visitaaponce.com

Karier Tenis Djokovic Terinspirasi Pete Sampras Juarai Wimbledon 1993

Karier Tenis Djokovic Terinspirasi Pete Sampras Juarai Wimbledon 1993
Foto kombinasi petenis Serbia Novak Djokovic meraih gelar turnamen grand slam lapangan rumput Wimbledon untuk ketujuh kalinya.(AFP)

DOMINASI petenis Serbia Novak Djokovic berlajut di grand slam Wimbledon, di mana petenis berusia 35 tahun itu sukses merebut gelar juara ketujuh kalinya di turnamen lapangan rumput itu, sekaligus menjadi gelar grand slam ke-21 kali untuknya.

Menghadapi petenis Australia Nick Kyrgios di babak final pada Senin (11/7) dini hari WIB, Djokovic menampilkan permainan impresifnya, termasuk saat dia bangkit dari ketertinggalan di set pertama dan merebut kemenangan dengan skor 4-6, 6-3, 6-4 dan 7-6(7/3).

Pencapaian ini membuat Djokovic menjadi salah satu petenis tunggal putra terkuat di Wimbledon, pasalnya dia belum terkalahkan sejak 2018 silam.

Dalam tiga penyelenggaraan Wimbledon sebelumnya, Djokovic selalu keluar sebagai juara, termasuk mengalahkan petenis Afrika Selatan Kevin Anderson (final 2018), petenis Swiss Roger Federer (final 2019) dan petenis Italia Matteo Berrettini (Final 2021).

Baca juga: Juara Wimbledon, Djokovic Dekati Rekor Nadal

"Saya kehilangan kata-kata untuk mengatakan betapa spesial turnamen ini, piala ini sangat berarti bagi saya, tim saya, keluarga saya,” kata Djokovic saat penyerahan piala dikutip dari ATP, Senin (11/7).

Djokovic menuturkan, Wimbledon bukan hanya sekadar turnamen grand slam lapangan rumput, baginya Wimbledon merupakan turnamen tenis yang mengilhaminya untuk menekuni olahraga tenis.

Dia menceritakan, kemenangan Pate Sampras pada Wimbledon 1993 menjadi awal dari ketertarikannya dengan olahraga tenis.

"Saya berusia sekitar empat atau lima tahun dan saya melihat Pete Sampras memenangkan Wimbledon pertamanya pada tahun 1993," katanya.

"Sejak iitu saya meminta ayah dan ibu saya untuk membelikan saya raket, dan bayangan pertama saya tentang tenis adalah rumput dan Wimbledon," tutur Djokovic.

"Saya selalu bermimpi datang ke sini, untuk bermain di lapangan ini, dan kemudian mewujudkan impian masa kecil untuk memenangkan trofi ini. Setiap kali itu terjadi (memenangkan trofi) membauat saya lebih bermakna dan lebih istimewa, jadi saya sangat diberkati dan sangat bersyukur bisa berdiri di sini dengan trofi," tuturnya.

Setelah gagal mempertahankan gelar di Australia Terbuka dan Prancis Terbuka musim ini, kemenangan di Wimbledon menjadi bukti performance Djokovic yang masih sangat baik meski usianya yang sudah tidak muda.

Dalam perjalannannya di Wimbledon 2022, petenis unggulan pertama itu mendapati sederet rintangan yang tidak mudah, termasuk menghadapi petenis unggulan 10 asal Italia Jannik Sinner, hingga petenis unggulan tuan rumah Cameron Norrie.

Kemungkinan besar Wimbledon akan menjadi turnamen grand slam terakhir Djokovic untuk musim ini, di mana pihak berwenang Amerika Serikat menyatakan, vaksinasi covid-19 menjadi syarat utama untuk dapat masuk Amerika Serikat dan tampil di turnamen itu.

Dengan Djokovic yang hingga saat ini menolak untuk divaksinasi covid-19, maka petenis Seribia itu kemungkinan besar tidak dapat tampil di grand salam penutup musim Amerika Serikat Terbuka 2022. (Rif/ATP/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat