visitaaponce.com

Iron Dome Israel yang Perkecil Dampak Serangan Hamas

Iron Dome Israel yang Perkecil Dampak Serangan Hamas
Salvo roket ditembakkan oleh militan Palestina dari Gaza ketika rudal Israel diluncurkan dari sistem rudal pertahanan Iron Dome.(AFP/Mahmud Hams.)

SALAH satu kelompok militan Palestina, Hamas, melancarkan serangan terhadap Israel pada Sabtu (7/10). Serangan tersebut menewaskan lebih dari 700 warga Israel.

Para pejuang Hamas menerobos pagar yang dijaga ketat dan menyerang komunitas Israel di sepanjang perbatasan Gaza. Hamas juga menembakkan lebih dari 3.000 roket ke Israel.

Namun sebagian besar serangan tersebut hanya menimbulkan sedikit atau bahkan tidak menimbulkan bahaya besar. Pasalnya, Israel menggunakan sistem pertahanan udara atau Iron Dome.

Militer Israel mengklaim alat ini memiliki tingkat intersepsi sekitar 90% terhadap rudal atau serangan udara. Iron Dome diciptakan untuk mengatasi mortir dan roket yang ditembakkan ke Israel dalam jarak yang relatif dekat oleh militan di Gaza dan pejuang anti-Israel di Libanon milik Hizbullah.

Intersepsi pertamanya terjadi pada April 2011 ketika mereka menembak jatuh roket Grad yang ditembakkan dari Gaza ke kota Ashkelon di Israel. Sejak itu, mereka mencegat ribuan roket.

Radar sensitif mendeteksi peluru yang datang dari jarak 4 km hingga 70 km dan memprediksi lintasan serta titik dampaknya. Pusat kendali memproses informasi tersebut dan terhubung ke peluncur yang menembakkan rudal untuk menghancurkan peluru tersebut.

Sistem ini dirancang untuk hanya merespons proyektil yang menimbulkan ancaman, khususnya terhadap pusat populasi. Iron Dome menahan tembakan dari roket yang dirancang untuk mendarat di medan kosong sehingga menghemat rudal yang sangat penting menghadapi serangan besar-besaran.

Biaya setiap rudal sekitar US$40.000 hingga US$50.000 atau Rp627 juta hingga Rp784 juta menurut seorang peneliti di Institut Studi Keamanan Nasional Israel. Baterainya bersifat mobile.

Pada pertengahan 2021, Israel mengerahkan 10 baterai di seluruh negeri. Menurut kontraktor militer Amerika Serikat (AS), Raytheon Technologies, pada 2014 mulai memproduksi Iron Dome bersama dengan pencetus sistem tersebut, Rafael Advanced Defense Systems dari Israel.

Setiap baterai dapat digunakan untuk tiga hingga empat peluncur dengan tujuan mempertahankan wilayah berpenduduk seluas 155 km persegi, menurut Raytheon. Sistem ini dirancang untuk bekerja secara efektif di segala jenis cuaca.

Pendanaan Iron Dome

Iron Dome awalnya dikembangkan tanpa bantuan AS. Namun pada 2011 sekutu utama Israel mulai mendukung program tersebut secara finansial. Setelah AS berinvestasi di Iron Dome. Kongres mendesak ada pembagian teknologi dan produksi bersama yang merupakan cara Raytheon ikut terlibat.

Itu membuat komponen untuk pencegat. Saat ini beberapa baterai rudal antiroket dibuat di AS. Dukungan Amerika terhadap sistem ini merupakan bagian dari paket bantuan militer AS yang lebih besar kepada Israel. Menurut kesepakatan antara kedua negara, bantuan itu akan berjumlah US$38 miliar atau sekitar Rp596 triliun untuk periode 2019 hingga 2028.

Iron Dome menyelamatkan banyak warga Israel dari kematian atau cedera. Bisa dibilang, hal ini punya dampak yang berbeda-beda.

Pertama, senjata ini memberi pemerintah Israel waktu dan ruang politik untuk memutuskan kapan dan bagaimana menanggapi serangan roket. Dalam beberapa kasus, hal ini berarti Israel memilih untuk tidak melakukan invasi darat ke Gaza.

Beberapa analis berpendapat bahwa perlindungan Iron Dome menidurkan warga Israel dalam pemahaman yang salah bahwa mereka bisa mengabaikan konflik lama dengan Palestina daripada terlibat dalam diplomasi untuk menyelesaikannya. (CNA/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat