visitaaponce.com

Stunting di Timor Tengah Selatan masih Dapat Turun

Stunting di Timor Tengah Selatan masih Dapat Turun
timor(MI/HO)

BERDASARKAN data, angka prevalensi stunting di Provinsi NTT pada 2021 cukup tinggi mencapai 37,8%. Meskipun demikian, angka tersebut berhasil mengalami penurunan pada 2022 menjadi 35,3% (Kemenkes, SSGI).

Meskipun begitu, upaya penurunan stunting di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT, diyakini masih dapat diupayakan. Betul bahwa angka stunting di NTT masih cukup tinggi tetapi potensi sumber daya pangan di TTS sama sekali tidak kekurangan.

"Untuk NTT banyak sekali cara yang bisa dilakukan. Kelor di sini produksinya juga luar biasa dan sumber makanan lain juga cukup melimpah. Saya yakinkalau capaian KB-nya ditingkatkan, jangkauannya baik, pemberian makanan tambahan kepada anak risiko stunting, stunting di TTS akan berhasil diturunkan," ungkap dokter Hasto di Kantor Bupati Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (20/03/2024).

Baca juga : Pj Gubernur: NTT Hadapi Dua Pekerjaan Besar

Kabupaten TTS, lanjut dia, memiliki peluang besar karena jumlah anaknya masih cukup banyak. Kalau jumlah rata-rata anak turun, stuntingnya turun. "Ada daerah yang stuntingnya tinggi tetapi jumlah anaknya juga sedikit. Sudah sedikit, stunting lagi," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) itu.

Di TTS, rata-rata perempuan melahirkan masih sekitar tiga anak. "Ada yang lima, bahkan lebih. Di sini setiap 1000 penduduk setiap tahun ada yang hamil 22 orang. Kalau penduduknya hampir 480.000 atau mendekati 500.000, setiap tahun bayi yang lahir sekitar 10.000," papar Hasto.

Untuk menurunkan stunting di TTS, selain dari potensi sumber pangannya, juga melalui penggunaan kontrasepsi. Banyak sekali ibu setelah melahirkan tidak memakai kontrasepsi, sehingga terjadi kehamilan dalam jarak dekat.

Baca juga : Citi Indonesia dan Plan Indonesia Luncurkan Program Ketahanan Pangan Atasi Stunting di TTS

"Ayolah kita gencarkan pelayanan KB. TTS sudah memiliki kebijakan akseptor vasektomi dan tubektomi dapat uang istirahat 450.000. Tahun lalu, TTS mendapatkan anggaran DAK Fisik Rp2,015 miliar untuk kegiatan di Dinas KB-nya dalam rangka pelayanan KB dan yang lain, sudah diserap 81,2% sekitar Rp1,6 milyar," paparnya. 

Sedangkan BOKB non Fisik di TTS tahun lalu naik pesat sejumlah Rp8,63 miliar, baru diserap sekitar 38%. "Kami mohon dukungannya untuk ditingkatkan, tahun ini Rp6,3 miliar. Mumpung awal tahun, didorong perbanyakan kegiatan vasektomi, tubekomi, kegiatan mengenai stunting diambil dari anggaran ini," ajak dokter Hasto.

Mewakili Pj Bupati Kabupaten Timor Tengah Selatan, Pj Sekretaris Daerah Yohanis Lakapu mengungkapkan bahwa prevalensi stunting di TTS sejumlah 22,3%. Pada 2023, TTS berhasil mencapai jumlah peserta KB modern sebesar 50% atau lebih tinggi 8,5 poin dari rerata Provinsi NTT.

"Peserta KB aktif yang jumlahnya sedikit. Kadang kala juga tidak aktif. Karenanya, petugas harus selalu mengingatkan para peserta. Kalau tidak diingatkan, dia lupa untuk kembali sehingga terjadi kehamilan baru," ungkap Yohanis. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat