visitaaponce.com

Putin Bahas Minyak hingga Israel dengan Putra Mahkota Arab Saudi

Putin Bahas Minyak hingga Israel dengan Putra Mahkota Arab Saudi
Pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman di Riyadh.(AFP/Alexey NIKOLSKY)

PRESIDEN Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman. Keduanya membahas mengenai minyak, Jalur Gaza, dan Ukraina.

Pertemuan itu dilakukan Putin beberapa jam setelah mengunjungi Uni Emirat Arab (UEA). Perbincangan Putin dengan MBS, sebutan akrab bagi sang pangeran Saudi, terjadi setelah jatuhnya harga minyak meskipun ada janji dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC+) dan sekutunya yang dipimpin Rusia, untuk mengurangi produksi.

Putin mengucapkan terima kasih kepada MBS atas undangannya, dengan mengatakan ia awalnya memperkirakan MBS akan mengunjungi Moskow, tetapi ada perubahan rencanam

Baca juga: Senat AS Menolak Bantuan untuk Ukraina dan Israel Terkait Sengketa Imigrasi

Pertemuan mereka berikutnya akan diadakan di Moskow, katanya, seraya ia menambahkan tidak ada yang bisa menghalangi perkembangan hubungan persahabatan kedua negara.

MBS mengatakan kepada Putin bahwa negara mereka dapat bekerja sama demi kebaikan seluruh dunia. Kementerian Pertahanan Rusia, sebelumnya, telah menunjukkan pesawat Ilyushin-96 milik pemimpin Kremlin diapit oleh jet tempur Sukhoi-35S dalam penerbangannya dari Rusia ke UEA.

Delegasi Putin terdiri dari para pejabat tinggi bidang minyak, ekonomi, urusan luar negeri, ruang angkasa dan energi nuklir serta para pemimpin bisnis. 

Baca juga: Putin akan Kunjungi Arab Saudi dan UEA pada Rabu

Pada perhentian pertamanya di Abu Dhabi, Presiden Sheikh Mohammed Bin Zayed Al Nahyan menyambut Putin, sementara jet UEA yang melintas membuat warna bendera Rusia, merah putih dan biru.

“Hubungan kami, sebagian besar berkat posisi Anda, telah mencapai tingkat tinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Putin.

Menurut Putin, UEA adalah mitra dagang utama Rusia di dunia Arab. Putin mengatakan Rusia dan UEA bekerja sama sebagai bagian dari OPEC+, yang anggotanya memproduksi lebih dari 40% minyak dunia, dan menambahkan mereka akan membahas konflik Israel-Hamas dan Ukraina.

Dia kemudian menuju ke Riyadh untuk melakukan pembicaraan tatap muka pertamanya dengan MBS sejak Oktober 2019. Itu beberapa hari setelah pertemuan penting OPEC+ ditunda karena perbedaan pendapat yang membuat kunjungan MBS ke Moskow batal.

Kunjungan terakhir Putin ke wilayah tersebut adalah pada Juli 2022, ketika ia bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di Teheran. Presiden Rusia itu dijadwalkan menjamu timpalannya dari Iran Ebrahim Raisi di Moskow pada Kamis (7/12).

Putin dan MBS

Kremlin mengatakan, selain minyak, Putin dan MBS membahas perang antara Israel dan Hamas, situasi di Suriah dan Yaman, dan isu-isu seperti memastikan stabilitas di Teluk. Sementara seorang ajudannya mengatakan Ukraina juga akan membahasnya.

Putin dan MBS, yang bersama-sama mengendalikan seperlima produksi minyak setiap hari, telah lama menjalin hubungan dekat, meski keduanya terkadang dikucilkan oleh negara-negara Barat.

Pada KTT G20 2018, hanya dua bulan setelah pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi di konsulat Saudi, Putin dan MBS melakukan tos dan berjabat tangan sambil tersenyum. Pertemuan keduanya pun sangat hangat dan santainya.

MBS, 38, telah berusaha menegaskan kembali Arab Saudi sebagai kekuatan regional yang kurang menghormati Amerika Serikat (AS), yang memasok sebagian besar senjatanya ke Riyadh.

Putin, yang mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari 2022, mengatakan Rusia terlibat dalam pertempuran sengit dengan negara-negara Barat. Moskow juga telah menjalin hubungan dengan sekutu di Timur Tengah, Afrika, Amerika Latin, dan Asia di tengah upaya Barat untuk mengisolasi negaranya.

MBS maupun Putin, 71, membutuhkan harga minyak yang tinggi, yang merupakan sumber kehidupan perekonomian kedua negara. Pertanyaan bagi keduanya adalah seberapa besar beban yang harus ditanggung masing-masing pihak untuk menjaga harga tetap tinggi.

Menteri Energi Arab Saudi mengatakan OPEC+ juga menginginkan lebih banyak jaminan dari Moskow bahwa mereka akan menepati janjinya untuk mengurangi ekspor bahan bakar.

Hubungan antara Arab Saudi dan Rusia di OPEC+ terkadang tidak mudah. Kesepakatan mengenai pengurangan ekspor hampir gagal pada Maret 2020. Namun kesepakatan tersebut berhasil dicapai dalam beberapa minggu dan OPEC+ setuju untuk mencatat penurunan hampir 10% dari permintaan global.

Sejak pecahnya perang antara Israel dan Hamas pada Oktober, Putin menganggap konflik tersebut sebagai kegagalan kebijakan AS di Timur Tengah dan berupaya untuk lebih mengembangkan hubungan dengan sekutu Arab dan Iran, serta dengan kelompok militan Palestina. (France24/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat