visitaaponce.com

Katarak Penyebab Utama Kebutaan, bisa Dialami Bayi Hingga Lansia

Katarak Penyebab Utama Kebutaan, bisa Dialami Bayi Hingga Lansia
Mayoritas penyandang katarak memang kaum lansia, tapi penyakit ini juga bisa dialami kalangan muda.(Dok. Freepik)

Katarak masih menjadi momok terbesar gangguan penglihatan di dunia, termasuk Indonesia. Di Tanah Air, Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) menyebut penyandang kebutaan berjumlah 1,6 juta orang, sekitar 80% disebabkan oleh katarak. Meski bisa menyebabkan kebutaan, katarak sangat bisa direhabilitasi, yakni dengan operasi.

Sayangnya, masih banyak penyandang katarak yang belum menjalani operasi. Bagaimana katarak bisa menyebabkan kebutaan? Mengapa sebagian penyandangnya belum menjalani operasi? Berikut penjelasan dokter spesialis mata pada acara JEC Eye Talks yang digelar JEC Eye Hospitals and Clinics dalam rangkaian Peringatan Bulan Kesadaran Katarak 2024, baru-baru ini.

Penyebabnya Multifaktorial

Katarak merupakan gangguan mata yang menyebabkan lensa mata menjadi keruh. Ini membuat cahaya tidak dapat melewatinya dengan benar sehingga menyebabkan penglihatan buram, berbayang, dan silau. Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif (penuaan) dan paparan sinar UV dalam waktu lama. Rata-rata, katarak terjadi pada usia 50 tahun ke atas. Namun, katarak juga dapat terjadi pada usia yang lebih muda, bahkan pada bayi. “Meski banyak ditemukan pada pasien berusia di atas 50 tahun, sesungguhnya katarak tidak mengenal umur. Sebab, katarak juga bisa terjadi karena kondisi-kondisi tertentu,” ujar Ketua Umum Perdami, Prof. dr. Budu, Sp.M(K).

Baca juga : Angka Kebutaan Tinggi, Operasi Katarak Gratis Digencarkan di Sulsel

Katarak pada bayi bisa disebabkan karena sang ibu terinfeksi virus rubella semasa hamil muda. Adapun katarak pada usia muda bisa terjadi karena trauma/kecelakaan, penggunaan obat golongan tertentu, khususnya steroid, dan penyakit sistemik seperti diabetes.  

Penanganan Lewat Operasi

Prof. Budu menegaskan, penanganan katarak hanya bisa dilakukan melalui tindakan operasi penggantian lensa mata. Namun, saat ini masih banyak penyandang katarak yang belum menjalani operasi. Alasannya, paling banyak karena penyandang katarak yang tak sadar mengidap gangguan penglihatan ini. Kementerian Kesehatan menyebut, selain alasan utama tidak menyadari menyandang katarak (51,6%), keengganan pasien juga lantaran ketidakmampuan membiayai (11,6%)  dan takut operasi (8,1%).

Senada, Ketua Seksi Penanggulangan Buta Katarak Perdami, dr. Ahmad Ashraf Amalius, Sp.M(K), menjelaskan tantangan ABCD dalam penanganan katarak. “Problem pelayanan katarak adalah A, awareness; B, barriers of surgery; C, cost; dan D, distance. Kerja sama lintas sektoral sangatlah penting. Salah satu langkah penting adalah edukasi mengenai pemeriksaan mata rutin, yang krusial untuk pencegahan dan penanganan dini.”

Baca juga : Bunda, Begini Cara Atasi Kelainan Kelopak Mata pada Anak

Pentingnya Penanganan Dini

Direktur Utama RS Mata JEC @ Kedoya, dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K), juga menekankan pentingnya pemeriksaan berkala dan penanganan dini. Ia menjelaskan, pemeriksaan mata secara berkala merupakan langkah antisipatif yang jitu untuk penanganan gangguan mata sedini mungkin, termasuk katarak. Bukan hanya untuk lansia, tetapi semua kalangan usia.

“Dengan mengetahui kondisi katarak lebih awal, penyandang bisa terhindar dari risiko semakin menurunnya kualitas hidup akibat pandangan yang semakin kabur. Pun bagi penderita katarak yang sampai tahap buta, tak perlu berkecil hati. Tindakan operasi katarak dengan beragam opsi merupakan solusi untuk mengembalikan kondisi pandangan seperti sebelum terserang katarak. Dengan catatan, tidak ada kelainan pada saraf mata pasien,” terangnya.  

Operasi Gratis untuk Kalangan tak Mampu

Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, JEC Eye Hospitals and Clinics bersama Perdami terus menggiatkan sosialisasi kepada masyarakat. Selain itu, JEC dan Perdami juga akan memberikan tindakan operasi katarak gratis kepada masyarakat tak mampu pada Oktober 2024. Kegiatan ini menjadi bagian dari inisiatif berkelanjutan Bakti Katarak yang telah dijalankan JEC selama lebih dari 40 tahun.

“Sejak 1984, Bakti Katarak telah memfasilitasi tindakan operasi katarak kepada lebih dari 3.206 orang penerima manfaat. Tahun ini, JEC akan melaksanakan Bakti Katarak bertepatan dengan World Sight Day pada pekan kedua Oktober 2024. Pelaksanaannya melibatkan cabang-cabang JEC yang tersebar di berbagai kota. Program ini menjadi wujud kepedulian, meningkatkan akses layanan kesehatan mata yang memadai bagi mereka yang membutuhkan,” jelas dr. Setiyo.

Sementara itu, bagi kalangan umum, JEC melalui Layanan Katarak, Lensa dan Bedah Refraktif, menyediakan beragam modalitas pemeriksaan berteknologi mutakhir untuk mendiagnosis katarak, juga pilihan terapi operasi, meliputi extracapsular cataract extraction (ECCE), phacoemulsification, dan Femtosecond Laser-Assisted Cataract Surgery (FLACS). Hingga saat ini, JEC telah menjalankan lebih dari 200.000 tindakan operasi katarak. (B-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eni Kartinah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat