visitaaponce.com

Agrowisata Kopi di Kalimantan Selatan Mulai Dilirik

Agrowisata Kopi di Kalimantan Selatan Mulai Dilirik
Aktivitas barista di Kedai Biji Kopi Borneo Kalimantan Selatan(MI/Denny Susanto)

PENGEMBANGAN ekowisata dan agrowisata mulai dilirik para pengusaha swasta di Provinsi Kalimantan Selatan. Kedai Biji Kopi Borneo Kalsel menjajaki pembangunan agro wisata berbasis tanaman kopi lokal.

Hal ini dikemukakan pemilik usaha Biji Kopi Borneo yang juga Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) Kalsel, Dwi Putera Kurniawan, Minggu (3/7) di sela-sela kegiatan kunjungan ke kawasan perkebunan kopi rakyat di Desa Tiwingan Baru, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar. "Pengembangan sektor wisata dapat dipadukan dengan konsep ekowisata atau agrowisata berbasis kopi," ujarnya.

Konsep ini memadukan potensi wisata alam dengan potensi wisata edukasi tentang kopi lokal. "Banyak pengusaha baik lokal maupun nasional yang tertarik untuk mengembangkan wisata agro kopi, seiring perkembangan potensi bisnis kopi yang cukup menjanjikan," ungkap Dwi.

Dia menyebut pihaknya siap bekerja sama dengan masyarakat untuk pengembangan perkebunan kopi sekaligus wisata agro kopi.

Saat ini Dwi tengah melakukan pengembangan wisata agro kopi di sejumlah daerah seperti Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Tiwingan Baru sendiri merupakan kawasan wisata di areal Waduk Riam Kanan yang menawarkan obyek wisata alam berupa perbukitan disebut Bukit Batas.

Di kawasan ini terdapat perkebunan kopi rakyat jenis robusta seluas total lebih 100 hektar yang sangat potensial dikembangkan menjadi agro wisata kopi. Adapun luas kebun kopi di Kalsel menurut data SPI hanya seluas 2.300 hektare.

Di sisi lain tingkat permintaan kopi lokal Kalsel yang dari luar daerah hingga mancanegara seperti Uni Emirat Arab, Qatar, Malaysia, Jepang dan Mesir cukup besar mencapai 200 ton perbulan. Sementara ketersediaan kopi lokal baru 1% atau 2 ton perbulan.

"Ini merupakan sebuah potensi yang besar bagi peningkatan ekonomi rakyat. Seharusnya Pemda ikut mendukung pengembangan kopi ini," tegasnya,

baca juga: SPI Kalsel Dorong Kopi Jadi Tanaman Utama Penghijauan

Hal serupa juga dikemukakan Arianto, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Tunas Muda Desa Tiwingan Baru yang juga pemilik usaha Kopi Aranio dengan spesifikasi kopi robusta. Menurutnya selama ini pihaknya baru bisa memenuhi permintaan kopi untuk kebutuhan lokal saja. "Produksi kopi lokal sangat terbatas, bahkan tak jarang kami harus membeli kopi produksi pulau Jawa," ujarnya.

Karena itu pihaknya pun mendorong pemerintah untuk dapat membantu pengembangan kopi lokal, baik di tingkat hulu atau perkebunan hingga sektor hilir atau pemasarannya. Termasuk pengembangan agrowisata kopi di wilayahnya. (N-1)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat