visitaaponce.com

Pengungsi, Pasien dan Tim Medis Berjalan Kaki Tinggalkan RS Al-Shifa Gaza

Pengungsi, Pasien dan Tim Medis Berjalan Kaki Tinggalkan RS Al-Shifa Gaza
Warga Gaza berjalan kaki pergi meninggalkan rumah sakit Al-Shifa pasca perintah evakuasi Israel(AFP)

RATUSAN orang berjalan kaki setelah tentara Israel memerintahkan warga untuk pergi mengosongkan rumah sakit utama Gaza. Lebih dari 2.000 pasien, petugas medis dan orang-orang yang mengungsi diberi waktu satu jam untuk meninggalkan kompleks RS Al-Shifa tersebut.

Seorang wartawan AFP menyaksikan pergerakan tersebut, menuju jalan yang mengarah ke selatan, namun para pejabat kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas itu mengatakan bahwa 450 pasien yang tidak dapat dipindahkan tetap berada di rumah sakit Al-Shifa.

Fasilitas medis ini telah menjadi fokus perang yang memasuki minggu ketujuh setelah serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan.

Baca juga : Stok Makanan Menipis, Warga Gaza Terancam Kelaparan

Israel telah memperketat operasi militer di dalam rumah sakit, mencari pusat operasi Hamas yang dikatakannya berada di bawah kompleks yang luas tersebut. Namun tuduhan itu dibantah oleh Hamas.

Baca juga : Israel Kembali Bom Kamp Pengungsi Gaza, 20 Orang Tewas

Israel telah berjanji untuk menghancurkan Hamas sebagai tanggapan atas serangan 7 Oktober yang menurut para pejabat Israel telah menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, dan menyebabkan sekitar 240 orang disandera.

Serangan udara dan darat yang dilancarkan Israel telah menewaskan 12.000 orang, termasuk 5.000 anak-anak, menurut pemerintah Hamas yang telah memerintah Gaza sejak tahun 2007.

Di Kota Gaza pada Sabtu (18/11) pagi, pasukan Israel memerintahkan melalui pengeras suara untuk mengevakuasi rumah sakit Al-Shifa dalam satu jam ke depan, lapor seorang wartawan AFP di lokasi kejadian.

Mereka memanggil direktur rumah sakit, Mohammed Abu Salmiya, untuk memerintahkannya agar memastikan evakuasi pasien, yang terluka, yang mengungsi dan staf medis, dan bahwa mereka harus berjalan kaki ke arah laut.

Israel mendapat tekanan untuk mendukung tuduhannya bahwa Hamas menggunakan rumah sakit sebagai pusat komando, sebuah tuduhan yang dibantah oleh Hamas. Rumah sakit Al-Shifa juga menolak tuduhan tersebut.

PBB memperkirakan 2.300 pasien, staf dan warga Palestina yang terlantar berlindung di Al-Shifa sebelum pasukan Israel memasuki fasilitas tersebut pada Rabu lalu.

Israel mengatakan kepada warga Palestina untuk pindah dari bagian utara Gaza demi keselamatan mereka, namun serangan udara yang mematikan terus menghantam wilayah tengah dan selatan wilayah pesisir pantai yang kecil tu.

"Mereka mengatakan bahwa wilayah selatan lebih aman, jadi kami pindah," kata Azhar Al-Rifi kepada AFP.

Namun, keluarganya terperangkap dalam serangan lain yang menewaskan tujuh anggota keluarganya, termasuk keponakannya yang berusia lima tahun.

Nada Abu Hiya 8, mengatakan bahwa ia mengalami pengeboman ketiga dalam perang di kamp pengungsi Nuseirat pada hari Jumat.

"Ada pemboman di mana-mana," katanya.

"Nenek saya meninggal, ibu saya meninggal, kakek saya meninggal, paman saya meninggal, mereka menghancurkan rumah kami. Rumah tetangga kami juga hancur dan mereka semua mati,” ujarnya.

Israel telah memberlakukan pengepungan di Gaza, hanya mengizinkan sedikit bantuan dari Mesir, namun melarang sebagian besar pengiriman bahan bakar karena khawatir Hamas akan mengalihkan pasokan untuk tujuan militer.

Kiriman bahan bakar pertama masuk ke Gaza setelah kabinet perang Israel tunduk pada tekanan dari sekutunya, Amerika Serikat, dan setuju untuk mengizinkan dua kapal tanker diesel masuk ke wilayah Palestina.

"Kami mengambil keputusan itu untuk mencegah penyebaran wabah," kata penasihat keamanan nasional Israel, Tzachi Hanegbi. (AFP/Z-8)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat