visitaaponce.com

Pura Mangkunegaran Lebih Terang karena Energi Terbarukan

Pura Mangkunegaran Lebih Terang karena Energi Terbarukan
KGPAA Mangkunegoro X memberikan keterangan kepada wartawan seputar Pura Mangkunegaran saat ini(MI/WIDJAJADI)

PURA Mangkunegaran yang bersumber dari pusaka atau warisan dinasti Mataram Islam, sejak dipangku oleh KGPAA Mangkunegoro X,   terus berbenah. Mereka memperjelas posisinya sebagai pengayom budaya Jawa,   dan sekaligus pengembang pariwisata budaya bagi Kota Surakarta.

Sejak setahun jumeneng atau lenggah sebagai Pengageng Pura, Gusti Mangkunegoro yang akrab dengan sapaan nama kecil Bhre Cakrahutomoq itu,  terus berupaya membenahi fisik bangunan yang diwariskan oleh Pangeran Samber Nyawa atau KGPAA Mangkunegoro I.
 
Berhasil meyakinkan Pemerintah Pusat, putra mendiang KGPAA Mangkunegoro IX ini berhasil mendapatkan dana APBN untuk menata bagian Prangwedanan dan lahan parkir. Yang terakhir, pura juga merevitalisasi taman Pracima Tuin, taman terindah yang pernah berdiri megah kala kepemimpinan KGPAA Mangkunegoro VI, pada era 1920-an.
 
Beberapa waktu terakhir, Bhre Cakrahutomo mampu pula meyakinkan PLN, sehingga mendapatkan renewable energy certificate (REC) dari PLN.    REC ini merupakan produk layanan PLN berupa sertifikat listrik bersumber dari energi baru terbarukan ( EBT ).
 
"Pura Mangkunegaran sungguh terberkahi dengan pemasangan REC ini. Sebab yang terpasang ini merupakan bagian dari pemanfaatan energi hijau atau ramah lingkungan," ungkap Pengageng Pura Mangkunegaran yang masih muda itu, Selasa (20/12), di Pendopo Pura Mangkunegaran.
 
Peremajaan penerangan dengan EBT ini sudah dinikmati Pura Mangkunegaran mulai 19 Desember 2022.  Pura Mangkunegaran satu-satunya wilayah atau kawasan di Kota Solo yang telah menjalankan program transisi energi bersih, sehingga menerima sertifikat REC dari PLN.
 
Dengan EBT itu, Pura Mangkunegaran kini lebih terang benderang, apalagi kalau malam hari cahayanya terlihat lebih kilau.  Pencahayaan itu penting sekali karena menyangkut banyak hal, meliputi penerangan, keamanan, dan lainnya.
 
"Menurut saya lebih dari itu, pencahayaan itu menandakan ada kehidupan. Mangkunegaran bisa lebih hidup, membawa kehangatan dan kenyamanan serta dampak positif bagi masyarakat luas. Upaya yang sangat baik ini dapat respon positif dari PLN," ujar Bhre.
 
Yang jelas, dengan pemanfaatkan energi baru terbarukan atau EBT, Pura Mangkunegaran mampu mengurangi dampak lingkungan untuk menjawab permasalahan pemanasan global.   
 
"Ini bisa menjadi percontohan bagi masyarakat maupun industri untuk bersama-sama mendukung transisi energi bersih di Tanah Air," tegas alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu.
 
Pemanfaatkan energi baru terbarukan atau EBT untuk penerangan dan penyediaan kebutuhan energi listrik lainnya bisa dimaknai sebagai memoderinisasi yang telah dilakukan leluhurnya, era Mangkunegoro V dan VI di bidang kelistrikan.
 
Pura Mangkunegaran pada era swapraja, kala kepemimpinan Mangkunegoro VII, pada 1932, menginisiasi pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Kali Samin di Tawangmangu, Karanganyar. Pasokan listrik dari PLTA tersebut mampu menggeliatkan sektor wisata dan industri di Karanganyar, Kota Surakarta dan sekitarnya.
 
"Yang jelas Pura Mangkunegaran akan terus menunjukkan progresivitas dan mampu beradaptasi dengan modernisasi tanpa meninggalkan akar sejarah yang menjadi fondasi merawat budaya," tandas Gusti Bhre. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat