Remaja SCBD Viral, Sosiolog DKI Representasi Kota Multikultural
![Remaja SCBD Viral, Sosiolog: DKI Representasi Kota Multikultural](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/07/40dd707a6f51bf19486b3298c38cdf87.jpg)
FENOMENA remaja dari berbagai daerah pinggiran DKI Jakarta, yang memadati kawasan Sudirman semakin viral di media sosial.
Adapun istilah SCBD (Sudirman, Citayem, Bojong Gede dan Depok) menjadi tren baru, lantaran para remaja datang dengan membawa berbagai keunikan. Seperti, pakaian dan gaya bahasa.
Pengamat sosial dari Universitas Indonesia Rissalwan Habdy Lubis menilai keunikan tersebut sebagai hal positif. Dalam hal ini, untuk membawa Jakarta sebagai kota multikultural. Layaknya kota elit di dunia, keberagaman fashion, bahasa, hingga tempat berekspresi, sudah sepatutnya ada di Jakarta.
Baca juga: Semakin Banyak Anak Muda yang Healing di Kawasan Dukuh Atas
"Saya membayangkan Jakarta menjadi kota yang multikultural. Kita bisa bertemu dengan berbagai jenis orang, pakaian, bahasa dan sebagainya. Ini suatu awal bahwa Jakarta sudah kelihatan ada orang-orang yang bisa dikatakan mungkin unik," ujarnya saat dihubungi, Sabtu (16/7).
Rissalwan pun mengajak publik untuk melihat fenomena remaja SCBD dari sisi positif. Menurutnya, Jakarta sudah seharusnya memiliki ruang publik untuk berekspresi, khususnya bagi generasi muda. Fenomena SCBD juga tidak sebatas remaja datang dan menikmati suasana Ibu Kota.
Lebih jauh lagi, hal ini mendorong Pemprov DKI Jakarta untuk memaksimalkan potensi dari generasi muda. Misalnya, mengadakan pentas skala kecil. "Saya kira bagusnya dibuat aktivitas penampilan budaya atau kompetisi," imbuh Rissalwan.
Dia menjelaskan ada tiga faktor dalam fenomena remaja SCBD. Rinciannya, faktor penarik, pendorong dan mobilitas. Faktor penariknya adalah Jakarta sedang berbenah, mulai banyak memiliki public space. Hal itu menjadi daya tarik banyak orang, termasuk generasi muda dari pinggiran Ibu Kota.
Baca juga: Banjir Mulai Surut, BNPB Imbau Warga Jabodetabek Tetap Waspada
Lalu, faktor pendorong lebih ke ekspektasi anak muda untuk menjadi bagian dari wilayah Ibu Kota. Seperti, bekerja atau menjadi warga Jakarta. Permasalahannya, lanjut dia, banyak remaja SCBD yang tidak mempunyai karakteristik budaya yang sama dengan warga perkotaan.
"Boleh dibilang kemampuan membeli pakaian, sepatu dan gaya bahasa ini berbeda dengan orang perkotaan. Jadi semacam ada gap. Mereka datang ke kota untuk berkumpul. Bagi orang kota, ini terlihat lucu atau cenderung agak norak," pungkasnya.
Sementara itu, menyoroti faktor mobilitas, Rissalwan mengapresiasi perhatian Pemprov DKI terhadap akses transportasi yang semakin mudah dan murah. Namun, faktor yang membuat viral fasilitas tersebut ialah momentum libur sekolah.(OL-11)
Terkini Lainnya
Beragam dan Multikultural, Children's House Bali Gelar 2024 International Preschool Competition
Visi Baru Direktur Rumah Budaya Dunia kelahiran Afrika untuk Magnet Budaya Berlin
Teknologi Digital Bisa Jadi Alat Promosi Multikulturalisme Indonesia ke Dunia
Jeje Gembira Citayam Fashion Week Boleh Digelar saat Car Free Day
Pengamat Sosial: Para Content Creator Bisa Jadi Kakak Asuh bagi Remaja SCBD
Usai Batalkan Pendaftaran CFW, Baim Wong Diajak Wagub DKI Terus Bimbing Remaja SCBD
Citayam Fashion Week Milik Baim Wong? Ini Klarifikasinya..
Sarinah Bisa jadi Pusat Gelaran Citayam Fashion Week
Viral! Remaja SCBD Tidur di Jembatan Penyeberangan Dukuh Atas
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap