visitaaponce.com

Kualitas Udara DKI Jakarta Tergolong Buruk

Kualitas Udara DKI Jakarta Tergolong Buruk
Berdasarkan data dari situs pemantau kualitas udara IQAir, kualitas udara DKI Jakarta pada Senin (27/5) masuk dalam kategori tidak sehat(MI/Ramdani)

BERDASARKAN situs pemantau kualitas udara IQAir, kualitas DKI Jakarta, Senin (27/5), berada dalam kategori tidak sehat. Saat ini berada di peringkat lima terburuk di dunia. 

Berdasarkan IQAir, Senin (27/5), pukul 07.00 WIB  indeks kualitas udara Jakarta berada di angka 164 dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2,5 di angka konsentrasi 74 mikrogram per meter kubik.
  
Konsentrasi tersebut setara 14,8 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Berdasarkan IQAir, lima kota dengan kualitas terburuk di dunia yakni Lahore, Pakistan di angka 177, Kinshasa (Kongo) di angka 174, Dehlhi (India) di angka 170, Kairo (Mesir)  di angka 167, dan Jakarta (Indonesia) di 164.

Masyarakat pun direkomendasikan untuk menghindari aktivitas di luar ruangan, mengenakan masker saat di luar, menutup jendela untuk menghindari udara luar yang kotor serta menyalakan penyaring udara.
  
Sementara itu, Sistem Informasi Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menyebutkan kualitas udara di Jakarta untuk polusi udara PM2,5 berada pada kategori sedang.
  
Dari empat lokasi yang masuk dalam pemantauan semua masuk pada kategori sedang. Untuk titik pemantau yang berada di Kelapa Gading di angka 94, Kebon Jeruk di angka 95, Bundaran HI 93, dan Jagakarsa 72.
  
Kategori sedang berarti tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif.
  
Sementara untuk kategori tidak sehat yaitu tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
  
Sebelumnya, BMKG mengungkapkan Jakarta mulai memasuki musim kemarau pada Mei dan diprediksi mencapai puncaknya pada Juni 2024. Bersamaan dengan itu, Jakarta diprediksi kembali dilanda polusi udara.
  
Koordinator Sub Bidang Informatif Gas Rumah Kaca BMKG Albert Nahas mengatakan fenomena iklim global berupa El Nino, La Nina dan Dipole Mode Positif/Negatif turut mempengaruhi partikel polutan di Indonesia, termasuk di Jakarta.
  
Albert mengungkapkan La Nina mempengaruhi konsentrasi PM2.5 di Indonesia dan membagi wilayah Indonesia menjadi Timur dan Barat berdasarkan respon PM2.5 terhadap La Nina. Salah satu dampaknya, konsentrasi PM2.5 cenderung tinggi pada malam hingga pagi hari dan rendah pada siang hari.
  
"Fenomena iklim global bisa mempengaruhi iklim di Indonesia yang juga berakibat ke kondisi PM2.5," katanya. (Ant/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat