwa lebih dari 4.000 telah terbunuh, Elizabeth Throssell, juru bicara Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia.

Laporan serangan seksual telah meningkat 50%, kata pejabat dana populasi PBB Laila Baker. Sebagian besar negara telah mengalami pemadaman listrik sejak Minggu, yang juga membuat jaringan seluler offline, menurut pernyataan dari otoritas listrik nasional.

Hujan musiman, yang juga meningkatkan risiko penyakit yang terbawa air, telah menghancurkan atau merusak rumah hingga 13.500 orang, menurut perkiraan PBB.

Dalam pidatonya pada hari Senin, panglima militer Jenderal Abdel Fattah al-Burhan menuduh RSF bertujuan mengembalikan negara ke era sebelum negara modern dan melakukan setiap kejahatan yang dapat dibayangkan.

RSF menuduh tentara berusaha merebut kekuasaan penuh di bawah arahan loyalis Omar al-Bashir, pemimpin lama yang digulingkan selama pemberontakan rakyat pada 2019. (Aljazeera/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat