Kualitas Udara DKI Jakarta Tergolong Buruk
![Kualitas Udara DKI Jakarta Tergolong Buruk](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/05/e1df91dd6db2437c39ea6245a4e74362.jpg)
BERDASARKAN situs pemantau kualitas udara IQAir, kualitas DKI Jakarta, Senin (27/5), berada dalam kategori tidak sehat. Saat ini berada di peringkat lima terburuk di dunia.
Berdasarkan IQAir, Senin (27/5), pukul 07.00 WIB indeks kualitas udara Jakarta berada di angka 164 dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2,5 di angka konsentrasi 74 mikrogram per meter kubik.
Konsentrasi tersebut setara 14,8 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Berdasarkan IQAir, lima kota dengan kualitas terburuk di dunia yakni Lahore, Pakistan di angka 177, Kinshasa (Kongo) di angka 174, Dehlhi (India) di angka 170, Kairo (Mesir) di angka 167, dan Jakarta (Indonesia) di 164.
Masyarakat pun direkomendasikan untuk menghindari aktivitas di luar ruangan, mengenakan masker saat di luar, menutup jendela untuk menghindari udara luar yang kotor serta menyalakan penyaring udara.
Sementara itu, Sistem Informasi Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menyebutkan kualitas udara di Jakarta untuk polusi udara PM2,5 berada pada kategori sedang.
Dari empat lokasi yang masuk dalam pemantauan semua masuk pada kategori sedang. Untuk titik pemantau yang berada di Kelapa Gading di angka 94, Kebon Jeruk di angka 95, Bundaran HI 93, dan Jagakarsa 72.
Kategori sedang berarti tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif.
Sementara untuk kategori tidak sehat yaitu tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
Sebelumnya, BMKG mengungkapkan Jakarta mulai memasuki musim kemarau pada Mei dan diprediksi mencapai puncaknya pada Juni 2024. Bersamaan dengan itu, Jakarta diprediksi kembali dilanda polusi udara.
Koordinator Sub Bidang Informatif Gas Rumah Kaca BMKG Albert Nahas mengatakan fenomena iklim global berupa El Nino, La Nina dan Dipole Mode Positif/Negatif turut mempengaruhi partikel polutan di Indonesia, termasuk di Jakarta.
Albert mengungkapkan La Nina mempengaruhi konsentrasi PM2.5 di Indonesia dan membagi wilayah Indonesia menjadi Timur dan Barat berdasarkan respon PM2.5 terhadap La Nina. Salah satu dampaknya, konsentrasi PM2.5 cenderung tinggi pada malam hingga pagi hari dan rendah pada siang hari.
"Fenomena iklim global bisa mempengaruhi iklim di Indonesia yang juga berakibat ke kondisi PM2.5," katanya. (Ant/Z-3)
Terkini Lainnya
Kaesang Maju Pilgub Jakarta, NasDem: Semua Punya Hak Sama
Pengamat : Kaji Ulang Tata Ruang Kawasan Rawan Kebakaran
PKS Usung Anies-Sohibul, PKB: Jakarta Butuh Pemimpin yang Plural
PKB Ingin Ada Koalisi Besar di Pilgub Jakarta
Rekan Indonesia Dukung Sudirman Said Maju Pilgub DKI Jakarta
Siapkan Payung, Jakarta Diprediksi Hujan pada Jumat 28 Juni 2024
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Manajemen Haji dan Penguatan Kelembagaan
Integrative & Functional Medicine: Pendekatan Holistik dalam Pengobatan Kanker
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap