visitaaponce.com

AS Bentuk Koalisi, Houthi Tetap Serang Kapal di Laut Merah

AS Bentuk Koalisi, Houthi Tetap Serang Kapal di Laut Merah
Raksasa pelayaran Prancis CMA CGM pada 16 Desember 2023 menangguhkan pelayaran kapal di Laut Merah.(AFP/Christophe Simon.)

KELOMPOK Houthi di Yaman yang didukung Iran mengatakan pada Selasa (19/12) bahwa mereka tidak akan menghentikan serangan terhadap kapal-kapal yang melintasi Laut Merah. Ini dilakukan sebagai solidaritas terhadap Jalur Gaza Palestina meskipun Amerika Serikat mengumumkan pembentukan pasukan perlindungan maritim baru.

Serangkaian serangan pesawat tak berawak dan rudal yang dilakukan pemberontak--terbaru menargetkan dua kapal pada Senin (18/12)--mengancam arus perdagangan global. Akibatnya kini sejumlah perusahaan pelayaran besar menghentikan lalu lintas melalui selat Bab al-Mandeb.

"Bahkan jika Amerika berhasil memobilisasi seluruh dunia, operasi militer kami tidak akan berhenti, tidak peduli seberapa besar pengorbanan yang harus kami lakukan," kata pejabat senior Houthi Mohammed al-Bukhaiti di X, sebelumnya Twitter.

Baca juga: AS Ajak Sekutunya Lawan Houthi di Laut Merah

Juru bicara pemberontak Mohammed Abdul Salam mengatakan koalisi yang dibentuk AS bertujuan melindungi Israel dan memiliterisasi laut. "Siapa pun yang berupaya memperluas konflik harus menanggung konsekuensi dari tindakan tersebut," ujarnya.

Kedua pejabat tersebut berbicara setelah Kepala Pentagon Lloyd Austin mengumumkan koalisi 10 negara pada Senin untuk memadamkan serangan rudal dan drone Houthi terhadap kapal-kapal yang melewati Laut Merah. Inggris, Prancis, dan Italia di antara negara-negara yang bergabung dalam inisiatif keamanan multinasional.

Hapag-Lloyd Jerman Tunda Pengiriman Kapal lewat Laut Merah

Austin mengatakan pasukan itu akan beroperasi dengan tujuan menjamin kebebasan navigasi bagi semua negara dan memperkuat keamanan dan kemakmuran regional. Houthi telah melancarkan serangkaian serangan drone dan rudal terhadap kapal-kapal yang melewati Laut Merah yang bertujuan menekan Israel atas perang dahsyatnya dengan Hamas di Jalur Gaza dan menewaskan ribuan warga sipil.

Pada Senin, mereka mengklaim melakukan serangan terhadap dua kapal di jalur pelayaran penting antara Asia dan Eropa, termasuk Swan Atlantic milik Norwegia. Komando Pusat militer AS mengatakan Swan Atlantic diserang oleh drone serang satu arah dan rudal balistik antikapal yang diluncurkan dari wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman. Dikatakan bahwa kapal perusak berpeluru kendali USS Carney merespons dengan menilai kerusakan.

Baca juga: Houthi Yaman Kembali Serang 2 Kapal Tujuan Israel di Laut Merah

Pada waktu yang hampir bersamaan, "Kapal kargo curah MV Clara melaporkan ledakan di perairan dekat lokasi mereka," kata CENTCOM. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dalam kedua serangan tersebut.

Sulit dicegat

Biaya asuransi yang melonjak mendorong perusahaan pelayaran besar untuk mengubah rute kapal mereka di sekitar ujung selatan Afrika. Namun, biaya bahan bakar jauh lebih tinggi karena perjalanan lebih panjang.

A.P Moller-Maersk dari Denmark--yang menyumbang 15% angkutan peti kemas global--termasuk di antara raksasa pelayaran yang telah menangguhkan pelayaran Laut Merah hingga pemberitahuan lebih lanjut. Dalam pernyataan pada Selasa, mereka mengatakan, "Semua kapal yang sebelumnya dihentikan sementara dan dijadwalkan berlayar melalui wilayah tersebut sekarang akan dialihkan ke seluruh Afrika melalui Tanjung Harapan."

Pada Senin, "Maersk memiliki sekitar 20 kapal yang menghentikan transit dan setengahnya menunggu."

Menurut para analis, satuan tugas maritim yang diumumkan oleh Washington tidak dapat berbuat banyak untuk menghentikan serangan Houthi yang menguasai persenjataan rudal balistik, rudal jelajah, dan drone. "Houthi memiliki banyak sekali drone dan rudal yang dapat mereka tembakkan dan beberapa di antaranya akan sulit dicegat oleh kapal angkatan laut pada umumnya," kata Andreas Krieg, seorang profesor di King's College London, kepada AFP.

Torbjorn Soltvedt dari firma intelijen risiko Verisk Maplecroft mengatakan ancaman terhadap pelayaran juga semakin meningkat karena kemampuan kelompok tersebut untuk mengerahkan ranjau antikapal dan melaksanakan operasi terkoordinasi menggunakan perahu dan helikopter. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat