visitaaponce.com

Festival Takabonerate di Selayar Gagal Masuk Kalender Wisata Kemenparekraf

Festival Takabonerate di Selayar Gagal Masuk Kalender Wisata Kemenparekraf  
Atol Taka Bonerate di Sulawesi Selatan jadi atol terbesar ketiga di dunia.(MI/Lina Herlina)

FESTIVAL Takabonerate Kabupaten Selayar gagal lolos Kharisma Event Nasional (KEN) 2024 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Ini sebabnya.

Kepala Bidang Promosi Disbudpar Sulsel Andi Zulkarnaen mengatakan, ada 5 aspek yang dinilai oleh tim juri saat melakukan kurasi terhadap kegiatan yang diusulkan tiap pemerintah daerah. 

Kelima aspek itu masing-masing diberi bobot penilaian sebesar 20%. 

Baca juga : Puluhan Makam Covid-19 di Gowa Sulsel Amblas

"Festival Takabonerate Selayar, oleh juri, menyoroti aksebilitas pengunjung pada event tersebut. Hal itu menjadi salah satu pertimbangan sehingga event tersebut tidak masuk KEN 2024," terang Zulkarnaen. 

Selain ajang Festival Takabonerate, event Beautiful Malino Kabupaten Gowa juga tidak lolos kalender wisata nasional tahun ini. Padahal, sebelumnya Beautiful Malino masuk KEN di 2023.

Taka Bonerate, Atol Ketiga Terbesar di Dunia

Selama ini, Taman Nasional Taka Bonerate di Kecamatan Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar dikenal sebagai atol terbesar ketiga di dunia, setelah Kwajifein di Kepulauan Marshall dan Suvadiva di Kepulauan Maladewa.

Baca juga : Desa Wisata Rinding Allo di Luwu Utara Sulsel Masuk 75 Besar ADWI 2023

Atol adalah pulau karang berbentuk cincin yang umumnya memiliki danau atau laguna di tengahnya. 

Luas atol TN Taka Bonerate mencapai 220 ribu hektare, dengan sebaran terumbu karang mencapai 500 kilometer persegi (km2). 

Sejak Tahun 2005 Taman Nasional Taka Bonerate telah di calonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia. Ada sebanyak lima 15 pulau di Taman Nasional Takabonerate sehingga sangat bagus untuk kegiatan menyelam, snorkeling, dan wisata bahari lainnya.

Baca juga : Desa Kassi Terpilih Satu dari 75 Desa Wisata Terbaik ADWI 2023

Pemerintah setempat pun inging mengembangkan Taka Bonerate, bersama Bira di Kabupaten Bulukumba, sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata di Sulsel. Sehingga perlu penanganan khusus. 

Menurut Kepala Balai Taman Nasional Taka Bonerate Ahmad Yani, dua wilayah tersebut memang merupakan daerah tujuan wisata yang digandrungi wisatawan, karena memiliki nilai simbolik dalam kekayaan wisata dan budaya maritim dunia.

"Karena itu lah, dua lokasi, Bira dan Taka Bonerate tersebut dipilih untuk mewujudkan KEK Pariwisata di Sulsel. Dan sebagai langkah awal dilakukan pertemuan di Kantor Gubernur Sulsel, yang dihadiri stakeholder terkait, baik dari Dinas Pariwisata Bulukumba, Kepulauan Selayar, dan juga Pemprov Sulsel. Termasuk dari Badan Promosi Sulawesi Selatan, dan tim dari Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC)," urai Yani.

Baca juga : Kemenparekraf Apresiasi Sinergi Mutualisme di Desa Wisata Matano Iniaku

Khusus di Taka Bonerate, pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi. Salah satu zona yang disoroti adalah zona pemanfaatan, di mana pemanfaatan kawasan tersebut dimaksudkan untuk kepentingan jasa dan sarana pariwisata alam serta bentuk-bentuk jasa terhadap lingkungan 
lainnya.

Pembuat perahu Phinisi Satu-Satunya di Dunia

Kapala Dinas Pariwisata Sulsel Muhmmad Arafah menambahkan, Kecamatan Bira di Kabupaten Bulukumba, dikenal sebagai satu-satunya pembuat perahu phinisi di dunia, sementara Taka Bonerate memiliki status sebagai atol terbesar ketiga di dunia, setelah Kwajifeun di Kepulauan Marshal dan Suvadiva di Kepulauan Maladewa.

"Keduanya dipandang sebagai situs yang memiliki daya tarik wisata unik. yang bia menjadi tempat berkegiatan seperti menyelam, snorkling, dan wisata bahari lainnya," tambah Arafah.

Baca juga : Menparekraf: Puncak Sarangsarang Bisa Jadi Andalan Wisata Kota Palopo

"Sehingga wajar, jika kita mengejar dua wilayah tersebut sebagai KEK Pariwisata, agar bisa menjadikan kawasan destinasi pariwisata terbaik di dunia. Sehingga memang, kita wajib mendukung upaya meningkatkan kunjungan wisatawan dan eksplorasi lebih lanjut. Pengembangan KEK ini, diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, serta meningkatkan daya saing daerah," sambungnya.

Sementara itu, I Dewa Gede A. Pemayun, Senior Manager Operasional The Golo Mori ITDC menegaskan, jika pelaksanaan KEK Pariwisata Sulsel akan didukung oleh Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), yang telah membuktikan track record-nya dalam pengembangan KEK Mandalika, Nusa Dua Bali, dan Labuan Bajo. "Proyek ini juga akan memperkuat koneksi tiga Destinasi Segitiga Emas nasional, yaitu Bali, Bira-Taka Bonerate, dan Mandalika," tegasnya dengan harapan segera bisa dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU).

Terkait atol yang ada di TN Takabonerate, Asisten Deputi Akses Permodalan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenkomarves), Suparman menegaskan, potensi atol di Kepulauan Selayar itu harus ditangkap dengan baik.

Baca juga : Menparekraf Dorong Desa Wisata Kambo Sulsel Optimalkan Atraksi Wisata

"Ini sudah tiga tahun persoalannya tidak selesai-selesai. Kita maklum, karena kemarin sempat Covid-19, padahal sudah ada investor yang melirik. Kita tidak ingin ini berlarut, jadi bisa segera diatasi dan bisa segera menjadi potensi bagus untuk pariwisata," tegas Suparman.

Meski Sulsel tidak masuk lima top destinasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, ujar Suparman, tidak perlu berkecil hati, karena potensinya besar. (Z-4)

 

Baca juga : Sandiaga Uno Apresiasi Sulsel Sumbang Desa Wisata Terbanyak Tahun Ini

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat