visitaaponce.com

Gagasan Hamas Soal Gencatan Senjata Disambut Positif Israel

Gagasan Hamas Soal Gencatan Senjata Disambut Positif Israel
Ilustrasi: Gagasan Hamas Soal Gencatan Senjata Disambut Positif Israel(AFP)

GAGASAN baru sedang dilakukan untuk mengakhiri pertumpahan darah di Gaza. Israel dan Hamas berbicara kepada mediator tentang rencana gencatan senjata yang telah lama terhenti.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden melalui panggilan telepon pada Kamis (4/7) bahwa Israel telah memutuskan untuk mengirim delegasi untuk berunding dengan Hamas. “Tetapi Israel akan mengakhiri perang di Gaza hanya setelah mencapai semua tujuannya,” kata kantor perdana menteri dalam sebuah pernyataan, dilansir Aljazeera, Jumat (5/7).

Hal itu terjadi setelah Hamas pada Rabu (3/7) mengatakan pihaknya menyampaikan ide-ide baru kepada mediator Qatar, Mesir dan Turki tentang proses mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tawanan.

Baca juga : Keraguan dan Ketidakpastian Nasib Gencatan Senjata di Gaza

Sementara itu, seorang pejabat AS mengatakan kepada wartawan melalui panggilan telepon bahwa kelompok Palestina telah mengubah posisinya terkait kesepakatan potensial, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

"Kami telah mencapai terobosan," kata pejabat AS tersebut, yang berbicara secara anonim dan memperingatkan bahwa kendala masih tetap ada.

Melaporkan dari Amman, Yordania, Hamdah Salhut dari Aljazeera mengatakan bahwa media Israel telah banyak melaporkan bahwa kepala intelijen David Barnea akan melakukan perjalanan ke Qatar untuk putaran pembicaraan baru.

Baca juga : Netanyahu Setuju Perundingan lagi, Lima Warga Gaza Tewas dalam Bantuan Makanan

Ia menambahkan bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan kapan tepatnya hal itu akan terjadi. “Namun semua tanda menunjukkan bahwa hal ini mungkin membuahkan hasil, yang berarti ada titik awal yang baik bagi kedua belah pihak," kata Salhut.

Perkembangan ini terjadi saat Israel menggempur Khan Younis selatan, kota terbesar kedua di Gaza, tempat Israel memerintahkan sekitar 250 ribu warga Palestina mengungsi, menewaskan sedikitnya tujuh orang dalam serangan udara di dekat rumah sakit utamanya.

Dengan jumlah korban tewas di Gaza melampaui 38 ribu dan penduduknya menghadapi kondisi yang mengerikan, baik Israel maupun Hamas berada di bawah tekanan internasional yang meningkat untuk mencapai gencatan senjata yang terbaru berdasarkan pada rencana yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa yang digariskan oleh Biden pada Mei.

Baca juga : Israel Marah AS Abstain dalam Pemungutan Suara Gencatan Senjata DK PBB

Namun, interpretasi yang saling bertentangan atas usulan tersebut, yang membagi penghentian permusuhan dan pertukaran tawanan menjadi tiga tahap, telah membuat negosiasi menemui jalan buntu.

Sementara AS bersikeras Israel mendukung rencana tersebut, Netanyahu telah berulang kali mempertanyakannya, berjanji tidak akan mengakhiri perang sampai Hamas dibasmi. Hamas menginginkan komitmen bahwa perjanjian apa pun akan mengakhiri perang untuk selamanya.

Hanya ada sedikit kemajuan dalam negosiasi sejak 11 Juni ketika Hamas mengatakan siap untuk menangani secara positif proposal tersebut, tetapi membuat beberapa amendemen yang digambarkannya sebagai hal kecil.

Baca juga : Akhirnya Dewan Keamanan PBB Tuntut Gencatan Senjata di Gaza

Namun dalam sebuah tanda bahwa pembicaraan tersebut mendapatkan momentum baru, Hamas mengatakan bahwa pihaknya kembali berkomunikasi dengan pejabat dari Qatar, Mesir dan Turki dengan tujuan mencapai kesepakatan.

“Kami bertukar sejumlah gagasan dengan saudara-saudara mediator dengan tujuan menghentikan agresi terhadap rakyat Palestina,” kata pernyataan Hamas.

Kantor Netanyahu dan dinas intelijen Mossad segera mengonfirmasi pendekatan baru tersebut. “Para mediator kesepakatan sandera telah menyampaikan pernyataan Hamas mengenai garis besar kesepakatan kepada tim perunding Israel sedang mengevaluasi pernyataan tersebut dan akan menyampaikan jawabannya kepada para mediator,” kata pernyataan Israel.

Salah satu sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan upaya Qatar dan Amerika untuk menjembatani kesenjangan yang tersisa antara Israel dan Hamas telah berlangsung selama berminggu-minggu.

Rami Khouri, seorang peneliti di Universitas Amerika di Beirut, mengatakan kepada Aljazeera bahwa berita tentang dimulainya kembali perundingan ini memberi harapan, tetapi masih ada beberapa poin penting yang masih menjadi perdebatan. Termasuk apakah perjanjian ini akan mengakhiri perang sepenuhnya dan berapa banyak tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai ganti tawanan Israel.

Analis politik Omar Baddar mengatakan ada perpecahan serius antara militer dan lembaga politik Israel mengenai cara melanjutkan. Para pemimpin militer, menyadari bahwa tidak ada jalan menuju masa depan yang lebih baik bagi Israel dari seluruh kekacauan ini, dan sudah saatnya untuk mengakhiri perang ini.

“Namun, para pemimpin politik negara tersebut sama sekali tidak berminat melakukan hal itu,” katanya.

Tidak ada gencatan senjata di Gaza sejak November ketika Hamas membebaskan lebih dari 100 tawanan selama jeda enam minggu. Sejak saat itu, Israel telah memperluas serangannya ke Gaza, bahkan melancarkan invasi darat berdarah di distrik paling selatan Rafah, tempat ratusan ribu warga sipil terjebak, melawan perintah dari Mahkamah Internasional PBB.

Serangan Israel di Gaza telah menewaskan total 38.011 orang, sebagian besar anak-anak, dan melukai 87.266 orang lainnya sejak perang pecah, menurut pejabat Palestina.

Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel menewaskan sedikitnya 1.139 orang, sebagian besar warga sipil, dan menangkap 251 tawanan. Lebih dari 100 orang yang diculik masih berada di Gaza dan puluhan orang diyakini tewas. (Cah)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akmal

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat