visitaaponce.com

Warga Harap Jakarta Lebih Baik Saat tak Lagi Jadi Ibu Kota

Warga Harap Jakarta Lebih Baik Saat tak Lagi Jadi Ibu Kota
Ilustrasi Jakarta(ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

PENELITI sosial dari Pusat Kajian Kepemudaan Rissalwan Lubis menyebut dari hasil survei cepat didapati masih ada warga Jakarta yang tidak setuju terhadap pemindahan ibu kota.

Dalam survei cepat yang dilakukannya pada Januari, sebanyak 58,8% responden mengatakan tak setuju dengan pemindahan ibu kota. Alasan yang dipilih pun beragam dari mulai khawatir proses pemindahan ibu kota akan membebani APBN, hingga khawatir pemerintah tidak fokus terhadap penyelesaian pandemi covid-19.

"Alasan lainnya warga tidak menyetujui kepindahan ibu kota juga khawatir dengan kerusakan lingkungan di Kalimantan akan semakin besar dan nilai historis Jakarta sebagai ibu kota," kata Rissalwan dalam diskusi virtual, Jumat (4/2).

Meskipun begitu, mayoritas responden berharap adanya perubahan yang lebih baik terhadap Jakarta saat tak lagi menjadi ibu kota baru.

"Harapannya lalu lintas dan transportasi lebih baik, lingkungan dan masalah air akan teratasi, apresiasi terhadap nilai budaya Betawi juga lebih baik, peluang bisnis dan usaha, serta meningkatnya kerukunan dan solidaritas masyarakat," imbuhnya.

Sementara itu, ada 29,4% warga yang setuju pemindahan ibu kota karena masalah di Jakarta serta menilai perlu adanya pemisahan antara pusat perekonomian dan pusat bisnis.

Sementara itu, ketika menghadapi pertanyaan kesediaan untuk pindah ke ibu kota baru, mayoritas responden menolak pindah ke ibu kota baru.

"Ada 78,8% yang menolak dengan alasan seperti bukan ASN dan tidak memiliki dana untuk pindah," ujarnya.

Baca juga: Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Gubernur DKI Bakal Lebih Fokus Urus Jakarta

Responden yang menolak pindah ke ibu kota baru juga mengemukakan alasan khawatir dengan konflik sosial berbasis kesukuan. Rissalwan memahami hal ini karena Jakarta adalah kota yang sangat multikultural.

Banyak etnis dan suku yang hidup harmonis di Jakarta. Berbagai agama dan kebudayaan pun saling tumbuh dan diterima dengan baik di Jakarta.

"Sementara itu kalau di Kalimantan ya mungkin mayoritasnya masih homogen. Jadi kekhawatiran itu sangat bisa dipahami muncul dalam diri masyarakat," jelasnya.

Kemudian ada 21,2% responden yang menyatakan bersedia karena berharap adanya peluang baru di ibu kota baru serta berharap lingkungan yang lebih baik.(OL-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat