Profil Narges Mohammadi, Pemenang Hadiah Nobel Perdamaiandari Iran
![Profil Narges Mohammadi, Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian dari Iran](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/10/330fa803897e6b89a91afa1b18a22268.jpg)
KETIKA ketua Komite Nobel Norwegia Berit Reiss-Andersen mengumumkan pemenang hadiah perdamaian, Narges Mohammadi, ia membacakan sebuah slogan yang terkait dengan gerakan hak-hak perempuan di Iran.
"Perempuan, kehidupan, kebebasan," kata Reiss-Andersen pada Jumat (6/10).
Mohammadi adalah seorang aktivis hak asasi manusia dan fisikawan terkemuka Iran yang telah berjuang melawan penindasan terhadap perempuan di Iran.
Mohammadi fokus untuk memperjuangkan hak-hak perempuan di kawasan ini. Wanita berusia 51 tahun ini juga merupakan seorang penulis dan wakil direktur Defenders of Human Rights Center (DHRC).
Dia juga menangani isu-isu hak asasi manusia yang lebih luas, seperti kampanye menentang hukuman mati dan korupsi.
"Dia telah bekerja untuk semua orang di Iran, jadi ini akan menjadi dorongan besar bagi pusat pembela hak asasi manusia dan menempatkan pekerjaannya di Iran penting," kata Henrik Urdal, direktur Institut Penelitian Perdamaian di Oslo.
30 tahun melawan penindasan
Mohammadi memenangkan penghargaan atas perjuangannya melawan penindasan terhadap perempuan di Iran dan perjuangannya untuk mempromosikan hak asasi manusia dan kebebasan bagi semua orang.
Dia telah berkontribusi pada gerakan akar rumput di Iran dengan memberdayakan perempuan melalui pendidikan dan advokasi. Termasuk mengorganisir protes dan aksi duduk serta menulis esai.
Dia telah bekerja dalam perjuangan perempuan Iran melawan penindasan selama 30 tahun terakhir.
Mohammadi saat ini sedang menjalani hukuman 12 tahun penjara di Penjara Evin di Teheran atas tuduhan menyebarkan propaganda melawan negara. Dia pertama kali ditangkap pada tahun 2011 dan ditahan di Evin.
Dia kembali ditangkap pada 2015, beberapa hari setelah didakwa atas tuduhan kejahatan terhadap keamanan nasional, propaganda melawan negara, dan membentuk kelompok ilegal bernama Step by Step to Stop the Death Penalty (Langkah demi Langkah untuk Menghentikan Hukaman Mati)
Dia kembali ditahan di Penjara Pusat Zanjan dan dibebaskan pada tahun 2020 setelah hukumannya dikurangi.
"Rezim telah menangkapnya 13 kali, menghukumnya lima kali dan menjatuhkan hukuman total 31 tahun penjara dan 154 kali cambukan," kata Reiss-Andersen dalam upacara pengumuman di Oslo, Norwegia.
Kematian Mahsa Amini
Pada September 2022, Mahsa Amini, 22 , ditangkap di Teheran oleh polisi moralitas atas dugaan ketidakpatuhannya terhadap aturan berpakaian di Iran. Dia dibawa ke pusat pendidikan ulang dan pingsan. Dia kemudian dibawa ke rumah sakit dan meninggal beberapa hari kemudian.
Dalam sebuah pesan yang dikirim dari penjara, Mohammadi mengatakan bahwa hari kematian Amini telah menjadi hari yang melambangkan penindasan rezim otoriter teokratis terhadap perempuan Iran.
Setelah protes terhadap kematian Amini meletus di Iran, Mohammadi terus melaporkan pengalamannya mengalami pelecehan sebagai seorang wanita di Penjara Evin.
"Apa yang mungkin tidak dipahami oleh pemerintah adalah bahwa semakin banyak dari kita yang mereka kurung, semakin kuat kita," tulisnya untuk The New York Times.
Kedua setelah Shirin Ebadi
Mohammadi adalah wanita Iran kedua yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian setelah Shirin Ebadi yang memenangkan penghargaan ini pada tahun 2003 atas upayanya mempromosikan demokrasi dan hak asasi manusia.
Ebadi adalah seorang aktivis hak asasi manusia dan pengacara Iran. Pada tahun 1975, ia adalah hakim wanita pertama yang diangkat dalam peradilan Iran. Ia juga merupakan wanita Muslim pertama yang memenangkan hadiah Nobel. Dia telah berkampanye untuk reformasi hukum keluarga Iran, termasuk masalah perceraian, warisan, dan perlindungan anak.
Mohammadi telah bekerja sama dengan Ebadi dan merupakan wakil direktur DHRC, yang didirikan oleh Ebadi.
Pekerjaan Mohammadi telah mengorbankan kesehatannya. Ia dilaporkan menderita penyakit paru-paru dan gangguan saraf yang menyebabkan kelumpuhan otot.
Sejak dipenjara, Mohammadi belum bisa bertemu dengan suami dan kedua anaknya
"Hadiah Nobel ini akan memperkuat perjuangan Narges untuk hak asasi manusia, tetapi yang lebih penting, ini sebenarnya adalah hadiah untuk perempuan, kehidupan dan kebebasan (bergerak)," kata aktivis Taghi Ramahi yang juga suami Mohammadi. (Aljazeera/Z-4)
Terkini Lainnya
30 tahun melawan penindasan
Kematian Mahsa Amini
Kedua setelah Shirin Ebadi
Peter Higgs Penemu Partikel Tuhan Meninggal Dunia
Mengenal Oppenheimer Sang Penemu Bom Atom
Anggota Pandawara Dapatkan Vaksinasi Gratis Influenza dari Bio Farma
Jangan Tunggu Masalah Besar untuk Pergi ke Psikolog, 7 Ciri Kamu Bermasalah
Film Dokumenter ‘Yang Tak Pernah Hilang’ Angkat Kisah Dua Mahasiswa yang Diculik pada 1998
Aktivis Hak-hak Hewan Rusak Lukisan Resmi Raja Charles III di London
Lakukan 6 Cara Ini, Biar Langsung Tidur Nyenyak
Putusan Bebas Daniel Frits Maurits Jadi Sinyal Positif Bagi Perlindungan Pembela HAM
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap